1. Gak Usah Manja!

111 15 2
                                    

Illysya Zayndra, pemilik tubuh mungil itu beberapa kali mengusap lengannya. Saat angin malam semakin menusuk kulit hingga ke tulangnya. Sudah 2 jam Illysya menunggu kekasihnya menjemputnya, tapi sampai hampir hujan pun kekasihnya tak juga datang menjemputnya.

Illysya, menatap langit yang sudah mulai menurunkan bulir-bulir air hujan. Semakin lama buliran itu semakin deras mengenai ujung sepatu yang Illysya kenakan, membuat Illysya semakin memasukkan dirinya ke dalam halte. Berharap kekasihnya segera datang menjemputnya.

Illysya Zayndra
Kak Al, udah di mana? Lysya takut hujannya makin deres Kak. Jemput Lysya sekarang please.

Illysya memejamkan matanya. Saat cahaya dari langit saling bersahutan dengan suara gemuruh petir dan hujan. Illysya beberapa kali mengecek ponselnya berharap Al kekasihnya segera menjemputnya.

Alghafa Azkara
Belum pulang?

Illysya Zayndra
Kan Lysya nunggu Kak Al. Lysya udah minta tolong buat Kak Al jemput Lysya. Kak Al gak lupakan?

Alghafa Azkara
Ya lo harusnya kalo tau gue lama jemput ya naik taksi kek, angkutan umum kek, gak usah manja! Kenapa sih? Apa-apa minta dijemput kebiasaan banget ngerepotin!

Illysya Zayndra
Maaf, udah ngerepotin Kak Al, tapi di sini gak ada kendaraan umum lewat.

Alghafa Azkara
Ya udah, gue jemput.

Illysya menatap layar ponselnya. Illysya tersenyum miris air matanya menetes begitu saja. Rasanya Illysya lelah menjalani hubungan di mana dirinya seolah tak dianggap ada. Illysya bahkan harus mengemis untuk sekedar meminta dijemput Al. Illysya lelah ingin mengakhiri semuanya, tapi Illysya terlalu mencintai Al. Walaupun banyak fakta menyakitkan yang Illysya harus terima tentang Al.

Illysya melangkah menduduki tempat duduk di halte. Tangannya menghapus air matanya yang baru saja menetes. Mata hazel Illysya menatap tetesan air hujan, tangannya memeluk tubuhnya erat.

Illysya bangkit dari duduknya tersenyum ke arah mobil yang berhenti tepat di depannya. Illysya, langsung memasuki mobil menatap kekasihnya yang notabenya Kakak kelasnya.

"Makasih ya Kak, udah jemput, Lysya," ucap Illysya yang membuat Al melirik Illysya, "Lagi-lagi ya lo repotin gue. Lo tau gak sih urusan gue tuh bukan cuma lo. Hidup gue tuh bukan cuma buat urusin lo. Anter jemput lo jadi apa-apa gak usah hubungi gue. Mandiri Lysya! Gak usah manja! Gue pacar lo, bukan sopir lo yang ketika lo mau pergi kemana pun gue anter jemput lo," ucap Al yang membuat Illysya terdiam selalu seperti ini ketika Illysya minta Al untuk menjemputnya. Padahal Illysya tergolong jarang meminta Al menjemputnya. Illysya akan meminta Al menjemputnya ketika benar-benar mendesak. Selebihnya Illysya tak pernah meminta Al untuk selalu berada di sampingnya. Terkadang Illysya rindu momen di mana dirinya dan Al baru menjalin kasih laki-laki itu sangat romantis. Memperlakukannya layaknya ratu, tapi sekarang? Ntahlah, kemana sikap romantis itu menghilang.

"Habis ke mana aja sih jam segini baru pulang?" tanya Al membuat Illysya menunjukkan buku yang dibelinya sampai melupakan waktu, "Beli Buku Kak," jawab Illysya.

"Lain kali kalo kaya gini lagi, gak usah minta gue jemput lagi. Lagian lo yang salah beli buku gak inget waktu," ujar Al matanya fokus menatap jalanan yang sudah basah karena terguyur hujan.

"Iya Kak, maafin Lysya ya, udah repotin Kak Al," ucap Illysya pelan menatap Al.

"Gak usah minta maaf, kalo besok-besok lo nyusahin gue lagi," ujar Al membuat Illysya diam. Ntahlah Al selalu bersikap seperti ini, "Kamu selalu menggenggamku erat. Seolah tak ingin melepaskanku, tapi perlakuanmu seolah bosan denganku," ucap batin Illysya menatap keluar jendela menyudahi obrolan yang selalu diwarnai dengan perdebatan dan lagi-lagi Illysya yang selalu mengalah.

"Kak Al," panggil Illysta kembali membuka suara setelah lama berdiam yang membuat Al melirik Illysya, "Apa?" tanya Al nadanya terdengar jengah.

"Besok bisa gak, Lysya berangkat bareng Kak Al, ke sekolah? Mobil Lysya lagi di bengkel katanya besok malem baru bisa di ambil. Mamah sama Papah juga kayaknya gak bisa anterin Lysya mereka sibuk," jelas Illysya yang membuat Al berdecak, "Gak bisa Sya. Arah ke rumah lo sama gue tuh ujung ketemu ujung bolak-balik ribet. Lo naik taksi aja atau angkutan umum yang ada. Ojek kek, apa ajalah pokoknya yang ada. Gak usah manja!" ujar Al yang membuat Illysya mengangguk seraya tersenyum tipis selalu kata 'Gak usah manja!' yang Illysya dengar saat Illysya meminta tolong pada kekasihnya. Ntah memang sifat Illysya yang manja atau kekasihnya yang selalu menganggapnya manja?

"Kak Al, mau mampir dulu?" tanya Illysya saat mobil milik kekasihnya sudah sampai di halaman rumahnya.

"Gak, buru turun," jawab Al yang membuat Illysya mengangguk. Lalu segera bergegas turun dari mobil Al berdiri di depan rumahnya, melihat mobil kekasihnya keluar dari halaman rumahnya. Illysya menatap kepergian mobil Al, "Kamu itu layaknya kaktus semakin ku peluk semakin menusuk," ucap batin Illysya sebelum akhirnya kakinya melangkah perlahan memasuki rumahnya.

Illysya menatap sekeliling rumahnya. Sepi, hanya itu yang menggambarkan rumah Illysya di setiap harinya kedua orang tua Illysya pergi untuk bekerja dan pulang untuk beristirahat tidak ada waktu untuk Illysya. Ah apa Al tak salah mengatakan Illysya manja? Apa seperti ini kehidupan gadis manja? Sepertinya kehidupan Illysya jauh dari kata manja. Tapi ya sudahlah. Al memang seperti itu selalu mengatai Illysya manja hanya karena Illysya meminta tolong padanya.

Illysya melangkahkan kakinya ke dapur, membuat secangkir coklat hangat untuk menemani malamnya yang dingin hari ini. Seperti sikap Al yang selalu bersikap dingin 1 bulan belakangan ini, lebih tepatnya setelah mantan kekasih Al putus dari pacar barunya.

"Mungkin kamu yang belum bisa melupakan masalalu mu, tapi untuk melepaskan aku pun kamu nggan," ucap Illysya membatin kakinya melangkah menaiki anak tangganya menuju kamarnya.

Illysya meletakkan tasnya dan buku yang di belinya di meja belajar. Tangannya beralih mengambil kotak yang selalu setia berada di meja belajar Illysya. Sebelum akhirnya Kaki Illysya melangkah ke arah balkon tangannya membuka pintu balkon meletakkan coklat hangatnya di meja lalu mendudukkan dirinya di kursi samping meja memangku kotak yang tadi diambilnya di meja belajar. Mata hazel indahnya menatap tetesan demi tetesan hujan yang turun begitu damai.

"Dulu kamu pernah sehangat coklat hangat ini sebelum akhirnya kamu sedingin suasana malam ini," ucap Illysya membatin. Meneguk coklat hangatnya. Setelah itu matanya menatap buliran hujan yang turun begitu damai.

Illysya mengalihkan tatapannya kepada kotak yang berada dipangkuannya. Di sana terdapat beberapa bunga mawar yang sudah mengering dan kertas origami yang dipotong berbentuk love dengan tulisan di tengahnya Illysya membaca tulisan yang dulu pernah selalu menyapa hari-harinya sebelum belajar. Kertas origami berbentuk love dan setangkai bunga mawar ini selalu ada di ujung meja Illysya.

Dari sekian banyaknya objek, kamu adalah objek utama mataku.

- A Love I -

Mengamati mu suatu hobi yang menyenangkan untuk ku.

- A Love I -

Keindahan mu, nggan membuat mata ku berpaling dari mu.

- A Love I -

Mata hazel itu, aku suka.

- A Love I -

Mencintai mu seolah candu untuk ku.

- A Love I -

Illysya tersenyum membaca setiap tulisan yang tidak begitu terukir indah, tapi kata-katanya begitu indah untuk Illysya baca.

"Aku kangen Kak Al, buat gini lagi," gumam Illysya kembali memasukkan kembali kertas origaminya ke dalam kotak. Lalu meneguk kembali coklat hangatnya. Sebelum akhirnya kembali memasuki kamarnya bersama kotak origaminya.

⚘💌

By : Triana Alicius

Jangan lupa vote dan komen yah😁 sekian Trima kasih🙏

A Love I [Bismillah Open PO]Where stories live. Discover now