2. Terluka

96 11 4
                                    

"  Hariku tak pernah sunyi  darimu, Entah tawa yang menggema, ataupun mata yang berbicara.
Aku tak bisa melakukan apapun
Selain mencegah tawamu di lautan luka, dan membuat binar matamu tak lagi berkaca "

Abizar Aifaz Fadgham

Abizar menatap dua kantong plastik yang berisi martabak juga jajanan kesukaan istrinya dengan senyum mengembang.

Ia selalu membawakan oleh oleh untuk sang istri ketika pulang dari bepergian guna mengisi acara.

Sesampainya di pesantren cowok tersebut langsung menuju ke rumahnya. Ia mengetuk pintu sembari mengucap salam.

Namun tak ada sahutan apapun dari dalam rumah. Abizar segera membuka pintu. Ruang tamu nampak lenggang.

Tak ada sosok istrinya yang biasa menunggunya di ruang tamu. Telinganya menangkap tangisan dari arah dapur.

Sontak saja Abizar berlari menuju ke dapur. Matanya membola kala melihat sang istri memegang benda tajam dan mengarahkan pisau tersebut pada perut buncitnya.

" Astagfirullahalazdzim Agnetta!!!! "

Abizar membuang makanan yang ia bawa ke sembarang arah. Ia langsung berlari ke arah perempuan yang sedang menangis tersebut.

Abizar meraih pisau itu dengan tangannya. Ia tak peduli tangannya bisa terluka karena menggenggam benda tajam itu.

" Biarin aku bunuh dia mas!! "

" Istigfar sayang. Anak ini tak bersalah!! "

Setelah mendapatkan pisau itu Abizar membuangnya asal. Agar tak bisa di jangkau oleh istrinya.

Abizar memeluk istrinya yang terus menangis dan juga meracau dengan erat sembari beristigfar. Sedangkan Agnetta terus saja memberontak.

" Aku gadis yang kotor. Tubuhku kotor.  Semuanya Yang ada di diriku kotor. Termasuk anak ini!!. Anak kotor ini harus mati dia harus mati!! "

" Astagfirullahalazdzim Istigfar Agnetta "

" Kenapa mas gak biarin aku bunuh dia!!! "

Kata Agnetta melerai pelukan suaminya dengan kasar. Ia menatap tajam netra Abizar yang mulai berair.

" Astagfirullahalazdzim Sayang Istigfar sayang "

Kata Abizar namun tak di gubris. Agnetta tetap memberontak namun Abizar memeluknya erat tak memberi celah untuk sang istri kabur.

Abizar mengurai pelukannya. Ia menangkup kedua pipi istrinya. Ia menatap dalam manik mata istrinya.

" Dengerin mas. Astagfirullahalazdzim ikutin mas Astagfirullahalazdzim "

" As...taug....fi..ru...llah...hal..a...dzim... "

Tubuh itu melemah. Agnetta lelah ia sudah tak lagi memberontak. Namun air matanya tak pernah berhenti mengalir.

" Anak ini gak di harapkan mas. Aku gak mau melihatnya di benci banyak orang. Lebih baik dia gak usah lahir saja "

" Istigfar Agnetta. Anak itu riski dari Allah. "

" Apakah anak yang hadirnya akibat perbuatan Z*n* itu juga rezeki mas??!! "

Abizar terdiam membisu. Sungguh melihat Agnetta dalam keadaan kacau seperti ini membuatnya begitu rapuh.
Tanpa berkata apapun Ia kembali membawa sang istri pada pelukannya.

" Tidak ada kejadian satupun yang terjadi di bumi tanpa ada hikmah yang terkandung di dalamnya sayang. Mungkin Allah menghadirkan dia di antara kita. Untuk menebus dosa dosa kita. "

Gus AbiWhere stories live. Discover now