32. Permintaan Maaf

23 2 0
                                    

" Kata maaf memang tidak akan pernah bisa menghapus luka, tapi kata maaf adalah kata yang di rindukan oleh Sang Maha Pencipta "

Abizar Aifaz Fadgham

Matahari belum sepenuhnya keluar dari peraduannya, bahkan ia terlihat mengintip di ujung timur sana. Kicauan burung camar yang bersahutan terdengar mendominasi suasana. Burung burung itu berpindah dari dahan pohon satu ke dahan pohon lainnya. Seperti halnya manusia yang terus bergerak di atas roda agar nanti tidak terinjak karena tertinggal.

Kini matahari mulai menampakkan dirinya dengan sempurna. Sinarnya menembus celah antar bangunan. Bangunan berwarna hijau muda yang di kombinasikan dengan hijau tua itu terlihat lebih indah lantaran tersentuh sinarnya.

Sinar matahari masih terasa begitu hangat, namun lautan manusia yang sedang berkumpul di halaman Pondok Pesantren Ashabul Kahfi itu terlihat sudah berkeringat. Apalagi suasana haru menyelimuti halaman pesantren itu. Acara sungkeman baru saja selesai. Para santri berserta walinya akhirnya berbaris rapi untuk melakukan halal bi halal.

" Ngapuntene Gus, tindak lampah e yoga kulo mboten sopan teng garwane njenengan. Saestu kulo ikhlas yoga kulo di hukum, ngantos arek e mboten wantun ngoten maleh "

( Maaf Gus, tingkah lakunya anak saya yang tidak sopan kepada istrinya gus, saya benar benar ikhlas anak saya di hukum, sampai anaknya tidak berani berbuat seperti itu lagi )

Abizar tersenyum terhadap wali murid yang berada tepat di hadapannya.

" Mboten nopo nopo bu, teng mriki kito sedoyo sami sami belajar e. Kulo nggih sami mawon kalihan poro santri, kulo nggih nyuwun ngapunten mboten saget dados guru ingkang sae kados Kiyai Anwar "

( Tidak apa apa bu, disini kita semuanya sama sama belajarnya. Saya juga sama saja seperti para santri, saya juga meminta maaf tidak bisa jadi guru yang baik seperti Kiyai Anwar )

Abizar sedikit menunduk karenan ibu di depannya sengaja merendahkan tubuhnya untuk memberi hormat. Karena merasa lebih muda Abizar pun ikut merendahkan tubuhnya.

" Eh Mboten Gus, Gus banget sae ne "

( Eh tidak gus, Gus baik sekali )

Seloroh itu ibu feflek menegakan tubuhnya. Tingkahnya yang seperti itu membuat ibu ibu di sampingnya menepuk pundak ibu itu agar sadar kalau saat ini tengah bicara dengan siapa. Abizar hanya tersenyum melihat peringai para wali santri tersebut.

Setelah acara halal bi halal selesai Abizar duduk di kursi terasnya. Di temani oleh panitia acara tersebut. Mereka memandangi halaman yang lenggang tanpa ada aktivitas padahal halaman itu tadinya penuh manusia.

" Ngapain kamu kumpulkan para wali santri Ry? "

" Sesekali kelakuan mereka harus di tegasi kan Gus? "

Abizar menghela nafas. Ia tidak terang terangan menyalahkan keputusan Fahry. Karena memang sejak beberapa hari kemarin dia yang memulai mengkosongkan jadwalnya di pesantren. Bukan apa apa, laki laki hanya merasa malu bertemu dengan muridnya, laki laki itu malu karena ia telah gagal.

Terfokus pada lamunan masing maisng, keduanya terjebak di keheningan. Tak ada satupun yang ingin membuka obrolan. Tak lama muncul seseorang dari dalam rumah yang membawa nampan berisi dua gelas kopi. Abizar berdiri untuk mengambil alih nampan itu dari tangan perempuan di depannya.

Gus AbiWhere stories live. Discover now