3. Kecewa

64 8 0
                                    

" Aku tak mengerti, apa yang membuatmu terdiam padahal kau mampu berteriak. Aku tak mengerti,
apa yang membuatmu tetap bersabar sedangkan hatimu sedang berkobar. Aku tahu kau mampu bertahan tanpa menyerang
Tapi setidaknya jangan biarkan dirimu terbakar karena kelekar  "

Abizar Aifaz Fadgham

Abizar berjalan di lorong kelas untuk menuju kantor guru. Sebelum itu ia menyempatkan untuk menemui sang istri yang sedang mengajar.

Senyumannya tersungging kala langkahnya semakin dekat dengan kelas dimana Agnetta berada.

Namun senyuman itu seketika luntur karena melihat pemandangan di depannya.

Abizar mematung melihat perbuatan muridnya pada istrinya dari jendela kelas. Istrinya di lempari kertas kertas yang di remat.

Agnetta tetap melanjutkan penjelasannya seolah olah tak terjadi sesuatu disana. Ia menghiraukan semua murid yang menyorak i serta melemparinya dengan kertas tersebut.

Abizar langsung masuk ke dalam sana. Membuat kelas yang semula gaduh itu seketika hening. Hanya bisik bisik yang terdengar.

Abizar menghiraukan keadaan kelas. Ia bersikap seolah olah para manusia disana hanyalah patung patung yang tak patut di beri perhatian lebih darinya.

" Assalamualaikum istrinya Abi "

Salam Abizar lirih di dekat Agnetta. Ia meraih jari jemari istrinya kemudian menggandengnya erat.

Sedangkan tangan yang lainnya ia gunakan untuk menghapus air mata yang menggenang pada pelupuk mata sang istri.

" Ayo pulang "

Ajak Abizar halus. Ia segera mengambil barang barang sang istri kemudian membawanya pergi.

Abizar melakukan itu seolah memang disana tak ada siapapun kecuali ia dan istrinya.

Ketika langkahnya sampai di depan pintu ada seorang santriwan yang menghadang jalannya.

Bukan menghadang tapi santri itu memang datang dari arah depan.

" Ngapuntene gus, kulo.... "
( maaf  gus, saya.... )

Abizar belok ke kiri menghindari santriwan tersebut. Tangan kirinya tetap merangkul bahu sang istri. Sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk mengenggam tangan kanan istrinya.

Abizar berlalu seolah olah tidak ada siapapun di depannya. Ketika langkah Abizar dengan istrinya menjauh.

Cowok yang tadi menghadang langkah gurunya untuk meminta maaf itupun geram. Ia memasuki kelas dengan tatapan tajamnya.

" Mau jadi apa kalian!! Haa!! "

Bentakan keras itu membuat kasak kusuk di kelas itu terhenti.

" Lapo meneng?!! Rumongso mulyo awakmu kabeh? Sak penak e dewe karo gurune! Rumangsamu keren ta ngelawan guru?!!. Sio sio awakmu kabeh mondok adoh adoh tapi gak oleh restune guru!! "

( Kenapa diam?!! Merasa mulia kalian semua? Seenaknya sendiri sama gurunya!. Kamu pikir keren ta melawan guru?!!. Sia sia kalian mondok jauh jauh tapi gak dapat restunya guru )

" Aku lo cah kecewo karo awakmu kabeh! Neh gus Abi. Gus Abi iku gus mu. Ning Netta ning mu. Dadi yho hormati Ning Netta kyo awakdewe ngehormati gus Abi. "

( Aku lo kecewa sama kalian semua! Apalagi gus Abi. Gus Abi itu gus mu. Ning Netta Ning mu. Jadi ya hormati Ning Netta seperti kita menghormati gus Abi )

Gus AbiWhere stories live. Discover now