Mendarat

192 13 1
                                    


Story 5

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Story 5

Semua serba sat set sat set.

Tahu-tahu Isa sudah di pesawat. Menoleh ke arah jendela. Warna biru laut mulai terlihat jelas. Sebentar lagi tiba.

Isa masih tidak percaya Pak Juarta mau melepasnya. Tapi permintaan Hibta Nour benar-benar membuatnya tidak berkutik. Influencer cum selebgram itu tahu betul cara membujuk orang.

Kompromi dan konsolidasi. Isa masih ingat bagaimana Hibta menekan Pak Juarta. Yang pamungkas:

"Sekadar info saja, sih, Pak. Netizen sekarang ganas-ganas. Kalau misalnya ..., Bapak menolak usulan cuti karyawan, terus viral dan di-blow up media, akhirnya jadi repot, kan?"

Ampun. Isa sampai tidak enak. Tapi pada akhirnya semua terdengar masuk akal.

Saat Hibta bertanya, kamu pernah mengajukan cuti? Isa seperti tersadar, bahwa dia memang sebadut itu. Tidak pernah bolos kerja. Juga jarang sakit. Makanya anak-anak bagian teknis menjuluki Isa sebagai Cristiano Ronaldo versi cewek. Datang pertama, pulang terakhir.

Sudah saatnya semua deadline itu dibuang jauh-jauh. And ..., here i am. Jadi tim hore. Akomodosi sepenuhnya ditanggung sponsor.

Jadi ceritanya begini. Hibta punya pile project promosi destinasi wisata. Linear dengan endorse produk kencantikan bertema tropical. Tanggal disepakati. Kerja sambil liburan siap dilaksanakan. Tim dibentuk.

Lantas Hibta teringat Isa. Pertolongannya tempo hari benar-benar sesuatu. Apa jadinya Hibta jika Isa tidak muncul. Hibta masih ngeri dengan preman itu.

Hitung-hitung balas budi. Dan, hei, secara teknis, Isa bisa menjadi bodyguard yang ideal untuk Hibta. Sip, kan?

Jadi bisa dibilang, misi Hibta sukses. Isa masuk dalam rombongan healing. Ah. Apa lagi nama tempatnya? Isa mencoba mengingat. Itu dia. Ada empat pulau yang akan dikunjungi.

Sebelum berangkat, Isa mencari tahu destinasi yang dituju. Semacam riset kecil. Ka'enua, To'ua, Mala'ea, dan Lelebe. Masyarakat lokal mengenal gugusan pulau itu dengan akronim Ka-To-Ma-Le. Preview-nya, sih, lumayan. Konon, lautnya jernih, pantainya bersih, dan terumbu karangnya masih terjaga.

Isa cukup penasaran. Dia kembali mendongak ke arah jendela. Laut di bawah sana. Sesaat fokus Isa teralihkan.

Di bawah sana, di atas permukaan laut yang luas, Isa bisa melihat kilang minyak lepas pantai sedang beroperasi. Tampak mencolok dikepung nuansa biru. Tiga crane raksasa tegak menyeruak. Di bawahnya, kapal-kapal pengangkut sibuk mengitari anjungan.

Isa bisa melihat kepulan asap hitam yang samar dari kapal-kapal itu. Pengumuman kembali terdengar. Sesaat lagi pesawat akan mendarat.

Pesawat landing dengan sempurna. Penumpang turun. Tim Hibta beriringan menuju gerbang kedatangan. Sepengetahuan Isa, ada tujuh orang dalam rombongan ini. Isa sendiri, Mundo, Jessie, Pobita bagian make up, Vatan (tentu saja), Hibta the boss, dan ..., Agha, yang merupakan pacar Hibta.

Sepanjang perjalanan, Hibta dan Agha terus mengumbar kemesraan. Isa sampai risih. Kenapa kutipan klise saat jatuh cinta dunia serasa milik berdua selalu bekerja?

Di depan bandara, pihak penjemput sudah menunggu. Seorang pria berusia empat puluh tahunan yang murah senyum. Dia segera menyapa.

"Welcome to Ka'enua."

Urusan bagasi beres. Semua segera naik ke mobil. Mengingat Isa baru bergabung, maka dia memilih bangku belakang.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Melewati deretan pohon palem, lalu menyusuri jalan aspal yang diapit rumah-rumah penduduk yang jarang-jarang. Setelah itu, yang tampak hanya landscape sabana yang cukup memukau. Hamparan vegetasi yang tidak terlalu hijau, tapi juga tidak kerontang.

Mobil terus melaju. Jalan aspal berkilat-kilat diterpa sinar matahari pagi. Jessie dan Pobita mulai memotret rekam sana-sini. Melihat spesifikasi ponsel keduanya, nyali Isa jadi ciut. Dokumentasi nanti saja.

Mobil sampai di tujuan. Penginapan untuk satu minggu ke depan. Muatan diturunkan. Tim mengangkat tas masing-masing. Isa memperhatikan sekitar. Not bad. Penginapan yang lebih dekat dengan istilah villa. Asri, tradisional, tapi terkesan mewah. Memang pantas untuk selebgram sekelas Hibta Nour.

Tim memasuki lobby. Orang lalu lalang. Di antaranya ada turis mancanegara. Bahkan wajah-wajah khas asia timur terlihat bersantai di kursi malas. Tiang-tiang kayu berjejer rapi, dengan ukiran khas budaya lokal. Lampu-lampu dibungkus anyaman bambu. Temaram. Kain-kain adat dipajang menyerupai lukisan.

Saat proses check in berjalan, pelan-pelan cuaca berubah. Langit menjadi gelap, awan membentuk mendung. Tahu-tahu gerimis datang, dan kemudian menjadi hujan. Cukup deras.

Isa melirik ke luar. Hujan sering turun akhir-akhir ini.

Urita : Isa & Samudra BijaksanaWhere stories live. Discover now