36. Permintaan aneh

36 3 3
                                    

Usahakan vote sebelum membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.

~ Happy Reading ~
.
.
.
.
.
.
.
.

" Entah kebetulan atau firasat, aku hanya merasa hari itu sangat dekat "

Agnetta Lafatunnisa

Suara siulan burung terdengar bersahutan, burung burung itu terbang ke arah pekatnya jingga di ujung barat. Pemandangan birunya langit yang mulai meredup bertubrukan dengan warna sinar jingga dari sang mentari yang akan kembali beristirahat terlihat begitu menawan.

Keindahan itu membuat tak seorangpun ingin melewatkannya begitu saja. Tak terkecuali dengan seorang laki laki yang berdiri di balkon kamarnya. Keningnya di penuhi oleh keringat, sinar jingga yang tak lagi terasa panas itu entah mengapa membuat keringat laki laki itu bercucuran.

" Mas "

Mendengar panggilan itu sontak membuat laki laki itupun lantas menoleh ke sumber suara.

" Mas, ini kopinya Rara taruh di sini ya "

Kata perempuan itu halus sembari meletakan cangkir kopi di meja. Sebelum perempuan itu beranjak Abizar segera berbalik lalu mencengkal halus pergelangan tangan perempuan itu.

" Duduk dulu, saya mau bicara "

Mata Raisfa mengerjap lantaran tak seperti biasanya Abizar bertingkah seperti ini. Dengan jantung yang berdebar debar perempuan itu duduk bersandingan di kursi panjang di balkon itu.

Abizar memainkan ponselnya sebentar lantas menyodorkan ke arah Raisfa.

" Ini maksutnya apa? "

" Astagfirullahalazdzim mas, demi Allah Rara tidak pernah mengirim pesan seperti itu ke Mbak Netta "

" Terus ini apa? "

Kata Abizar ketus sembari menunjukan sebuah pesan yang ia foto di hp istrinya, oh bukan maksut aku istri pertamanya.

" Tapi demi Aa... "

" Jangan menggunakan nama Allah Fa! "

" Tapi Rara benar benar gak mengirim pesan itu mas "

Jawab Raisfa dengan suara bergetar lantaran suara Abizar yang sedikit membentak.

" Kalau emang butuh saya, bisa langsung hubungi saya. Jangan hubungi istri saya "

Seloroh Abizar ketus, laki laki itu langsung beranjak dari tempatnya. Kalimat dari Abizar tadi amat melukai hati Raisfa, hingga gadis itu terisak perlahan.

Suara adzan magrib sudah terdengar bersahutan, tak mau menunda kewajiban perempuan itu segera menghentikan isakannya untuk mengambil wudhu.

Setelah selesai menunaikan solat magrib perempuan itu tak melepas mukena nya, bahkan dia tidak merubah posisi duduknya hingga suara adzan kembali berkumandang.

Pintu terbuka setelah perempuan itu menyelesaikan rangkaian solat isya' dan doanya. Dengan gerakan cepat Raisfa membereskan mukena nya kemudian segera menghampiri Abizar untuk mengajaknya berbicara. Namun belum sempai itu terjadi Abizar sudah merebahkan dirinya di sofa.

Raisfa menunduk, air matanya tak sengaja jatuh. Lagi dan lagi Abizar tak mau tidur bersandingan dengannya. Ia melangkah ke arah lemari guna mengambil selimut. Kemudian ia tutupkan selimut itu ke tubuh Abizar.

Gus AbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang