Bagian 5. Penjara

19.9K 2K 10
                                    


Dari hasil pemeriksaan, Myra tidak mengalami luka ringan maupun serius. Di bagian perut tidak ada luka apapun. Darah memang hanya berasal dari hidung

Jane, dokter keluarga Carolus, belum yakin penyakit yang diderita Myra. Melihat banyaknya darah yang keluar kemarin, itu berarti masalah serius.

Bashan tak pernah sekalipun memikirkan bagaimana jika Myra sakit parah. Apa yang terjadi jika Myra meninggal? Entahlah. Pemikiran ini membuat Bashan pusing

Bashan berjalan cepat menuju penjara. Pelayan itu telah mencelakai anggota Carolus. 100 kali cambukan pantas buat perempuan itu

.

.

.

= Myra POV =

Aku terbangun. Entah sejak kapan aku pingsan. Terakhir kali yang kuingat adalah saat ayah memeluk dan Lavina yang tambah mendramatisir keadaan

Aku menghela napas, mengambil sapu tangan dan mengusap darah di hidung. Seperti biasa, aku mimisan

Berita ini pasti telah tersebar ke seluruh penghuni rumah, termasuk ke Ronald dan Carolin. Padahal aku bermaksud merahasiakannya hingga hari kematianku

Jika sudah begini apa yang harus kulakukan?

"Ternyata beneran sakit" aku menoleh ke arah pintu. Ronald bersandar di daun pintu

"Bukan urusamu"

"Rencana apa yang akan kamu lakukan kali ini?"

"Pergilah"

"Kau bahkan mengorbankan pelayanmu sendiri

Aku mengerutkan dahi, "Apa maksudmu?" aku baru menyadari Lavina tidak ada ada disini, "dimana pelayanku?"

"Menurutmu? kau pasti tahu tempat dimana biasa ayah memberikan hukuman"

Aku segera beranjak, mengambil beberapa sapu tangan kemudian pergi meninggalkan kamar serta Ronald

Aku menggerutu. Kali ini masalah apalagi yang muncul? Kedatangan ayah ke kamar sudah aneh. Seingatku di kehidupan dulu ayah tak pernah sekalipun berkunjung ke kamarku

Sebenarnya apa yang terjadi saat aku pingsan?!

.

.

.

Aku merapihkan penampilanku. Mimisan sudah berhenti. Sapu tangan aku masukkan saku. Kuharap tidak ada darah yang tertinggal di wajahku

Aku memasuki daerah penjara bawah tanah. Tubuhku gemetar. Masih teringat jelas saat aku berada di salah satu sel penjara, menunggu eksekusi

Aku pernah meringkuk di salah satu penjara. Kotor, gelap, dingin, dan sunyi. Hidup dalam kemewahan membuatku tak terbiasa untuk beradaptasi dalam kondisi seperti itu. Aku yang dahulu merasa ketakutan.

Aku mempercepat langkah saat suara tangisan Lavina semakin jelas

"Ayah"

Semua yang ada di sel penjara menatapku. Terdapat 2 penjaga disana. satu sedang memegang cambuk sedangkan 2 lainnya berada di luar sel penjara. Ayah hanya menonton

Aku berusaha bersikap normal. Tubuhku masih masih gemetar, melihat kondisi Lavina membuatku lemas

Kedua tangan Lavina terikat di atas, membuatnya tetap dalam posisi berdiri. Meskipun kondisi ruangan hanya terdapat sedikit pencahayaan, aku masih bisa melihat kedua kaki Lavina tercetak goresan-goresan panjang dan lebar, bisa dipastikan itu dalam, karena dicambuk berkali-kali, mengakibatkan banyak darah keluar.

"Myra"

Aku menoleh, "Apa yang ayah lakukan?"

"Dia pantas mendapatkannya" sejenak menatapku, "Tubuhmu masih lemah. Kembalilah ke kamar"

"Kembalikan pelayanku ayah"

"Hukumannya masih belum selesai"

"Memang apa salahnya?"

"Percobaan pembunuhan dan berani berperilaku tidak sopan. Hukumannya sekarang bukan apa-apa, seharusnya lebih berat dari ini"

"atas dasar apa ayah melayangkan tuduhan itu? Memang siapa yang bilang?"

"Carolin pernah melihat pelayan ini menggandeng tanganmu, bahkan pernah menceramahimu seolah derajatnya diatasmu"

Aku tersenyum hambar, "Kenapa ayah tidak tanya ke aku dulu? Dia pelayanku ayah. Kenapa ayah langsung percaya dengan perkataan Carolin"

Aku menatap marah, " Kenapa Carolin harus ikut campur. Dia bahkan gak punya darah Carolus. Kalau bukan karena Bella menggoda ayah, Carolin gak akan bisa jadi bangsawan terhormat. Bagiku Carolin lebih hina daripada Lavina"

Rasa panas menjalar di pipi kanan. Ayah baru saja menamparku. Aku tetap dalam posisi setelah ditampar, untuk menutupi mataku yang mulai berembun

Aku menahan suaraku supaya tidak bergetar, "Teruslah seperti ayah yang biasanya. Jangan sok peduli. Aku gak butuh"

Aku menatap Lavina, memapahnya dan membantu keluar dari sini

Mataku tertuju pada luka Lavina. Itu luka yang serius. Sepanjang jalan, darah tak hentinya menetes

Padahal aku bertekad untuk membahagiakannya, tapi sekarang yang ada Lavina justru terluka karena aku

"Nona"

"Maaf, maafkan aku"

"Apa yang nona bicarakan? Saya baik-baik saja"

Bukan baik-baik saja Lavina. Luka seperti itu pasti terasa menyakitkan. Keadaanmu yang seperti ini membuatku merasa bersalah

Aku mengatur napas. Rasanya sebentar lagi aku akan menangis

"Kita akan ke kamarku. Aku akan memanggil dokter"

"Tapi nona-"

"Tak ada bantahan"


Tbc

Second lifeWhere stories live. Discover now