14. Apa Itu Ikhlas?

42 4 4
                                    

" Aku sudah terlatih untuk terluka
Seharusnya rasa sakit ini tidak seberapa Tapi mengapa luka ini sungguh menyiksa "

Agentta Lafatunnisa

Abizar mengernyit kala melihat lemari pakaiannya bersih. Baju bajunya hilang entah kemana.

" Netta, Sayang, Agnetta "

Tak lama Agnetta muncul dari balik pintu.

" Ini baju bajunya mas kamu taruh mana? "

" Netta pindahin ke rumah ummi "

Abizar mengerjapkan matanya dengan kening yang mengerut.

" Kenapa di pindahin semuanya? "

Kata Abizar sambil mendekati sang istri.

" Kan, nanti malam mas sudah gak tidur di sini lagi "

" Tapi kenapa harus semuanya? "

Gadis itu terdiam Abizar menghela nafas panjang. Ia tak mungkin memarahi Agnetta sedangkan ia tahu bahwa rencana ini pasti milik umminya.

Bukannya seudzon, tapi setelah semua yang terjadi padanya akhir akhir ini memang ulah sang Ummi.

Abizar mengelus kepala Agnetta halus kemudian mengangkat wajah istrinya yang menunduk. Ia menghapus air mata yang mengalir pipi Agnetta halus.

" Maaf, Mas gak bermaksud buat kamu sedih. Mas ga bermaksud marahin kamu kok tadi. "

Kata Abizar sambil merentangkan tangannya. Agnetta pun langsung memeluk suaminya erat.

Setelah lelah berpelukan kedua pasutri itu duduk di bibir ranjang.

" Mas, Netta mau nanya "

Abizar mengangguk sembari melepas niqob yang menutupi wajah sang istri perlahan.

" Apa itu ikhlas? "

Abizar terdiam, tangannya yang semula sibuk menata hijab sang istri kini terhenti sejenak.

" Melakukan suatu kebaikan tanpa berharap sedikitpun balasan "

" Bagaimana caranya agar kita bisa ikhlas? "

" Merelakan tanpa melupakan, sejatinya keikhlasan yang di dasari lupa itu bukan benar benar ikhlas. Keikhlasan yang sesungguhnya adalah merelakan tanpa melupakan, mengingatnya tanpa mengharapkannya kembali "

" Ter-termasuk merelakan mas Abi? "

Deg. Mata Abizar mengerjap mendengarnya. Ia kemudian mengelus pucuk kepala sang istri.

" Kita masih bisa pergi sekarang sayang, hem? "

Agnetta menolak dengan gelengan kepala sembari tersenyum.

" Semua orang mendambakan surga, namun surga yang satu ini tidaklah di rindukan semua wanita. Mungkin memang Agnetta tercipta untuk merasakan sakit agar Agnetta bersyukur, Masa nikmat surga ini lantas membuat Agnetta kufur, Nauzubillah "

" Mas tahu, kata maaf tak pernah cukup untuk mengobati luka apapun, tapi kata maaf adalah kata yang di rindukan pada Yang Maha Pengampun, Maafkan aku Netta, istriku "

Kata Abizar sembari memeluk sang istri. Keduanya tersenyum saling merangkul. Hari ini keduanya akan menghabiskan hari dengan senyuman.

..............

" Mbak Agnetta "

Panggil seorang gadis ramah membuat Agnetta yang baru saja beranjak dari tempat kajian itu menoleh ke asal suara.

Gus AbiWhere stories live. Discover now