3. Bahagia?

57 14 2
                                    

   Ali dan Illysya sudah setengah jam berdiri di lapangan. Walaupun tubuh Illysya sudah tak kuat lagi terkena terik matahari.

"Lo masuk ke kelas aja gih, muka lo pucet gitu," ucap Ali tangannya masih setia menghadangi kepala Illysya dari teriknya sinar matahari.

"Aku gak papa kok. Setengah jam lagi bisalah," ujar Illysya seraya tersenyum walaupun raganya sejujurnya sudah tak kuat lagi untuk berdiri. Di tambah lagi Illysya belum sarapan.

"Illysya, dengerin gue lo masuk kelas. Gue yang tanggung sisa hukuman lo," ucap Ali yang membuat Illysya menggelengkan kepalanya tetap kekeh berdiri di bawah sinar matahari yang semakin panas.

"Oh yah, aku mau nanya. Pas naik tembok kamu beneran gak ngeliat apa-apa kan?" tanya Illysya ragu yang membuat Ali menggaruk dahinya.

"Kamu ngga liat apa-apa kan?" tanya Illysya lagi.

"Liat dikit, tapi gak sengaja sumpah beneran deh demi apapun gak sengaja gue juga langsung ngalihin mata gue kok beneran gak boong suer deh," ucap Ali yang membuat Illysya membulatkan matanya. Sudah Illysya duga posisinya memang sulit saat menaiki tembok.

"Lo marah ya sama gue, sorry gue beneran gak sengaja," ucap Ali yang membuat Illysya menatap Ali, "Udah gak usah di bahas lagi," ujar Illysya menyudahi obroran memalukan ini.

"Lo jangan marah gue beneran gak sengaja, gue emang nakal tapi gue tau cara ngehargain perempuan," ucap Ali tatapan mata hitam legamnya terlihat sangat teduh.

"Makasih ya udah bantuin aku masuk," ucap Illysya yang dibalas anggukkan oleh Ali.

"Sama-sama, eh tapi ngomong-ngomong lo kenapa telat? Ini pertama kalinya kan lo telat?" tanya Ali yang dijawab anggukkan oleh Illysya, "Biasalah jalanan ibu kota macet di tambah mobil gue rusak dari kemarin. Jadi, harus naik kendaraan umum," jawab Illysya yang membuat Ali mengangguk paham.

"Kenapa lo gak minta dijemput Bang Al? Lo masih pacaran kan sama Bang Al?" tanya Ali yang dijawab anggukkan pelan oleh Illysya, "Iya, kok kamu tau. Aku pacaran sama Kak Al?" tanya Illysya yang membuat Ali terkekeh sepertinya banyak hal yang gadis di sampingnya tidak tahu.

"Gue kan adiknya Bang Al jadi tau lah beberapa kali juga gue liat lo ke rumah tapi gue milih di kamar gak mau ganggu," jelas Ali yang membuat Illysya kembali membulatkan matanya. Pasalnya Al tak pernah cerita tentang Ali padanya dan di rumah Al juga tidak ada foto keluarga bersama Ali. Jadi Illysya kira Al anak tunggal.

"Sorry aku gak tau Al gak pernah cerita tentang kamu," ujar Illysya yang membuat Ali tersenyum miris. Ali memang selalu tak dianggap dalam keluarganya bahkan dari sekian banyaknya foto keluarga Ali tak pernah diajak ikut untuk berfoto bareng mereka. Selalu Al yang menjadi primadona di rumah maupun di sekolah Ali selalu kalah apapun jika lawannya adalah Al.

"Wajar sih Bang Al gak pernah cerita tentang gue orang gue juga gak pernah dianggap ada kok sama keluarga gue. Tapi it' s oke, i' m fine. Gue bahagia dengan cara gue sendiri," ucap Ali dengan sedikit tawanya terlihat baik-baik saja walaupun hatinya menangis miris.

"Oh yah lo kok jarang main ke rumah yah 1 bulan belakangan ini? Kenapa ada masalah sama Bang Al?" tanya Ali mengalihkan topik pembicaraan membuat Illysya yang sedang menatap Ali sedikit perasaan iba kini tersenyum miris.

"Orang di masa lalu susah ya buat di lupain?" tanya Illysya tiba-tiba, membuat Ali menatap Illysya tak mengerti.

"Lumayan, apalagi kalo banyak kenangannya," jawab Ali yang membuat Illysya tersenyum menatap Ali, "Kak Al kembali ke ruang masa lalunya," jawab Illysya ntah mengapa Illysya nyaman bercerita masalahnya pada Ali. Padahal Ali orang baru yang Illysya kenal tapi rasanya nyaman.

"Salsa?" Illysya mengangguk mengiyakan ucapan Ali.

"Bego lo Bang! Udah di selingkuhin tapi lo masih aja deketin tuh cewek. Lo malah sia-siain Illysya. Brengsek lo!" umpat batin Ali tangannya mengepal kuat. Ingin rasanya Ali menghajar Al sekarang meluapkan emosinya.

"Kenapa gak minta putus aja? Jangan pernah berharap kebahagiaan pada laki-laki yang gak bisa menghargai hati perempuan," ucap Ali yang membuat Illysya menatap lurus.

"Aku masih cinta sama Kak Al. Bahkan cinta banget. Lagian selagi masih bisa dipertahankan kenapa nggak?" ujar Illysya seraya tersenyum.

"Pertanyaannya sampe kapan lo bertahan? Sampe kapan lo terus menerus terluka?" tanya Ali yang membuat Illysya menatap Ali seraya tersenyum, "Aku baik-baik aja. Aku bahagia," ucap Illysya yang membuat Ali menatap Illysya dalam jelas terlihat banyak luka di mata hazel milik Illysya. Tapi Illysya bilang bahagia? Dimana letak kebahagiaan itu berada.

"Nggak ada seorang pun yang bahagia ketika melihat seseorang yang kita cinta lebih mentingin orang lain dari pada kita, gak usah boong kalo sama gue. Gue tau lo gak sebahagia keliatannya," ucap Ali yang membuat Illysya menunduk yang dikatakan Ali benar adanya Illysya tak bahagia.

"Dunia ini layaknya kepalsuan banyak orang-orang berpura-pura bahagia, baik-baik saja. Walaupun hatinya kini tidak baik-baik saja. Itu juga yang Aku lakuin," ucap Illysya membuat Ali terdiam keadaan mendadak hening hanya karena ucapan Illysya.

"Lo bener," ucap batin Ali membenarkan ucapan Illysya. Karena nyatanya Ali memakai cara yang sama dengan Illysya.

"Kita ke kantin yuk. Hukuman kita udah selesai 10 menit yang lalu. Keasikan ngobrol jadi lupa jam," ucap Ali yang membuat Illysya melihat jam tangannya benar kata Ali waktu hukumannya harusnya sudah selesai 10 menit yang lalu.

"Aku langsung ke kelas aja," tolak Illysya yang membuat Ali menahan tangan Illysya yang hendak melangkah ke arah kelas.

"Jangan kira ya dari tadi kita ngobrol gue gak denger suara perut lo. Gue denger Illysya, pokoknya gue gak mau tau kita ke kantin sekarang! Ini perintah bukan pertanyaan. Lagian waktu kita kepotong 10 menit ya itung-itung kita ke kantin ganti waktu kita yang udah kebuang buat berdiri di sini," ucap Ali setelah itu menarik tangan Illysya pelan ke arah kantin.

⚘💌

By : Triana Alicius

A Love I [Bismillah Open PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang