31. Merasa Tidak Pantas

43 2 0
                                    

" Jika luka paling dalam adalah rasa kecewa maka Puncak dari rasa kecewa adalah mati rasa "

Muhammad Fahry

Sinar mentari pagi dari ufuk timur mulai menghangatkan bumi, terang cahayanya menembus celah celah fentilasi. Gorden besar itu terbuka lebar, membuat cahaya matahari tadi menembus kaca dan menerangi ruangan.

Perempuan yang sedang membuka gorden tersebut tersenyum di balik niqob nya. Segera ia membuka jendela jendela yang tertutup itu agar udara pagi bisa masuk ke dalam rumahnya.

" Assalamualaikum Ning Nettaaaa! "

Sudah tak di ragukan lagi siapa yang datang, suara cempreng dari gadis tomboy itu menjadi ciri khas baginya. Dia Hanifa, salah satu santriwati yang pro dengan keberadaan Agnetta.

" Waalaikumusalam Ifa, ada apa? "

" Ini Bubur ayam buat dedek bayi, tadi Ifa di pasar lihat penjual bubur langganannya Ning Netta udah buka, yaudah Ifa beliin sekalian, hehe "

" Wah, makasih Tante Ifa "

Ucap Agnetta dengan logat anak kecil seolah yang menjawab itu adalah bayi di dalam perutnya, keduanya pun tertawa. Mereka yang sedang berada di dapur pun beranjak menuju ruang makan dan duduk disana.

Hanifa duduk di samping Agmetta. Ia mendekatkan tangannya untuk mengelus perut Agnetta, cukup lama Hanifa menaruh tangannya disana karena ingin merasakan tendangan si kecil dari dalam perut Ning nya.

" Hahhaha, tanganku di tendang Ning "

Ujarnya setelah tangannya terasa geli lantaran gerakan si kecil.

" Dia bilang makasih itu "

Akhirnya Hanifa menemani Agnetta untuk sarapan pagi. Gadis itu tau kalau sekarang Ning nya sedang sendiri lantaran Gus nya pasti sedang di rumah sang ummi. Ia tak mau Agentta bersedih jadi dia rela ngantri bubur sedari pagi buta tadi.

.............

Sedang di tempat lain, Hasna yang sedang membersihkan rumah Asyifa salah fokus pada tempat sampah di dapur. Ia yang memang akan membuang sampah itupun mengurungkan niatnya. Ia malah mengambil salah satu benda yang memenuhi tempat sampah. Segera gadis itu menyimpannya di dalam saku.

Setelah memastikan rumah Asyifa bersih gadis itu segera beranjak. Dengan gerakan terburu buru ia menghampiri rumah Agnetta.

" Assalamualaikum Ning "

Ucapnya tak lama pintu terbuka. Namun bukan Agentta melainkan Husna.

Waalaikumusa...."

" Ning Netta mana? "

" Lam, Di dal..... "

Ucapan itu terpotong lantaran Hasna langsung menerobos masuk. Dengan helaan nafas panjang gadis itu pun mengikuti langkah saudari kembarnya untuk memasuki rumah.

" Asslamualaiakum "

Salam gadis itu pelan ketika memasuki ruang makan di rumah Ning nya.

" Waalaikumusalam warrohmatullahi wabarokatuh"

Jawab ketiga orang di dalam ruang makan tersebut amat kompak. Setelah mencium tangan Ning nya itu keduanya duduk berhadapan dengan tiga orang di depannya.

" Ning, kan tadi Hasna habis bersih bersih dari rumah Nyai Asyifa, Hasna nemu ini "

Kata gadis itu membuat tiga sahabatnya merapatkan duduknya lantaran ingin tahu benda kecil yang sedang gadis itu berikan ke Agnetta. Kening Agnetta mengenyit menerima benda pipih yang tertera jelas bergaris satu tersebut.
Semua yang ada disana saling pandang, Agnetta melihat benda itu lamat.

Gus Abiحيث تعيش القصص. اكتشف الآن