26 - Kejujuran Devan

48 6 0
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



━─━─━─━─=== • ✠ • ===─━─━─━─━≫

Besoknya di sekolah saat Ervina baru datang, tiba-tiba Devan menarik tangan Ervina dan mengajaknya mengobrol di koridor depan kelasnya saat sekolah masih sepi.

"Er, please. Kali ini gue beneran gak bisa nahan lagi. Gue beneran sayang sama lo. Gue tulus sama lo. Gue bener-bener pengen banget bisa jadi pacar lo. Dan kenapa lo gak terima gue aja? Gue mau kok, jadi selingkuhan lo. Gue gak masalah lo berbagi hati antara gue dan Alvino, yang penting gue bisa jadi pacar lo. Gue siap kok, jaga privasi ini," desak Devan dengan penuh harap.

"Sebelumnya, sorry banget, ya. Bukannya gue nolak, tapi lo jangan berharap sama gue. Gue gak mau nyakitin hati lo aja. Kalau boleh jujur, gue juga sayang sama lo. Terlebih saat Kak Al gak ada, lo selalu ada buat gue. Tapi keadaan yang ada memaksa gue gak bisa nerima lo," tolak Ervina dengan terpaksa.

"Emang kenapa? Lo kalau ada masalah cerita aja. Dan beberapa waktu lalu juga lo sempat bilang kan, kalau lo kira Alvino kabur. Emang kabur dari apa? Ada apa sama kalian? Kalau lo gak ngomong, gue gak akan tahu. Lo cerita dong, sama gue," bujuk Devan sambil memegang tangan Ervina.

"Enggak, Dev, belum waktunya. Yang penting, saran gue sekarang, lo ngejauh dari gue. Lo move on aja dari gue. Masih banyak cewek yang lebih baik dari gue buat lo. Gue merasa gak pantas buat cowok sebaik lo," saran Ervina sambil menunduk sedih.

Setelah mengatakan itu, Ervina meninggalkan Devan dan bergegas menuju kelasnya untuk menghampiri Sandra yang mungkin sudah menunggunya di kelas.

"Er, kalau gue tau cinta bakal sesakit ini, gue lebih milih buat gak ngenal cinta. Gue lebih milih jadi anak kecil selamanya aja, daripada dewasa harus mengalami rasa sakit yang kayak gini. Atau mungkin, gue jatuh cinta sama orang yang salah? Sebenarnya ada masalah apa, sih, sampai-sampai lo gak mau ngomong sama gue? Serumit itu ya, masalah lo? Gue akan nungguin lo, kok," gumam Devan sambil menatap kepergian Ervina dari hadapannya.

Devan pun kembali beranjak menuju kelasnya.

***

Di kelasnya, Ervina justru malah murung karena mendengar pengakuan Devan yang seolah menurutnya tak pernah lelah mengajar-ngejarnya karena sangat sayang padanya. Ia bingung tak tahu harus apa. Ia juga tak ingin menyakiti hati Devan.

Sandra yang merasa sahabatnya itu tak baik-baik saja pun menghampirinya.

"Er, lo kenapa pagi-pagi udah cemberut? Atau jangan-jangan, karena pertemuan lo sama calon suami lo itu, ya? Cerita dong, sama gue," bujuk Sandra sambil mendekatkan kursinya ke Ervina.

"Ternyata yang mau dijodohin sama gue tuh Kak Al sendiri. Orang tua gue sama orang tua Kak Al itu adalah teman sejak kecil. Mereka sahabat karib. Jadi ya happy banget gue dijodohin sama pacar gue sendiri. Orang tua juga udah ngerestuin banget," ucap Ervina.

"Yah bagus dong, kalau gitu. Gue ikut seneng juga. Tapi lo kenapa malah mukanya ditekuk gitu pagi-pagi?" tanya Sandra dengan heran.

"Yah gimana, ya. Gue gak mau nyakitin Devan," ucap Ervina tiba-tiba.

Ervina pun menceritakan tentang kedekatan dia dengan Devan, sampai perasaan Devan padanya dan juga perasaan Ervina pada Devan.

"Aduh, please deh, Er. Kisah cinta lo rumit banget, sih? Dari awal masuk SMA, mulai lo ngejar-ngejar kak Al, sampai sekarang berhubungan sama Devan. Gue aja yang cuma ngeliatnya udah kayak ribet banget, Apalagi lo yang ngalamin. Lo gak capek hidup kayak gini?" Sandra menepuk jidatnya sambil geleng-geleng kepala.

"Ya capek, San. Tapi mau gimana lagi? Mungkin ini udah takdir gue. Gue gak boleh lari dan harus terus menghadapi ini. Lo kasih saran kek, ke gue harus apa, supaya Devan gak sakit hati," pinta Ervina sambil merengek pada Sandra.

"Kayak gimana, ya. Saran gue sih, gak papa lo jujur aja ke Devan kalau waktunya udah tiba. Daripada dia nungguin lo terus, ntar dia malah sakit hati. Apalagi lihat lo sama Kak Al tiba-tiba nikah. Ya gak?" saran Sandra.

"Ya udah, deh. Kalau gitu, gue bakal nyari waktu yang pas buat ngomong berdua sama Devan," jawab Ervina dengan berat hati.

"Udah, senyum, dong. Calon pengantin kok mukanya ditekuk. Harusnya itu enjoy, have fun,” canda Sandra.

"Apa sih lo, bisa aja." Ervina pun memukul pundak Sandra sambil bercanda.

Tanpa mereka sadari, ada sepasang bola mata yang tengah menguping pembicaraan mereka di depan kelas. Ia dia langsung bergegas menemui Devan. Orang yang dimaksud tak lain dan tak bukan adalah Viona.

"Kesempatan bagus, nih. Gue bisa dapetin hatinya Devan. Siapa tahu aja, setelah Devan tau ini dia jadi move on dari Ervina, dan ganti sayang sama gue," gumam Viona sambil tersenyum licik.

Viona pun langsung menghampiri Devan saat Devan berada di kelasnya.

"Pagi, Devan ganteng! Sendirian aja, nih,” sapa Viona tiba-tiba.

Devan yang masih galau pun hanya bisa diam sambil menatap Viona sesaat, lalu kembali menunduk.

"Ih, kok cemberut aja, sih? Gue ada kabar buat lo nih, tentang Ervina. Ya siapa tahu lo belum tahu," pancing Viona.

Mendengar nama Ervina disebut pun Devan langsung bertanya apa yang terjadi pada Ervina.

"Maksud lo apa?" tanya Devan penasaran.

"Jadi, sebenarnya Ervina itu mau dijodohin sama Kak Alvino, dan keluarga mereka udah saling merestui. Ya gue ngasih tau ke lo supaya lo gak berharap lagi ke Ervina. Soalnya kan dia juga mau jadi istrinya Kak Alvino. Yang ada lo makin sakit hati. Mendingan lo cari cewek lain aja yang juga sama-sama cinta sama lo. Itu sih saran dari gue. Gue gini karena gue gak mau lihat lo sakit hati aja," ucap Viona terlihat pura-pura peduli pada Devan.

Apa? Mereka mau dijodohin? Kenapa Ervina gak bilang ke gue ya, masalah ini? batin Devan.

"Oh, itu? Ya udah, thanks infonya. Gue udah tahu kok kalau masalah itu," ucap Devan berusaha berbohong.

"Oh, jadi lo udah tahu? Ya udah sih, gak papa. Gue ngomong juga sambil ngasih saran aja gitu, supaya lo ngejauhin Ervina aja. Bagus deh kalau lo udah tahu. Gue cabut dulu ya, Dev," ucap Viona sambil menahan rasa jengkel.

Dengan perasaan jengkel, Viona pun meninggalkan Devan.

"Ih gak asik banget, sih! Gue udah ekspektasi tinggi kalau si Devan bakal patah hati terus bakal klepek-klepek sama gue, ternyata enggak. Ya udahlah, pokoknya gue gak bakal nyerah!" kesal Viona.

Viona pun pergi menemui sahabatnya di kelas.

Selesai mendengar itu pun Devan langsung menemui Ervina di kelasnya. Berhubung hari itu masih pagi, sehingga jam pelajaran masih kurang setengah jam lagi.

Saat Ervina sedang asyik mengobrol bersama Sandra, tiba-tiba Devan datang.

"San, lo bisa keluar dulu bentar, gak? Gue mau bicara serius sama Ervina," pinta Devan.

"Oh, ya udah silakan. Gue gak bakal ganggu, kok," jawab Sandra sambil mengangguk.

Sandra pun pergi meninggalkan Devan dan Ervina di kelas berdua. Ia kemudian duduk di koridor depan kelasnya sambil berjaga-jaga supaya tidak ada yang masuk dan mengira mereka berbuat yang aneh-aneh.

╔═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• • B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Sampai di sini dulu yaa...
Gimana ceritanya? Bagus nggak? Kalau bagus, jangan lupa untuk vote, comment, and share yaa.... Karena itu gratis.

See you next part😍...

Salam,
Eryun Nita

You Are MineWhere stories live. Discover now