Kecelakaan

13 1 0
                                    

Peringatan! Bijak dalam membaca. Tidak memaksa, silahkan untuk vote dan komen. Terima kasih ❤️



Sesampainya di lapangan, Lisya segera mengabari sang sahabat jika mereka telah sampai di sana. Sehabis itu, Hardan memberitahukan apa-apa yang harus Lisya perhatikan ketika berkendara. Ia juga memberitahukan semua tombol-tombol yang ada di dalam supercar itu. Lisya mengangguk paham. Kemudian Hardan mulai mengajari Lisya dengan mobil yang berjalan. Tujuannya agar Lisya semakin paham apa yang telah dijelaskan Hardan.

Mobil berhenti tatkala Hardan telah selesai mengajari dan Lisya yang mengangguk paham setiap kali ia menjelaskannya.

"Nih, sekarang giliran lo yang nyoba. Udah paham kan, apa yang gue jelasin tadi?"

Lisya kembali mengangguk seraya mengatakan, "Iya, Bang. Gue dah paham, kok."

"Hati-hati, nih mobil cepet banget soalnya. Dan tempatnya pun kayak gini," peringat Hardan dengan serius.

"Iya, iya, Abangku sayang," balas Lisya.

Hardan menyuruh Lisya untuk berganti tempat duduk. Kini Lisya berada di kursi kemudi dengan mata yang berbinar. Ini yang ia tunggu-tunggu sedari tadi.

Lisya mulai menjalankan mobil dengan perlahan agar tidak terjadi apa-apa. Lisya mengemudi mengelilingi lapangan bola satu kali putaran. Hardan menatap bangga pada sang adik karena adiknya itu cepat tanggap.

Setelah satu kali putaran, Jian dan Key baru saja sampai. Mereka melihat Hardan yang turun dari mobil, membiarkan Lisya belajar sendiri. Ia hanya memperhatikan dari jarak yang tidak terlalu jauh, hanya di sekitaran lapangan. Jian dan Key menghampiri keduanya.

"Hai, Bro," sapa Jian kepada Hardan yang baru saja keluar dari mobil. Ia dan Hardan bertos ria ala mereka.

"Sya! Gue mau masuk, dong!" pinta Key.

"Yaudah, ayo masuk," balas Lisya.

Key segera masuk mobil, ia duduk di samping kursi kemudi. Sedangkan Jian dan Hardan duduk di rumput-rumput yang ada di lapangan itu. Mereka memperhatikan sang adik yang sedang mengendarai mobil.

"Widih, adek lo udah bisa nyetir ternyata," celutuk Jian.

"Baru belajar."

"Terus habis ini lo bolehin dia nyetir di jalan?"

"Ya enggak, lah! Dia baru bisa masa langsung gue ijinin, entar terjadi sesuatu gimana? Mati gue dimarahin bokap sama nyokap."

"Oh gitu. Btw, nih, kalo lo mau." Jian menyodorkan Tupperware berisikan popcorn yang ia bawa tadi.

"Apaan?"

"Popcorn."

"Oh."

Jian menyodorkan Tupperware mamanya. Tak lupa ia buka tutup Tupperware itu. Keduanya memakan popcorn buatan Jian sembari menonton Lisya yang tengah mengendarai mobil mengelilingi lapangan dan Key yang juga berada di mobil itu tentunya. Jian dan Hardan layaknya sedang berada di bioskop. Padahal yang mereka tonton hanyalah mobil yang memutari lapangan.

"Btw, lo kok bolehin adek lo belajar nyetir? Kan masih umur segitu. Terus mobil yang ini agak beda," tanya Jian.

"Gue juga kagak ijinin dia. Tapi Papa yang ijinin, jadinya ya.... Gini," jawab Hardan kemudian memasukkan beberapa butir popcorn ke dalam mulutnya.

"Gampang banget ye, Bapak lo ngijinin. Apa Bapak lo gak mikir resikonya nanti kayak gimana?"

"Ya makanya gue gak bolehin. Tapi Papa bilang gapapa, dia juga gak bakal ijinin Lisya make mobil keseringan. Umur enam belas baru diijinin."

2G & The CircleWhere stories live. Discover now