Gabut

7 2 0
                                    

Peringatan! Bijak dalam membaca. Tidak memaksa, silahkan untuk vote dan komen. Terima kasih ❤️

Sudah seminggu yang lalu Key dan Lisya menjadi murid kelas 11. Selama seminggu itu belum ada juga yang mengetahui jika kedua gadis itu adalah adik Jian dan Hardan, salah satu most wanted di sekolah.

Selama seminggu itu juga Key dan Lisya kembali menjadi jati diri mereka sebagai gadis bar-bar. Kadang sekelas pusing dengan perbuatan mereka berdua. Ada saja yang dilakukan kedua gadis itu. Tapi di balik itu semua, kelas 11 MIPA 1 tidak akan menjadi lebih berwarna jika tidak ada kedua gadis itu.

Seperti saat ini, kedua gadis itu sedang bermain bersama teman-teman sekelasnya. Ralat, maksudnya hanya Lisya yang bermain bersama teman sekelas. Sedangkan Key, gadis itu sedang menatap Haga yang tengah diam. Pemuda itu sedang menulis sesuatu. Key diam menatap Haga bukan berarti sedang mengagumi atau apalah itu, tapi ia mempunyai niat jahat untuk menjahili Haga.

"Ga," panggil Key.

Haga tidak menyahut. Ia sibuk dengan urusannya sendiri. Lagipula ia tidak tahu bahwa Key memanggilnya. Kalaupun ia tahu, ia tidak terlalu minat untuk berbicara. Panggilan tak dijawab membuat Key kian memanggil Haga.

"Ga."

Hening, Haga masih tak menjawab. Yang bisa Key dengarkan adalah suara Lisya yang tengah bermain batu gunting kertas bersama teman-teman Haga, terkecuali Algi. Pemuda itu hanya diam menyimak permainan yang dimainkan teman-temannya itu. Ia juga bingung, permainan teman-temannya sangatlah aneh dan kekanak-kanakan.

Mereka bermain batu gunting kertas secara satu lawan satu. Yang kalah akan disentil jidat atau punggung tangannya oleh yang menang. Dan jika kalah akan diganti oleh pemain yang lain. Sementara yang menang akan tetap bertahan dan melawan pemain baru. Dan seperti itulah sampai seterusnya.

"Haga," panggil Key lagi.

Masih belum dijawab, Key semakin gencar memanggil Haga.

"Nih orang budek apa gimana? Gue panggil-panggil gak nyaut," batin Key.

"Haga," panggilnya agak sedikit keras.

Haga yang agak risih hanya bisa berdehem. Merasa panggilannya hanya dijawab deheman saja, Key menjadi kesal. Apa laki-laki itu tidak punya mulut untuk berbicara? Atau ia bisu, karena itulah ia diam dan hanya menjawab dengan deheman saja?

"Haga!" panggil Key lagi.

Kali ini Haga tak mau merespon Key lagi. Cukup sekali saja karena ia tak berniat untuk berbicara. Kesal, Key menghampiri Haga dan berlari pelan mengelilingi pemuda itu seraya memanggil namanya berulang-ulang.

"Haga, Haga, Haga, Haga, Haga."

Haga menahan emosi, ia menghembuskan napas sebelum akhirnya menarik kerah belakang baju Key membuat gadis itu tak bisa bergerak maju lagi.

"Mau apa lo, bocil?" ucap Haga dengan suara baritonnya.

"Mampus gue," batin Key.

Sementara itu, Lisya duduk di bangku Kean dan dikelilingi oleh teman-teman kakaknya. Mereka tentunya masih bermain batu gunting kertas. Kali ini Lisya adalah pemain bertahan alias selalu menang melawan mereka. Jika ditambah yang ini, Lisya sudah mengalahkan lima orang. Pertama Ririn, kedua Lia, ketiga Madava, keempat Kean dan terakhir Jhoval. Sekarang ia akan melawan Damian. Pemuda itu ingin bermain juga karena terlihat menyenangkan.

"Darlingga, Darlingga," seru Ririn dan Lia.

"Damian, Damian," seru teman-teman Damian.

Lisya dan Damian saling menatap tajam. Seakan cenayang, mereka saling memikirkan apa yang akan dikeluarkan oleh lawan. Suasana di sana terasa panas layaknya di tengah padang pasir. Mereka sudah seperti akan bertarung MMA saja. Ririn dan lainnya saling berseru menyemangati Lisya atau Damian.

2G & The Circle Où les histoires vivent. Découvrez maintenant