24. Penjelasan

37 3 0
                                    

" Aku adalah kepingan puzzle pada masa lalunya, sedangkan kau adalah lukisan indah pada setiap lembar hidupnya "

Muhammad Fahry

Ruangan yang ber ac tidak membuat suasana di dalamnya terasa dingin. tatapan tajam saling bertubrukan dari kedua pria di dalam ruangan itu cukup membuat suasana menjadi panas.

" Saya bisa jelasin semuanya Gus, kemar.... "

" Tidak perlu "

Kata Abizar langsung beranjak dari kursinya, Fahry langsung manarik pergelangan tangan Abizar hingga pergerakan Abizar terhenti.

" Perlu, saya rasa Gus Abizar perlu mendengarkan saya "

" Sudahlah Ry, saya tidak mau memperpanjang masalah "

Kata laki laki tersebut seraya melepas tangannya dari cengkalan Fahry, kemudian laki laki itu beranjak keluar.

" Kemarin saya nganterin Nyai Asyifa buat jenguk Ning Raisfa "

Suara mengintrupsi itu membuat langkah kakinya terhenti, namun laki laki tersebut tak juga berbalik.

" Sampai sana, Ning Raisfa ternyata udah boleh pulang, disana juga ada orangtua Ning Raisfa. Nyai Asyifa udah hubungi Gus Abizar tapi gak aktif. Akhirnya saya yang ngan.... "

" Nganterin Raisfa pulang sekalian berduaan di mobil? "

" Tidak, saya semobil dengan Nyai Asyifa juga sam.... "

" Kemarin saya benar bener lihat kamu keluar dari mobil cuma berdua Ry!!! Ga ada ummi di dalam mobil!!

Kata Abizar menggunjang tubuh Fahry. Di tatap tajam oleh Abizar tak membuat Fahry menunduk. Laki laki itu pantang nunduk kalau ia tak salah. Sejujurnya, melihat Fahry yang berani membalas tatapan tajam darinya itu membuat tuduhan Abizar luntur. Tapi laki laki tersebut masih tersulut ego hingga logikanya tertutup.

" Ya benar, Nyai Asyifa turun di depan koperasi, bukankah kemarin mobil saya berhenti disana? "

Abizar terdiam, Fahry melepas tangan Abizar yang memegang pundaknya.

" Saya mengantarkan orangtua Ning Raisfa dulu ke pesantren Darul Ulum, setelah itu saya kesini "

Abizar terdiam, amarahnya belum sepenuhnya menguap. Abizar berbalik, ia kembali ke mejanya, kemudian duduk. Fahry pun mengikuti langkah Gusnya itu.

" Perlakuan mu kemarin menyiratkan sesuatu yang berbeda Ry "

" Maksutnya? "

" Tatapan matamu tidak bisa membohongi saya "

Wajah Fahry yang semula tenang kini tampak pias, sedikit terkejut. Namun laki laki itu mencoba menguasai ekspresi gugupnya.

" Ekhem "

Deheman itu berasal dari Fahry. Sifat gugupnya itu memperkuat dugaan Abizar.

" Sa..... "

" Mau bohong apa lagi Ry? Saya kenal kamu dari kecil, saya tahu dan hafal setiap peringai mu ketika berbohong! "

" Sa-saya tidak berbohong Gus, saya benar benar tak ada maksud apa apa selain membantu Ning Raisfa sebagai guru saya, maka dari itu saya membukakan pintu mobil saya untuk Ning Raisfa, juga Nyai Asyifa "

Jawab Fahry dengan menunduk, perubahan gelagat ini membuat dugaan Abizar menguat.

" Ada apa antara kamu dengan Raisfa?! "

Gus AbiWhere stories live. Discover now