7.Sahabat?

41 16 2
                                    

"Pindah depan," ucap Al pada Illysya. Saat Salsa baru saja keluar dari mobilnya dan memasuki rumah.

"Di sini aja Kak, gak papa," tolak Illysya yang membuat Al berdecak, "Sya, pindah depan!" ucap Al tegas membuat Illysya pasrah pindah ke depan lebih tepatnya di samping Al.

"Gue bukan sopir lo ya. Jadi kalo gue minta lo duduk di depan ya duduk di depan," ujar Al seraya mulai kembali melajukan mobilnya ke arah rumah Illysya.

"Lo ada hubungan apa sih sama Ali. Kok bisa berangkat sekolah bareng, lo mau selingkuh dari gue?" tanya Al yang membuat Illysya tersenyum miris seharusnya Illysya yang melontarkan pertanyaan itu pada Al bukan malah sebaliknya.

"Harusnya Lysya yang nanya sama Kak Al. Kak Al ada hubungan apa sama Kak Salsa sampe rangkul-rangkulan di lapangan?" Illysya menatap Al yang juga sedang menatapnya.

"Gue sama Salsa sekarang udah sahabat, jadi wajar kan kalo sahabat rangkul sahabatnya?" jawab Al yang membuat Illysya terkekeh.

"Yakin cuma sahabat Kak? Apa sebenernya masih ada perasaan?" Illysya menyugar rambutnya. Ntahlah rasanya di dalam mobil ini terasa panas padahal AC di mobil Al menyala mungkin karena perdebatan panas mereka sekarang.

"Lo gak usah mengalihin pembicaraan. Yang gue tanya tuh lo, kenapa malah lo balik kasih pertanyaan sama gue," ucap Al yang membuat Illysya menatap Al tajam, "Karena yang selingkuh Kak Al bukan Lysya," ucap Illysya matanya menatap Al yang juga sedang menatap Illysya.

"Gue gak selingkuh. Lo gak ngerti posisi gue. Lo coba berpikir positif ngertiin keadaan gue sama Salsa sekarang," ucap Al yang membuat Illysya tersenyum miris.

"Posisi yang kaya gimana Kak yang harus Lysya ngertiin?" tanya Illysya mata hazelnya sudah berkaca-kaca.

"Kak Al tuh egois. Mau dimengerti tapi gak ngertiin Lysya," ucap Illysya lirih tapi masih terdengar jelas di telinga Al.

"Gue cemburu Sya, liat lo bareng Ali please jangan deket-deket sama dia." Al menggenggam tangan Illysya.

"Lysya juga cemburu liat Kak Al deket sama Kak Salsa," ucap Illysya membuat Al diam.

"Lysya bakal jauhin Ali kalo Kak Al juga jauhin Kak Salsa," lanjut Illysya membuat Al melepaskan tangan Illysya.

"Gue gak bisa, Salsa tuh punya trauma Sya," ujar Al matanya menatap jalanan.

"Dia hampir pernah mau dilecehin sama pacarnya. Dia mau gue jadi pacarnya lagi, tapi gue gak mau karena gue punya lo, jadi kita milih sahabatan aja," jelas Al membuat Illysya menatap Al, "Apa Lysya harus kayak Kak Salsa dulu yang hampir dilecehin baru Kak Al bisa sepehartian itu?" Pertanyaan Illysya membuat Al menatap Illysya lalu menggeleng, "Gak gitu Sya," lirih Al.

"Gue sama Salsa cuma sahabatan. Percaya sama gue," ucap Al meyakinkan Illysya.

"Sahabatan juga ada batasnya. Bukan apa-apa harus ngutamain sahabatnya terus-menerus tanpa mikirin hati pacarnya," ucap Illysya menghapus air matanya yang baru saja menetes.

"Lysya, Kak Al anggap apa?" tanya Illysya yang  membuat Al diam, "Bebannya Kak Al?" tanya Illysya yang membuat Al menggeleng cepat, "Gak gitu Sya."

"Gak gitu. Terus gimana? Nyatanya Lysya ngerasanya Kak Al nganggep Lysya beban," ucap Illysya tersekat saat nafasnya bergemuruh tak teratur. Rasanya perdebatan ini membuat batinnya menangis hebat.

"Udah sampe Lysya turun, hati-hati Kak," ucap Illysya sebelum akhirnya keluar dari mobil Al. Lalu memasuki rumahnya.

   Al melajukan mobilnya setelah berdiam beberapa menit.

"Kamu adalah cinta dan dia adalah cinta di masalalu ku," ucap batin Al tatapan matanya menatap ke jalanan.

   ⚘💌

"Baru pulang sayang?" ucap wanita paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah Bunda Al dan Ali.

"Iya Bun tadi anterin Lysya dulu," ucap Al setelah mengecup pipi Bundanya.

"Makan dulu Bunda udah siapin di meja makan. Kita makan bareng-bareng," ajak Bunda Resi yang membuat Al melangkah mengikuti langkah Bundanya ke arah meja makan.

"Anak gak berguna itu ke mana? Kok belum pulang dia Al?" tanya Bunda Resi yang membuat Al menyederkan punggungnya di senderan kursi.

"Lagi di hukum kali Bun. Al juga gak tau. Bunda kayak gak tau aja Ali kayak gimana," jawab Al setelah itu meneguk air putih yang sudah disiapkan Bundanya.

"Jangan banyak-banyak Bun, Al tadi udah makan," ucap Al saat melihat Bundanya manaruh nasi di susul dengan lauk pauknya.

"Segini cukup?" tanya Bunda Resi yang dijawab anggukkan oleh Al.

   Ali yang sedari terdiam mendengarkan obrolan Bundanya dan Al. Melangkah kembali ikut bergabung bersama Bunda dan Kakaknya. Walaupun kata-kata Bundanya selalu berputar di kepalanya.

"Bun, besok ke sekolah ya," ucap Ali meletakkan surat panggilan orang tua di meja sebelum akhirnya duduk meneguk air putih yang sudah dituangnya.

"Surat panggilan orang tua?" tanya Bunda Resi yang dijawab anggukkan oleh Ali, "Iya," jawab Ali singkat tangannya bergerak mengambil nasi beserta lauk pauknya.

"Bisa gak sih kamu sekali aja banggain Bunda? Gak terus jadi beban, malu-maluin keluarga?" ujar Bunda Resi yang membuat Ali menatap Bundanya, "Bisa gak Bunda bersikap adil antara Bang Al sama Ali?" tanya Ali mengaduk makananya.

"Kita terlahir dalam rahim yang sama tapi di perlakukan sangat berbeda," ujar Ali menatap Bunda Resi dalam, "Hanya karena satu alasan yang Ali aja gak mau ada di posisi itu," lanjut Ali sebelum akhirnya bangkit dari duduknya memasuki kamarnya.

⚘💌

By : Triana Alicius

A Love I [Bismillah Open PO]Where stories live. Discover now