= Author POV=
Lavina memandang luka di bagian betis, kabar baiknya luka tersebut sudah mulai mengering. Mungkin dalam beberapa hari sudah akan pulih sepenuhnya. Dirinya bersyukur pada saat kejadian lukanya langsung mendapat penanganan
Semua berkat nona yang selama ini dirinya layani, Nona Myra. Jika tidak ada sang nona muda Lavina mungkin akan kesusahan mengobati lukanya sendiri, besar kemungkinan akan menjadi lebih buruk
Statusnya sebagai orang rendah akan susah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Memang tak semua begitu, tetapi kebanyakan masih memandang status
Lavina merebahkan tubuhnya di sofa. Nyaman dan empuk, tidak seperti kasur yang biasa dirinya pakai. Untungnya di kamar Nona Myra tidak ada siapapun. Tindakannya sekarang termasuk kurang ajar, mana boleh seorang pelayan memakai fasilitas majikannya
Dirinya menatap langit-langit kamar, "Kapan ya nona datang?"
Perubahan sikap Myra mulai disadari Lavina belakangan ini. Nona mudanya lebih sering dekat dengannya dari pada anggota keluarga Nona Myra sendiri. Perubahan juga terlihat di gaya hidup. Tidak lagi memakai perhiasan berlebih serta lebih memakai gaun sedikit tertutup. Apa karena penyakit Nona?
Lavina menghembuskan napas. Meskipun majikannya memiliki reputasi buruk, ia tetap tak rela Nona Myra kenapa-napa
Suara pintu terdengar, 'apakah nona sudah datang?' Lavina segera berdiri bersiap menyambut
Namun pemandangan selanjutnya membuat Lavina terpekik. Bercak darah berpusat pada sisi kanan leher nona muda. Tangan Nona Myra yang bermaksud menghentikan pendarahan juga terkena banyak darah
On tuhan! cobaan apalagi yang diterima nona kali ini?!
.
.
.
=Myra POV=
Kejadian kemarin membuat Lavina bersikap waspada kepada Sir Ethan. Lavina bahkan sebisa mungkin membuatku sejauh mungkin dengan Ethan
Melihat Lavina yang kembali cekatan, menandakan lukanya sudah pulih
Seperti sebelumnya, Ethan datang dengan menggunakan seragam pengawal, sedangkan pedang tersampir rapi di pinggang kiri. Kupikir pria ini akan lari dari tugasnya, seperti kemarin
Karena saat ini aku berada di dalam kamar, Sir Ethan berdiri berjaga dari balik pintu
Rencana makan cemilan kemarin tak terlaksana, maka dari itu hari ini aku mengusulkan minum teh di danau yang kudatangi kemarin.
Aku belum sempat memandangi lebih lama pemandangan sekitar danau. Belum juga merasakan angin sejuk yang menghembus lembut serta suara gesekan antar dahan yang membuat rileks. Semua ini karena kakak brengsek
Sedikit cekcok dengan Lavina menemaniku selama perjalanan ke danau. Katanya sebaiknya aku pergi disaat luka di leherku sudah sembuh, bahkan sang dokter juga menyetujuinya. Aku cuma berdehem disela ceramahnya
Sesekali Lavina menyindir halus si pengawal. Aku melirik ke belakang, tampaknya orang yang disindir tak menyadari sindiran halus itu
Bokongku mendarat di rerumputan dekat danau. Sangat dekat, hingga jika kaki terjulur lurus ke depan dipastikan telapak hingga pergelangan kaki akan terendam. Dinginnya air akan terasa menusuk mengingat udara bulan ini tergolong dingin. Memikirkan itu membuatku ingin melakukannya
"Apa yang nona lakukan?!" Lavina yang sedang menata beberapa jenis kue cantik menatap tak percaya kearah ku
"Aku yang tengah melepas sepatu menoleh, "Melepas sepatu?" mengatakan seperti orang bingung
" Untuk apa nona? dan lagi turunkan gaun anda, apa anda lupa disini ada Sir Ethan?!" Lavina melotot
Karena terbiasa kemana-mana hanya berdua dengan Lavina, aku jadi melupakan keberadaan satu orang lagi. Lagipula saat ini Ethan berada lumayan jauh dari tempatku berada. Ia berdiri sambil bersandar di salah satu pohon di belakang
Rok gaun memang tersingkap sampai lutut saat berusaha membuka sepatu. Gaun yang melebihi ujung kaki membuatku kesusahan.
"Dia jauh. Tak akan terlihat"
"Lalu mengapa nona melepas sepatu?"
"Untuk seperti ini" aku menyelonjorkan kaki. Beberapa bagian gaun menjadi basah karena tidak kuatur
Benar dugaanku. Suhu air lumayan dingin. Sensasi menusuk membuat tubuhku meremang, tapi aku tak segera menarik kembali kakiku. Lebih ingin menikmati suhu air lebih lama. Air yang jernih membuat kakiku terlihat semakin putih bersinar di dalam air danau.
"Astaga!" Lavina memekik melihat aksiku. Aku yang disampingnya tentu terkejut, suaranya keras memekak telinga
Teriakan Lavina tentu membuat Ethan segera datang ketempat kami. Aku dengan cepat memperbaiki bagian rok gaun yang masih tersingkap dengan cepat, yang malah membuat lebih banyak bagian gaun terendam air
"Ada apa?" dua suara pria terdengar. Tunggu, dua orang?
Aku langsung menoleh. Disana tak hanya ada Sir Ethan, dibelakangnya ada seseorang yang kucoba hindari, Pangeran Edgar
Dahiku mengkerut. Kenapa Edgar bisa ada disini?
TBC
YOU ARE READING
Second life
FantasyHari eksekusiku berlangsung saat aku berumur 20 tahun. Aku tertawa hambar. Mereka lebih percaya percaya Carolin dan melupakan fakta yang tersembunyi Bagi mereka akulah sang antagonis. Yang tak pantas hidup dan bernapas. Semua perkataanku hanya angi...