Liburan Keluarga

6 2 2
                                    

Peringatan! Bijak dalam membaca. Tidak memaksa, silahkan untuk vote dan komen. Terima kasih ❤️


Drtttt drtttt

Hey boy

Make 'em whistle like a missile bomb bomb

Every time I show up, blow up uh

"Darl, hp lo bunyi tuh," kata Ghea.

"Iya, gue angkat dulu ya," izin Lisya.

"Iya, sono angkat."

Lisya beranjak dari duduknya dan berjalan ke luar aula. Ia menjauh agar tak ada yang tau siapa yang meneleponnya saat ini. Tanpa menunggu lama-lama lagi, Lisya segera mengangkat telepon yang terus saja berdering.

"Apaan?" tanya Lisya tanpa basa-basi.

"Nanti habis pulang sekolah kita langsung pergi ke bandara," ucap Hardan di seberang sana.

"Hah? Ngapain?" tanya Lisya bingung, pasalnya abangnya ini suka sekali berbicara setengah-setengah.

"Mama sama papa sekarang lagi flight ke Bali," jawab Hardan.

"Ya terus urusannya sama kita apaan? Emang mama sama papa ada meeting sama klien tapi anak-anaknya harus hadir, gitu?" tanya Lisya lagi dan lagi. Ia benar-benar dibuat bingung oleh manusia yang berstatus sebagai abangnya ini.

"Gak gitu, adikku sayang," Hardan terlihat gemas ingin mencubit adiknya itu kuat-kuat.

"Ya terus? Lo kalo ngomong jangan setengah-setengah dong! Lo kira otak gue 4G gitu, sinyalnya kuat." Lisya mencoba untuk tidak meneriaki Hardan melewati ponselnya.

"Iya, deh, iya. Ini gue jelasin."

"Nah, gitu dong! Kenapa gak daritadi aja lo jelasin secara detail?!"

"Gak ada sih, emang niatnya gue pengen bikin lo mikir plus kesel aja, hehe," ucap Hardan dengan cengengesannya.

Lisya tersenyum horor walaupun tak ada yang melihatnya. Andai saja Hardan di dekatnya, pasti sudah lama cap lima jari ia layangkan kepada abang paling menyebalkannya itu.

"Masih kupantau, belum kujual kau," kesal Lisya.

"Pasti banyak yang tertarik buat beli sih. Secara kan gue orangnya ganteng, manis, abang plus boyfriendable, baik, pokoknya idaman semua orang, deh," narsis Hardan.

"Huek," Lisya berpura-pura muntah mendengar perkataan Hardan.

"Idaman apaan narsis gitu."

"Mana pendek lagi," sambung Lisya.

Double kill

Terdengar di seberang sana suara tawa seseorang yang Lisya tahu itu adalah suara tawa milik Jian. Hardan hanya tersenyum miris mendengar ucapan adiknya itu. Walaupun apa yang Lisya ucapkan benar adanya, tapi tentu saja membuat hati Hardan retak seribu. Tapi menurutnya ia masih terbilang tinggi, apalagi jika dibandingkan dengan Lisya. Walaupun tinggi Lisya sudah sampai di bawah dagu Hardan.

"Tinggi gini dibilang pendek," ujar Hardan tak terima dibilang pendek.

"Denger ya, bang. Di antara semua temen-temen lo, cuma lo doang yang paling boncel. Eh, enggak deng. Kak Madava juga. Tapi intinya lo tuh boncel."

"Eh, iya. Mama tadi nelepon terus bilang ke gue kalo besok sama lusa kita liburan ke Bali. Om Jhons sama tante Keli juga ikut. Karena kita lagi sekolah, jadinya mereka pergi duluan.Tenang, urusan tiket udah diurus sama papa William yang ganteng seperti anaknya ini. Jadi nanti kita berempat tinggal pergi aja," jelas Hardan sekaligus mengalihkan topik pembahasan tentang tinggi badan.

2G & The Circle Where stories live. Discover now