Bab 16

27 14 0
                                    

Aku memilih menginap dirumah kakek selama liburan ini, selain sebagai bentuk refreshing, aku juga tak akan lupa tentang masalah bingkai foto itu. Bagi ku dan untuk ku, ini adalah satu-satunya jalan untuk mendapatkan jawaban. Bisa saja aku bertanya dengan kakek, atau ke kamar nenek lagi untuk menuntaskan masalah bingkai foto, atau bahkan menemukan kejanggalan-kejanggalan lainnya. Yaa, kebetulan saja yang kosong hanya kamar mendiang nenek, jadi aku tidur disana.

Aku tidak tahu sampai kapan masalah ini akan selesai, tapi pastinya, aku akan selalu mencari jawaban dari setiap masalah yang menghantui hidup ku. Tentang hilangnya Nakula, tentang siapa sebenarnya Angkara, tentang siapa sebenarnya Adiwiyata Laksamana, dan apa hubungannya dengan Namika.

Ini akan menjadi masalah yang panjang. Ya, benar-benar panjang. Masalahnya bukan hanya satu atau dua, tapi lebih, dan aku harus menyelesaikannya sendirian, tanpa bantuan siapapun. Aku yakin, jika satu masalah terselesaikan, akan ada lagi bahkan banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang akan muncul, dengan nama lain bercabang.

Lelah, memikirkannya saja sudah lelah, apa lagi kalau aku benar-benar sudah menjalankan penyelidikan ini? Untung saja skripsi ku sudah selesai dan diterima oleh dosen, beban ku sedikit berkurang, coba kalau belum selesai, aduhhh, bisa-bisa aku mati stress.

"Hey, Ratu! Jangan bengong, nanti kesambet, Nak!" tegur kakek dengan menepuk bahu ku dengan kencang. Aku segera tersadar, koper yang sedari tadi ku genggam tidak kunjung ku masukkan ke dalam rumah kakek, aku benar-benar baru menyadari bahwa sedari tadi aku terbengong-bengong di luar rumah. Entahlah, siapa yang sudah melihat ku cengok seperti ini, aku benar-benar malu, wajah ku pasti seperti orang... ah, sudah, ah! Memalukan!

"I-iya, Kek." Aku merapikan beberapa helai-helaian rambut ke belakang daun telinga, lalu segera melangkah masuk ke dalam rumah kakek sembari membawa koper dan beberapa barang lainnya.

"Jaga diri baik-baik, ya, Rat!" perintah mama ku dari dalam mobil, aku mengangguk mantap sembari menutup bagasi mobil. "Nikmati liburan kamu, jangan bikin repot kakek, okay?!"

"Iyaaa, Maaa!" teriak ku.

Dalam hitungan detik, mobil yang mama kendarai melaju meninggalkan diri ku. Baiklah, selamat bertemu seminggu lagi, Ma, aku akan menikmati liburan ku kali ini. Menghindari sebagai orang-orang yang membuat ku pusing.

"Yuk, masuk, Nak," ajak kakek, aku tersenyum dan menganggukkan kepala.

༺❀༻

Aku perlahan memasuki kamar mendiang nenek, ku buka pintunya, wangi khas nenek semasa hidup sangat menyentuh indera penciuman ku. Aku lagi-lagi tersenyum, teringat bagaimana dulu aku bermain dengan nenek saat aku masih kecil, bagaimana aku disuapi makan oleh nenek. Dulu, tiap libur sekolah, pasti aku main ke rumah kakek dan nenek, lalu menginap selama beberapa hari. Terkadang, ketika mama dan ayah sudah menjemput ku untuk pulang kembali ke rumah, aku menangis, karena aku begitu menyayangi kakek, nenek, serta suasana perkampungan disini.

Aku menaruh koper ku dipojok kamar, lalu membuka resletingnya, mengambil pakaian-pakaian untuk dimasukkan kedalam lemari kosong, dan mengeluarkan beberapa barang untuk ku taruh diatas laci. Aku mendudukkan diri ku diatas ranjang, lalu menatap langit-langit kamar dan menghirup udara disini. Jendela kamar ku buka, supaya angin masuk.

Tangan ku reflek mengambil bingkai foto yang terletak diatas laci. Bukan, ini bukan bingkai foto yang menjadi pertanyaan ku. Bingkai foto yang ku pegang adalah bingkai foto pernikahan kakek dan nenek dulu.

Cantik, batin ku ketika melihat wajah nenek saat muda. Kakek juga ganteng banget, ya? lanjut ku.

Aku terkadang berpikir, dengan siapa aku menikah nanti, ya? Mengingat usia ku sudah di kepala 2, aku tidak bisa berbohong kalau mama setiap hari selalu bertanya dimana pacar ku. Huh, sangat menyebalkan. Padahal aku minat berpacaran saja tidak, bukan maksudnya aku tidak menyukai laki-laki, ya! Aku... ingin menikmati waktu kesendirian ku dulu sampai menemukan orang yang tepat, itu maksud ku.

Angkara Ratudala (TERBIT)Where stories live. Discover now