18 - Penyesalan

86 8 0
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



━─━─━─━─=== • ✠ • ===─━─━─━─━≫

Beberapa menit kemudian saat Ervina sudah tenang, sopir taksi memberi tahu bahwa Ervina sudah sampai di tujuan. Setelah membayar, Ervina pun bergegas keluar taksi dan langsung menuju ke tempat Alvino berlatih basket.

Sementara itu, terlihat Viona CS menaiki taksi yang baru saja Ervina tumpangi.

Saat mereka bertiga tengah asik bercanda, tiba-tiba, Viona menemukan sebuah kertas. Ketika dibuka, Viona terkejut karena isinya adalah tespek.

"Eh, punya siapa ini? Hasilnya positif," tanya Viona sambil memegang tespek.

"Ihh Vi, emang lo gak jijik pegang-pegang gitu? Itu kan, bekas pipisnya orang," peringat Nayla.

"Eh, iya juga. Ihh jijik. Ini punya siapa sih, Pak?" tanya Viona pada sopir sambil kembali meletakkan tespek pada kertas dan membungkusnya.

"Oh, itu punya mbak yang berbaju ungu yang tadi habis naik sini, Mbak. Dia lihatin itu sambil nangis-nangis," jelas sopir sambil hendak menjalankan mobil.

Belum sampai mobil melaju, Viona CS memutuskan untuk keluar dari taksi dan bermaksud mencari orang yang sopir taksi maksud.

Sementara itu di lapangan basket, Alvino baru saja selesai latihan dengan teman-temannya. Saat ia tengah membereskan perlengkapannya, tiba-tiba Ervina menghampirinya dengan raut muka yang sedih.

Alvino yang mengetahui kedatangan Ervina secara tiba-tiba yang tanpa menghubunginya terlebih dahulu membuatnya terkejut, terlebih ekspresi Ervina yang sedih membuatnya semakin penuh tanda tanya.

"Kamu ngapain ke sini nggak bilang-bilang? Kenapa sedih? Ada apa, Sayang?"

"Kak, aku mau ngomong sesuatu yang penting," ucap Ervina dengan tertunduk sedih.

"Ya udah, sini aja. Mumpung anak-anak udah pulang duluan," pinta Alvino.

Ervina terlihat menengok ke kanan dan ke kiri guna memastikan bahwa tempat tersebut sudah sepi. Setelah keadaan aman, Ervina baru memulai obrolan yang serius.

"Kak, aku hamil," ucap Ervina terus terang.

"Hah?! Gimana bisa? Kamu jangan bercanda, ya," tanya Alvino sambi terkejut.

"Aku nggak bercanda, Kak, aku serius. Aku udah ngalamin tanda-tandanya. Aku udah coba cek, dan hasilnya positif," tukas Ervina.

"Kamu hamil sama siapa?" tanya Alvino heran.

"Kok Kak Al masih tanya, sih? Ya sama Kak Al, lah. Siapa lagi?" sarkas Ervina sedikit menahan emosi dan tangis.

"Kok kamu malah nyalahin aku? Kita kan nggak pernah berhubungan badan," elak Alvino dengan santai.

"Emang Kak Al lupa, satu minggu yang lalu kita tidur bareng selama tiga malam?" tanya Ervina sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Ya tapi kan, cuma tidur, nggak ngapa-ngapain," sanggah Alvino.

"Ya aku sendiri juga ngerti. Tapi siapa tahu, pas kita tidur kita sama-sama nggak sadar. Kita ngigo atau apa, dan tiba-tiba kita ngelakuin yang enggak- enggak," jelas Ervina semakin panik.

"Nggak, nggak mungkin? Aku mesti sadar kalau nglakuin apa-apa meskipun tidur. Seenggaknya pas aku bangun aku inget. Dan kamu juga tahu, kita bangun tidur juga kita tetap pakai pakaian," ucap Alvino tak mau kalah.

"Ya iya. Tapi buktinya, sekarang apa? Positif, Kak. Dan aku nggak pernah tidur bareng sama cowok lain selain sama Kak Al. Ini pun aku juga udah telat datang bulan, aku sering mual-mual. Benar-benar gejala orang hamil," tukas Ervina lagi.

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang