28 - Alvino VS Devan

45 6 0
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



━─━─━─━─=== • ✠ • ===─━─━─━─━≫

Siang harinya saat pulang sekolah, Alvino datang menemui Devan yang baru saja selesai berlatih bulu tangkis di lapangan bulu tangkis sekolah.

“Eh, sini lu!” perintah Alvino.

“Lu manggil gua?” tanya Devan dengan santai.

“Sini bangs*t!” bentak Alvino.

Alvino dan Devan pun saling mendekat.

“Lu ngomong apa aja tadi pagi sama cewek gua?” tanya Alvino dengan nada emosi.

“Lah, ngapain lu jadi kepo?” tanya Devan masih santai.

“Ya kan gua cowoknya. Gua berhak dong tahu tentang dia,” sarkas Alvino.

“Oh, itu. Gua cuma ngomong sama Er kenapa dia nyembunyiin tentang perjodohan kalian. Udah gitu aja,” jujur Devan.

“Lu bohong banget, sih. Temen gua denger sendiri kok, kalau lu bilang lu sayang sama Er. Jujur aja deh lu!” paksa Alvino.

“Aduh, ternyata gua ketahuan. Ya udah deh gua ngaku. Iya, gua emang jujur ke Er kalau gua sayang sama dia. Gak tau aja, tiba-tiba gua sayang sama dia, dan gua tulus banget, kok. Bahkan gua pengen banget jadi pacar. Sampai akhirnya gua tau ternyata kalian mau dijodohin. Betapa hancur harapan gua,” terang Devan. Kini wajahnya terlihat sedikit kasihan.

“Gua tegasin, ya. Mending lu jauhin Er, karena dia bakal jadi milik gua sepenuhnya,” perintah Alvino.

“Gak bisa gitu juga, dong. Selama di janur kuning belum melengkung, masih bisa lah ya gua buat nikung,” ucap Devan sambil bercanda.

“Eh, maksud lu apa?” Alvino pun menarik kerah Devan.

Viona yang mengetahui itu pun langsung berlari hendak menghampiri Devan dan Alvino. Ia tak mau jika Devan akan dihajar oleh Alvino gara-gara Ervina.

“Ya kan gua cuma jujur aja. Lu tanya ke gua, ya gua jawab, dong.” Devan masih terlihat santai.

“Reseh banget sih, lu! Ayo kita berantem. Kita buktiin siapa yang kuat!” tantang Alvino.

“Lu kira gua takut sama lu? Gak bakal!” Devan pun tak mau mengalah.

Mereka pun mulai duel dan menunjukkan kekuatan masing-masing. Mereka terlihat sama kuat. Bahkan sama-sama saling kewalahan menghadapi satu sama lain.

Akibat dari pertebgkaran itu, wajah mereka sama-sama mengalami lebam di beberapa bagian tangan dan juga kaki hingga memar. Bahkan lebih parahnya, Devan sampai mimisan. Sedangkan Alvino mengalir darah dari mulutnya.

Ervina yang baru keluar dari kelasnya karena selesai piket pun juga terkejut melihat itu. Ia langsung pergi menghampiri Alvino dan juga Devan.

“Ngapain, sih?! Udah jangan ribut!” lerai Viona yang tiba-tiba datang.

“Pergi, Vi. Gue masih ada urusan sama dia,” ucap Devan.

Tiba-tiba, Ervina pun datang.

“Astaga! Kalian ini kenapa, sih? Kok berantem, kayak anak kecil tau nggak. Udah stop! Kalau kalian masih lanjut, aku bakal nyakitin diri aku sendiri biar impas aja,” ancam Ervina.

Seketika Devan dan Alvino pun berhenti.

“Oke, sekarang gini, ya. Gue tegasin. Devan, gue sama Kak Alvino bakal nikah dalam waktu berapa minggu lagi. Gue harap, lo bisa ikhlas terima ini. Dan tolong kalian jangan berantem  lagi. Udah, jangan saling emosi. Kalian udah dewasa, harus bisa berpikirlah. Jangan kayak anak kecil yang dikit-dikit ada masalah berantem mulu,” peringat Ervina dengan nada lemah.

Sesaat Alvino dan Devan terdiam. Mereka mulai sadar bahwa apa yang mereka lakukan ini tidaklah benar dan tidak akan merubah keadaan. Justru hanya akan memperburuk keadaan yang ada.

Sorry, aku udah bikin kamu kecewa,” ucap Alvino.

“Kak, udah. Yang terjadi udah biarin. Dev, maafin Kak Al, ya, udah kayak gini sama lo. Dan sekarang, mendingan lo pulang aja. Lo istirahat, lo rawat diri lo tuh, banyak yang luka,” pinta Ervina sambih terlihat sedih melihat keadaan Devan.

Devan hanya mengangguk.

“Tuh kan, semua gara-gara lo Devan jadi terluka kayak gini! Bukannya tanggung jawab kek, atau apa. Lo malah diem aja, sambil belain Kak Al,” ucap Viona tiba-tiba.

“Ya iyalah, dia kan calon suami gue.
Emang kenapa? Lo suka ya, sama Devan? Syukur deh kalau ada yang suka sama Devan. Gue gak perlu bingung dan khawatir tentang Devan. Lo rawat aja Devan,” suruh Ervina.

“Awas aja lo, ya! Gara-gara lo, Devan jadi terluka. Gue bakal sebarin kabar kalau lo mau dijodohin sama Kak Alvino, biar ancur masa depan lo sekalian,” ancam Viona dengan penuh emosi.

Mendengar itu pun Alvino kembali emosi. Namun, Ervina kembali menenangkannya.

“Udah, Kak. Udah biarin aja sesuka hati dia mau ngomong apa. Sekarang kita pulang, ya. Aku rawat dulu luka Kak Al di rumah Kak Al. Nanti orang tua Kak Al pasti marah kalau liat Kak Al berantem kayak gini,” bujuk Ervina sambil memegangi tubuh Alvino.

Alvino hanya mengangguk menurut pada Ervina.

“Dev, sekali lagi sorry, ya. Maafin Kak Al. Maafin gue juga. Gara-gara gue juga lo jadi terluka kayak gini. Ya udah, gue pergi dulu. Lo udah ada Viona yang nemenin. Gue cabut dulu. Bye,” pamit Ervina.

Namun hanya dibalas anggukan oleh Devan.

Setelah itu, Ervina pun pergi bersama Alvino meninggalkan Devan dan Viona di lapangan bulu tangkis.

“Dev, gue sebagai temen lo gak tega lihat lo kayak gini. Gue boleh rawat lo, kan? Gue anterin pulang juga. Gue takut lo ada apa-apa di jalan. Lo bawa mobil, kan? Gue bisa nyetirin lo, kok,” bujuk Viona yang terlihat khawatir dengan keadaan Devan.

Devan hanya mengangguk karena kondisinya sudah lemas saat itu.
Sehingga, ia pun pergi pulang bersama Viona.

Akhirnya, gue bisa ngehabisin waktu sama Devan. Er, awas aja lo! Besok berita tentang lo yang mau dijodohin sama Kak Alvino bakal nyebar! batin Viona dengan tatapan penuh dendam.

╔═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• • B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Sampai di sini dulu yaa...
Gimana ceritanya? Bagus nggak? Kalau bagus, jangan lupa untuk vote, comment, and share yaa.... Karena itu gratis.

See you next part😍...

Salam,
Eryun Nita

You Are MineWhere stories live. Discover now