Bagian 4. Kericuhan di pagi hari

20.2K 2K 53
                                    


Sudah menjadi rutinitas bahwa setiap bangun selalu mimisan. Lavina sudah melihat kejadian ini setiap hari

Seharusnya dia sudah terbiasa. Nyatanya tidak, Lavina masih saja histeris, seperti awal ia melihatku mimisan, Untungnya suara keras Lavina tidak akan terdengar sampai luar selama pintu kamar tertutup

Stok sapu tangan di laci habis, Lavina harus ke ruang Laundry untuk mengambil sapu tangan bersih

Darah masih keluar. Aku mengusap dengan jari tangan, kemudian aku usapkan ke bagian perut, begitu seterusnya hingga bercak darah menebal

Aku berencana untuk menjahili Lavina, bersikap seolah telah tertusuk benda tajam. Lagipula aku ingin menyadarkan Lavina kalau mimisan tak separah luka tusukan

Darah yang tercetak di daerah perut seolah nyata. Yah... mengingat darah yang keluar setiap mimisan memang banyak. Lagipula pakaian yang kukenakan akan segera dicuci

Aku sedikit kesal. Sudah kukatakan berkali-kali kalau mimisan tak akan membuat seseorang mati. Tapi perkataanku hanya angin lalu baginya

HATCHI

Karena hidungku terasa gatal, aku langsung bersin, melupakan fakta bahwa saat ini hidungku sedang mengeluarkan darah. Alhasil darah berceceran di selimut

Gara-gara bersin mimisanku juga jadi berhenti. Entah harus bersyukur atau merundung. Niat ingin pura-pura pupus sudah. Darah tersebar di tempat tidur, untungnya hanya selimut yang terkena

Sebaran Noda darah ini membuatku seolah jadi benar-benar korban pembunuhan, tak lupa darah yang tertempel di perut menambah kesan aku terkena tusukan

Aku kembali merebahkan tubuhku, menaruh tangan kananku dimata. Empuknya kasur membuatku ingin pergi ke alam mimpi lagi

Suara pintu terdengar, tidak terdengar seperti suara pintu terbuka, lebih seperti lebih melebarkan pintu. Apa tadi pintunya tidak tertutup ya? Ya sudahlah, pasti yang datang Lavina.

Lama sekali kamu Lavina. Aku bahkan sudah setengah tidur. Untuk bangun pun malas

Lavina berlari kearahku dan memeluk erat badanku. Apa kau pikir aku mati Lavina? cek hidungku Lavina. Aku masih bernapas. Masih hidup dan saat ini lagi tidur, sedang malas saja untuk bangun. 

Tapi ada yang aneh. Kenapa Lavina punya otot keras. Sejak kapan badan Lavina sebesar ini. Seperti tubuh laki-laki

"Tuan duke" suara Lavina bergetar dan terasa jauh dariku

Tunggu. Lavina bilang apa? Duke? Ayah? kenapa ayah disini?

Seketika aku membuka mata, "Ayah?" aduh kenapa suaraku jadi lirih

"CEPAT PANGGIL DOKTER" ayah berteriak

Kenapa jadi kacau, "ayah, aku baik-baik saja. Aku cuma mimisan. Iya kan Lavina?" aku menoleh ke Lavina, meskipun butuh perjuangan karena tubuh ayah dan eratnya pelukan

Jujur baru pertama kali aku melihat ayah seperti ini. Memeluk erat dengan tubuh gemetar. Apa ayah takut? takut karena apa? kematianku? selama aku hidup ayah tak pernah memerdulikanku, lalu kali ini untuk apa takut aku mati

Lavina jatuh berlutut, dengan badan gemetar Lavina memohon, "Nona kumohon bertahanlah. Dokter akan segera datang"

Astaga Lavina! kenapa kamu malah memperkeruh suasana?!

.

.

.

= Author POV =

Pekerjaan yang menumpuk tak memungkinkan untuk pulang hingga beberapa hari. Terpaksa harus menginap di istana

Baru hari ini dirinya bisa pulang, walau masih ada beberapa pekerjaan yang tersisa tapi masih dapat dikerjakan di rumah

Dia Duke Bashan Carolus, Kepala keluarga Carolus

Entah kenapa hari ini Bashan memilih rute memutar untuk menuju kamarnya, padahal niat awal ingin cepat ke ruang tidur dan langsung beristirahat.

Di ujung lorong seorang pelayan keluar dari pintu kamar. pelayan ini jarang sekali berkeliaran diantara anaknya, Ronald dan Carolin. Itu berarti ini pelayan pribadi anak Bashan satunya, Myra.

Lavina berjalan tergesa. Saat sudut matanya menangkap sosok Bashan, dirinya langsung membungkuk hormat

Lavina mengerut bingung, tumben tuan Duke melewati lorong ini

Saat tuan Duke telah lewat, Lavina segera berlari untuk mengambil sapu tangan yang kering di ruang Laundry yang jaraknya lumayan jauh dari sini

Bashan menemukan pintu kamar putrinya terbuka sedikit, sempat tadi ia mendengar suara bersin. 'Apa Myra sedang sakit?'

Kalau diingat belakangan ini Myra tak pernah terlihat. Saat waktu makan, yang biasanya selalu datang, kali ini tak pernah hadir. Akhir-akhir ini Bashan juga tidak pernah berpapasan.

Myra merupakan anak yang tidak pernah Bashan lirik. Rupanya yang mirip dengan Adeline, istri pertama Bashan, membuatnya selalu memikirkan Adeline yang telah meninggal

Bashan masih belum menerima kematian Adeline, istri yang dicintainya. Seandainya waktu itu Adeline tidak mempertahankan Myra pasti Adeline akan hidup hingga sekarang

Bashan tak pernah menyalahkan Myra, tetapi seandainya Myra tak lahir Adeline masih akan tetap bersamanya

Bella, Ibu dari Carolin memiliki sifat keibuan. Bashan pikir dengan menikahi Bella, akan menggantikan sosok ibu yang telah tiada untuk Ronald. Karena saat itu Ronald masih kecil.

Hingga kecelakaan kereta kuda di tahun lalu membuat nyawa Bella tak terselamatkan

Bashan membuka pintu lebih lebar, indra penciumannya mendeteksi bau amis

'darah'

Bashan melihat di tempat tidur, tergeletak Myra dengan banyak darah berceceran disekitanya

Sekilas Bashan seperti melihat Adeline yang bersimbah darah. Karena itu dirinya panik

Ia berlari memeluk Myra yang seperti orang mati. Jantung Bashan berdetak 2 kali lipat. Ia ketakutan

"Tuan Duke"

Tubuh yang direngkuh Bashan bergerak. Bashan sedikit lega

"Ayah?" suara Myra terdengar lirih

Bashan mengutuk diri. Kenapa disaat seperti ini dirinya tidak cepat tanggap

"CEPAT PANGGIL DOKTER!"

"Ayah aku baik-baik saja. Aku hanya mimisan. Iya kan Lavina?"

Jelas-jelas darah yang berceceran lumayan banyak, terlebih darah di bagian perut berwarna merah gelap dan basah. Itu menunjukkan seberapa banyak darah yang keluar. Mimisan tak akan menghasilkan darah sebanyak ini.

"Nona kumohon bertahanlah, dokter akan segera datang"

Bashan ingat wanita ini adalah orang yang terakhir kali keluar dari kamar Myra. Apakah dia pelakunya?

"Penjaga, seret dia ke penjara"



Tbc

Second lifeWhere stories live. Discover now