4. | Have you ever

Mulai dari awal
                                    

"Mama enggak bisa menerima ini!" tegas Kinar lalu berdiri dari duduknya. "Kalian berdua benar-benar keterlaluan, mempermainkan pernikahan ... enggak berpikir panjang. Mengabaikan apa yang selalu diajarkan orang tua!"

"Ma..." panggil Lyre.

Kinar semakin terisak tangisnya ketika memutuskan berlalu dari ruang tamu. "Oh! Ravel ... kalian bahkan enggak terlihat memikirkannya, enggak mementingkan masa depannya juga! Egois sekali!"

Desire yang ganti mendekat sewaktu ibunya sudah pergi. Ia duduk di samping Lyre yang juga menangis dalam diam.

"Re..." panggil Desire.

Lyre mengangguk dan perlahan menghapusi air matanya. "Sorry, De... aku bikin Mama benar-benar kecewa."

"Gue juga kecewa, Re," ungkap Desire.

"Sorry," kata Lyre dengan kesedihan yang masih tersisa.

"But, have you ever felt really in love with him?" tanya Desire dan memandang Lyre lekat. "Have you ever thought that this marriage really makes you happy?"

Lyre balas memandang Desire, kemudian memutuskan menjawab dengan mengulang permintaan maafnya. "I'm so sorry, De..."

Desire mengangguk, bergegas memeluk Lyre erat. "Jangan nangis, kalau ini benar-benar sesuatu yang lo inginkan, jangan pernah nangis lagi di depan gue."

"Oke," ungkap Lyre meski tetes air matanya semakin deras berjatuhan di bahu Desire.

***

"Desire bilang dia hari ini bolos sama Lyre, nyalon." Waffa memberi tahu Kagendra, mereka makan siang di restoran bandara karena mepet dengan jadwal penerbangan.

Kagendra mengangguk, menyuap potongan steaknya dan mengunyah dalam diam.

"Emang perempuan tuh, kalau mau cerai atau putus siklusnya gitu, ya? Mendadak pirang," sebut Waffa lalu terkekeh.

"Maksud?" tanya Kagendra dengan kening berkerut.

"Ya, ini nyalon ... Lyre pasti mau ganti gaya rambut," kata Waffa lalu memperhatikan Kagendra langsung sibuk meraih ponsel dan mengetik cepat. "Kenapa lo, langsung sibuk gitu?"

"Gue enggak senang rambutnya Lyre pirang."

"Gimana sih? Berkas gugatan udah ma—"

"Gue masih suaminya sampai hakim mengesahkan sebaliknya." Kagendra menyela cepat dan memastikan pesannya sudah dibalas.

Kagendra Pradipandya
Re, katanya nyalon sama Dede?
Enggak boleh rambut pirang atau potong rambut pendek.

Lyre Pradipandya
Iya, cuma creambath.
Dede yang mau potong sama recoloring.

Waffa menyipitkan mata karena sahabatnya kini tampak lega, meletakkan ponsel dan kembali menikmati makan siang. "Lo tahu enggak sih, Ndra?"

"Apaan?"

"Gugatan lo enggak akan dikabulkan kalau pengadilan menilai enggak ada keseriusan untuk berpisah."

"Gue serius," jawab Kagendra, menelan potongan steak terakhirnya.

"Kalau serius, berhenti ngatur-ngatur Lyre. Dia itu posisinya udah mulai setengah bebas, biarin dia juga mulai menata hidupnya sendiri."

Kagendra meraih gelas air minumnya, menenggak hingga setengah dan menanggapi kalem. "Itu bukan hidupnya sendiri, dia bawa Ravel dan posisinya sebagai Ibu dari anak gue enggak akan pernah berubah. Jadi, dia emang wajib mempertahankan penampilan yang sesuai sama keadaan itu ... sebagaimana gue sebagai ayahnya Ravel, lo emang pernah lihat gue rambut pirang, gondrong, spike, mohawk? Enggak pernah!"

REPEATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang