Bagian 1. kembali ke umur 18

21K 1.9K 9
                                    


Aku merasa terusik karena panas sinar matahari menerpa langsung ke wajah. Aneh, bukankah aku sudah mati?

"Nona, bangun. Matahari sudah mulai meninggi"

Aku membuka mata. Suara yang familiar, ini suara Lavina. "Lavina" tanpa sadar aku memanggilnya

Lavina tersenyum, " Iya nona?"

Lavina saat ini tampak lebih muda. Aneh

"Kenapa kau disini?" apakah Lavina telah meninggal juga. Kalau itu karenaku aku pasti tak akan memaafkan diriku sendiri

"Apa maksud nona? saya pelayan pribadi nona, tentu saya harus berada di dekat nona"

Aku tak mengerti dengan keadaanku saat ini. Aku berada di kamar, duduk di tempat tidur dengan masih menggunakan piyama

"Nona hari ini adalah ulang tahun nona yang ke 18. apakah nona ingin sesuatu?"

delapan belas? apakah aku kembali ke masa lalu? mengingat hari eksekusi terjadi di umurku yang ke 20. Itu berarti 2 tahun mendatang

"Nona anda baik-baik saja? anda melamun" Lavina menatap khawatir

"Aku tak apa. Bawakan makananku ke kamar"

"Apakah nona tidak enak badan? perlu saya panggilkan dokter?"

"Aku tak apa. Siapkan saja makananku"

Dengan tetap pandangan khawatir Lavina berjalan keluar

Aku tahu dengan kekhawatiran Lavina. Aku di kehidupan dulu selalu bersamangat menuju ke ruang makan.Duduk di tempat Carolin, yang memang berdekatan dengan ayah dan Ronald. Yang pada akhirnya membuat Ronald marah. Mau tak mau aku harus pindah tempat duduk.

Saat makan aku terus bercerita tentang hal-hal kecil dan kesukaanku dengan pangeran Edgar. Ayah tak pernah merespon, Ronald akan mengatakan ucapan pedas dengan Carolin yang akan menegur

Aku yang dulu adalah perempuan naif dan haus akan perhatian

Sekarang aku kembali ke umur 18 tahun. Apakah aku senang? tidak. Di usiaku yang segini aku telah melakukan banyak kesalahan, lagipula aku tak berminat memperbaiki. Toh sebentar lagi aku juga akan mati

Aku bukannya tidak bersyukur telah hidup kembali, tetapi untuk berada di lingkaran keluarga ini lagi aku tak sanggup

Aku memutuskan untuk menyerah. Aku tak akan peduli dengan keluarga ini dan juga lelaki itu, Edgar

Aku merasakan sesuatu keluar dari hidungku, sepertinya aku terkena flu

Aku segera mengambil sapu tangan dan mengelap hidungku. Karena sapu tangan berwarna putih, aku dapat melihat jelas bekas darah yang tercetak

Karena baru pertama kali mimisan, aku tak tahu apa yang harus dilakukan. Merasa ada lagi yang keluar, aku kembali mengelap lalu membiarkan sapu tangan tetap berada didekat lubang hidung

"Ya ampun nona!" Lavina berteriak panik. Ia segera menaruh nampan dan berlari kearahku

"Nona, anda jelas tidak sehat. Saya akan panggilkan dokter"

"Tidak usah. Nanti akan sembuh sendiri"

"Tap-"

"Aku baik-baik saja"

Lavina merasa tak yakin. Darah yang keluar lumayan banyak. Aku kembali mengatakan baik-baik saja dan ini hanya efek dari kelelahan

.

.

.

3 hari berturut-turut aku mimisan setiap bangun tidur. Lavina kembali ngotot untuk memanggil dokter. Bukannya aku gak mau, tapi jika memakai dokter keluarga dipastikan ayah, kakak dan Carolin akan tahu keaadaanku. Kakak pasti akan mengatakan aku cari perhatian lagi, kemudian dia akan kembali mengolok-olok ku.

Aku malas. Lagian aku sudah tidak peduli lagi dengan keluarga ini. Mereka tak harus tahu kondisiku

Sempat Lavina menangis memohon untuk aku diperiksa. Aku menghela napas. Disini aku yang sakit kenapa Lavina yang panik

Aku membuat kesepakatan untuk diperiksa oleh dokter luar, bukan dokter keluarga. Dengan aku yang menemui dokternya, bukan dokternya yang kesini

Awalnya Lavina menolak, mengingat kondisiku yang setiap bangun tidur selalu mimisan. Ini hanya mimisan tetapi Lavina memperlakukanku seperti orang sekarat. Bahkan ia pernah tertangkap basah menangis sambil melihatku. Lavina... aku gak sakit parah. Yang benar saja! aku tak akan mati karena mimisan

Dengan segala keterpaksaan Lavina akhirnya mau menyetujui kesepakatan itu.

Aku menatap replikaku di cermin, "Bukankah ini terlalu berlebihan? lepas syalnya, itu terlalu tebal"

"Tapi nona" Lavina ingin protes

"Lepas atau kita batalkan saja" kataku final

"Baik nona?" dengan wajah lesu Lavina melepaskan syalku

Merasa tak tega aku menjelaskan, tentunya dengan sedikit berbohong, " Lavina, aku gak mau terlihat seperti orang sakit, tidak didepan ayah dan kakak. Lagipula aku tak ingin mereka khawatir. Ini hanya mimisan"

Lavina berkaca-kaca, "baik nona"

"katakan pada kepala pelayan, kita pergi untuk jalan-jalan"

"Siap nona"


Tbc

Second lifeWhere stories live. Discover now