6. Membujuk

51 7 0
                                    

" entah jalan yang mana yang
harus ku tempuh yang pasti aku tak mau kau menjauh walau kadang kita seperti isya' dengan subuh tapi aku tak akan mengeluh karena senyumanmu mampu membuat hatiku luluh "

Abizar Aifaz Fadgham

Abizar menghampiri sang istri yang sedang membersihkan meja. Laki laki tersebut langsung melingkarkan tangannya pada perut sang istri.

" Ish mas.... apaan sih!.... lepasin! "

Kata Agnetta galak, membuat Abizar mau tak mau melepaskan pelukannya.

" Mas mau jalan jalan pakek motor, kamu mau ikut? "

" Gak ah panas! "

" Gimana kalau pakai mobil, hem? "

" Katanya jalan jalan kok pakek mobil! Gak jelas banget!! "

" Ya udah jalan kaki berdua menikmati udara sore, mau? "

" Gak ah capek "

Abizar menghembuskan nafasnya kasar. Ia kemudian mengelus kepala istrinya halus sembari sesekali mengecupnya.

" Ya udah mas mau berangkat sendiri aja, kamu mau mas bawain apa? "

Agnetta hanya menggelengkan kepalanya. Abizar akhirnya mengalah kala tak satupun tawarannya di terima oleh sang istri.

Abizar mengulurkan tangannya. Agnetta menatap tangan Abizar yang mengambang di udara. Ia menatap wajah suaminya sejenak. Sebelum akhirnya ia menyambut tangan suaminya tentunya masih dengan ekspresi merajuk.

Abizar mencium kening Agnetta sembari mengucapkan salam setelah itu ia berjalan keluar.

Abizar sudah berjalan agak jauh dari pesantren. Merasa lelah ia memutuskan untuk berhenti sejenak guna beristirahat.

Matanya menangkap seorang kakek tua yang berdiri di seberang jalan. Sepertinya teringin menyebrang. Abizar pun bergegas untuk menghampiri kakek tersebut.

" Assalamualaikum "

" Waalaikumusalam warrohmatullahi wabarokatuh le "

" dhateng pundi kek? "

( mau kemana kek? "

" Nyabrang le "

" Kulo ugi ajeng nyebrang, monggo kek, kulo rencangi nyebrang "

( saya juga mau myebrang, mari kek, saya bantu/temani nyebrang )

Mendapatkan anggukan kecil sekaligus senyuman dari sang kakek cukup memberi jawaban atas tawarannya. Abizar tersenyum kemudian menggandeng kakek tersebut untuk di seberangkan.

" Matursuwun le, cah bagus. Mbah nitip pesen maring awakmu. Manut o ibu mu le. Awak mu butuh pendamping lan anakmu butuh ibu "

( makasih nak, anak ganteng. Kakek nitip pesan sama kamu. Nurut sama ibu mu nak. Kamu butuh pasangan dan anakmu butuh ibu )

Abizar mengerjapkan matanya mendengar penutupan dari kakek tua tersebut.

" Kenging nopo kek? "

( kenapa kek? )

Kakek itu hanya tersenyum kemudian mengucapkan salam dan berjalan menjauh. Abizar masih terdiam di tempatnya.

Ia menatap kepergian Kakek itu dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Setelah Kakek itu hilang dari pandangannya Abizar menoleh ke arah belakang.

Gus AbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang