35. Firasat

35 2 0
                                    


Usahakan vote sebelum membaca
.
.
.
.
.
.
.
~Happy Reading~
.
.
.
.
.
.
.
.

" Keindahan yang terlihat bukanlah menjadi ukuran banding untuk menilai seseorang,  ada mawar dengan durinya, ada lili dengan racunnyamereka sama sama indah untuk di pandang namun bukan untuk di pegang "

Agnetta Lafatunnisa

.
.
.
.
.
.

Sinar jingga dari ufuk timur masih terlihat remang remang. Bahkan pemilik dari sinar cantik itu belum menampakkan dirinya, seperti hal nya perempuan yang tengah terbaring lemah di ranjang itu belum juga membuka matanya.

Hembusan nafas kasar dari seseorang yang baru saja datang itu sedikit mengusik tidur perempuan hamil tersebut. Abizar mengelus pucuk kepala perempuan itu halus agar ia kembali tertidur. Usahanya terbukti perempuan itu kembali merajut mimpinya kembali.

Tak mau rasa bosannya terbuang sia sia akhirnya Abizar memutuskan untuk membaca alquran digital di dalam ponsel pintarnya. Lantunan ayat ayat itu ia senandungkan dengan suara pelan nan lembut. Agar perempuan itu tidak terbangun.

Suara lembut tersebut menyapa telinga perempuan itu, perlahan netra yang semalaman terpejam kini terbuka perlahan. Pergerakannya yang halus tak di sadari sama sekali oleh Abizar. Hingga deheman dari sang wanita membuat Abizar langsung spontan menghentikan bacaanya. Ia segera melanjutkan bacaannya sampai di akhir ayat kemudian menutup ponselnya.  Ia Menggapai air di nakas kemudian membantu perempuan itu meminumnya.

" Apanya yang sakit? "

" Gak ada kok mas, dari kemarin malam sudah sembuh, tapi mbak Nadhiva aja yang nahan Agnetta disini "

Agnetta mengerjapkan matanya kala tubuh di depannya tiba tiba menyergapnya. Abizar memeluknya, memeluk tubuhnya erat, elusan halus ia rasakan di punggungnya sedang tetesan air mata terasa hangat membasahi pundaknya.

" Maafkan mas sayang, maafkan saya "

Agnetta membalas pelukan itu selama beberapa menit kemudian mengurai pelukannya. Abizar menunduk ia mengelus perut Agnetta halus.

" Masih sakit? "

Agnetta menggelengkan kepalanya membuat senyum Abizar mengembang. Abizar meraih kantong plastik yang tergeletak di meja di samping tas selampang miliknya.

Laki laki itupun kemudian membuka isi di dalam kantung plastik putih tersebut. Sontak saja wajah Agnetta berbinar melihatnya.

" Yeayyy bubur ayam "

Hanya sejenis bubur pun membuat Agnetta kegirangan. Abizar tersenyum lantas menyuapi Agnetta dengan telaten. Setelah bubur ayam itu pindah ke perut Agnetta, Abizar menyodorkan susu putih hangat kepadanya. Susu itupun di teguk Agnetta hingga tandas.

Tak lama pintu terbuka menampilkan sosok perempuan dengan tinggi semampai khas dengan jas putih serta stetoskop yang menggantung di lehernya. Tatapan perempuan itu nampak hangat kala bertubrukan dengan netra Agentta. Berbeda lagi kala mata itu bertemu dengan mata Abizar. Abizar lantas menunduk kemudian memberi ruang kosong untuk perempuan itu agar bisa memeriksa keadaan Agnetta.

Gus AbiWhere stories live. Discover now