17 - Hancurnya Harapan

78 8 0
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



━─━─━─━─=== • ✠ • ===─━─━─━─━≫

Tak terasa satu minggu telah berlalu. Saat ini, Ervina tengah bersantai di kamarnya. Ia iseng-iseng melihat kalender sambil menghitung tanggal. Tiba-tiba, ia terkejut.

"Kok gue sampai telat, ya? Padahal harusnya udah dari seminggu yang lalu. Apa jangan-jangan karena gue stres, ya? Tapi gue udah gak mikirin apa-apa lagi, kan udah have fun kayak biasanya," gumam Ervina.

Tiba-tiba, Ervina merasakan bahwa perutnya sedang tidak enak. Ia tiba-tiba mual-mual. Ia pun bolak-balik ke kamar mandi, lalu ia mengoleskan minyak angin pada perutnya dan juga pinggangnya. Namun, masih sama. Bahkan, ia juga minum Tolak Angin dan tetap tidak bereaksi apa-apa. Ia tetap mual-mual.

"Aduh, gue kok mual terus, sih? Gue kenapa, ya? Masa masuk angin? Tapi dari tadi gue di kamar terus. Gue juga telat datang bulan. Masa gue hamil? Tapi gara-gara apa?" Ervina terlihat mulai panik.

Seketika Ervina teringat bahwa seminggu yang lalu ia pernah tidur bersama dengan Alvino selama 3 malam.

"Jangan-jangan ... gara-gara itu! Tapi gue gak ngelakuin apa-apa. Masa tidur doang bisa kayak gitu, sih? Gak gak! Meskipun gue anak IPS, gue ngerti proses terjadinya kehamilan tuh kayak apa. Terus gue kenapa? Atau jangan-jangan pas gue sama Kak Al tidur, kami gak sadar? Terus ngigo dan ngakuin hal-hal yang gak masuk akal, ya?" Ervina semakin bingung.

Pikiran Ervina pun semakin kacau. Ia seperti tak bisa berpikir apa-apa. Ia bahkan takut jika harus memberitahu orang tuanya. Sehingga, untuk memastikan bahwa kecurigaan ini salah atau benar, ia memutuskan untuk pergi membeli tespek ke salah satu supermarket terdekat di rumahnya.

Sesampainya di sana, Ervina berusaha waspada supaya tidak ada satu pun orang yang dia kenal melihatnya membeli tespek. Untuk menutupinya, ia membeli beberapa snack dan juga susu agar tidak mencurigakan.

Saat ia tengah menunggu barang dihitung di kasir, satu persatu barang diperiksa harganya oleh kasir. Tiba-tiba, ada suara seseorang di belakang Ervina yang membuatnya terkejut.

"Ngapain lo beli tespek?"

Ervina yang terkejut pun langsung menolehkan kepalanya, dan ia sangat terkejut ketika mendapati Devan ada di belakangnya. Ia pun bingung harus menjawab apa karena kemunculan Devan yang tiba-tiba. Alasan apa yang harus ia berikan dalam waktu yang sesingkat ini?

"Eh, Devan. Kok di sini, sih, tiba-tiba ngomong? Kaget tahu gak?" tanya Ervina basa-basi.

"Lo ngapain beli tespek?" Devan kembali mengulang pertanyaannya.

"Oh, i-itu? Buat mama gue. Soalnya dari kemarin-kemarin mama gue mual-mual terus. Jadi buat mastiin gue mau punya adik apa enggak, gue disuruh beli, deh," elak Ervina mencoba berbohong.

"Oh, ya udah kalau gitu," ucap Devan terlihat tak penasaran lagi.

Beruntunglah Devan langsung percaya. Jika tidak, apa yang akan terjadi dengan Ervina?

Setelah selesai membeli, Ervina berpamitan pada Devan untuk pulang lebih dulu.

Sesampainya di rumah, Ervina pun langsung masuk kamar mandi kamarnya. Ia bergegas memeriksa. Beberapa menit kemudian, ia telah mengetahui hasil dari tespek. Seketika air matanya pun mengalir membasahi pipinya.

"Apa ini? Ini gak mungkin! Gue masih punya banyak mimpi, masih punya cita-cita, banyak keinginan yang harus gue kejar. Gue belum bahagiain orang tua. Terus kenapa malah jadi gini? Ini gak mungkin, tapi ini nyata. Tapi salah siapa? Gue ngerasa gak ngelakuin hal itu. Tapi ini apa?"

Ervina terduduk lemas di kamar mandinya. Ia tak tahu harus berbuat apa, dan harus bercerita pada siapa. Ya, benar sekali. Hasil tespek menunjukkan bahwa ia positif hamil.

Namun, dengan siapa? Ya! Kemungkinan besar adalah dengan Alvino. Karena hanya dengan Alvinolah dia pernah tidur bersama, bahkan hingga tiga malam sekaligus.

Ervina tak berani memberitahu kedua orang tuanya. Ia takut juga akan dimarahi, karena ia adalah anak satu-satunya yang menjadi kebanggaan orang tuanya.

Bagaimana mungkin sang ketua OSIS akan dicap jelek di sekolahan? Seketika hati Ervina rasanya hancur. Ia merasa hidupnya sudah berakhir. Ia tak tahu harus berbuat apa. Hanya penyesalan yang ia rasakan.

Ia menyesal kenapa malam itu ia menerima ajakan Alvino, walaupun ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada mereka malam itu tanpa sepengetahuan mereka.

Rasa hancur hatinya yang Ervina rasakan membuatnya tak tahu harus berbuat apa sehingga Ia memutuskan untuk menemui Alvino yang saat ini telah Tengah berlatih basket di tempat biasanya Iya tak mau langsung nelpon Alvino karena takut mengganggu latihannya

Ervina bermaksud membawa tespek namun ia bungkus kertas supaya tidak diketahui oleh orang lain sedangkan bungkusnya masih tetap ia tinggalkan di toilet kamarnya.

Di dalam taksi, Ervina kembali merenungi nasibnya yang diambang kehancuran. Air matanya kembali membasahi pipinya.

"Bagaimana mungkin Kak Al bisa tega ngehancurin masa depan gue? Tapi, ini yang sekarang terjadi," ucap Ervina tak habis pikir.

Ervina kembali memandangi tespek yang ia bungkus dengan kertas sambil terus menangis.

"Bukti ini bakal gue tunjukin ke Kak Al buat minta pertanggungjawaban," gumam Ervina sambil berusaha menyeka air matanya.

╔═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• • B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Sampai di sini dulu yaa...

See you next part😍...

Salam,
Eryun Nita

You Are MineWhere stories live. Discover now