-37-

25.4K 2.9K 53
                                    

Holaa guys, tolong apresiasi nya untuk author cerita ini, yang bisa-bisa nya up tiap hari.

Walaupun cerita nya gj tapi tidak ada salahnya mengapresiasi dengan memberi komen dan vote gratis itu...Terima Kasih luv u♡





Sudah seminggu Rea tanpa Riana.

Ia sendiri disini, banyak yang menghasut nya agar tidak berteman lagi dengan Riana, mereka takut bahwa diri nya akan ikut dibully oleh Riana.

Tapi ia hanya terdiam, bagaimana pun ia tidak akan percaya dengan omong kosong itu, ia lebih tau apa sebenarnya yang terjadi.

"Rea! Dipanggil Alice," teriak teman sekelas nya dari ambang pintu.

Mata Rea membola ingin menolak tapi ia sudah melihat Alice datang dengan senyum lebarnya.

"Rea, gue mau ngomong, ini soal Riana," ujar nya setelah berada di depan Rea.

Rea terdiam bimbang dengan ajakan itu.

"Gue cuman mau nanya Lo, gue takut Lo jadi korban selanjutnya setelah gue, gue takut ternyata masih ada lagi yang jadi korban pembullyan Riana," jelas Alice lalu diakhiri smirk aneh yang hanya dilihat oleh Rea..

Rea ingin sekali menampar wajah jahat itu, tapi ia tak berani ia hanya pengecut yang lemah.

"Udah ikut aja Rea, toh juga demi kebaikan Lo," ujar salah satu perempuan yang ada di kelas itu, dan ucapan itu pun diangguki anak-anak yang lain.

"See? Kalok Lo nolak gue, mereka semakin yakin kalau lo juga korban Riana, mereka ngira Lo takut sama Riana, jadi pilih mana sayang?" Ujar Alice berbisik, seolah-olah ia sedang membujuk dan menenangkan Rea.

Orang-orang yang ada di kelas itu tersentuh dengan perbuatan baik Alice, banyak yang menaruh simpati untuk nya.

Mau tak mau Rea melangkah mengikuti Alice, demi kebaikan Riana.

-------

Setelah memastikan pintu ruang musik itu terkunci rapat, dan tak ada seorang pun di dalam nya.

Alice berbalik, senyum yang sejak tadi terlukis langsung menghilang entah kemana.

"Ahahahah siapa nama Lo? Rea ya? Aduh Rea-Rea bagus juga main Lo ya," ujar Alice tiba-tiba tertawa dan itu sedikit menakuti Rea.

"Anak polos yang mudah terpengaruh kayak Lo bisa juga nyiptain permainan seru kayak gini," lanjut Alice.

"Ouh iya? Sejak kapan nama panggilan Lo berubah jadi Rea, Catherine?" Tanya Alice dengan tatapan lurus tepat di mata Rea yang diam membisu, ia tak sanggup mengeluarkan sedikit suara pun.

"Kok Lo diam? Lo kira gue bakalan diam aja gitu ngeliat Lo yang bahagia setelah ninggalin gue? I won't let it!" Alice mendekati Rea, memperhatikan penampilan Rea dari ujung kaki sampai ke ujung kepala nya.

"Hebat ya? Kalian sama-sama pura-pura jadi culun, bedanya si Riana pura-pura culun biar nggak keliatan cantik lagi, biar nggak ada lagi yang iri sama dia, sedangkan lo? Lo pura-pura culun buat nutupin sifat busuk Lo," ujar Alice terkekeh sinis.

"Lo to the point aja," balas Rea singkat, tangan nya mengepal mendengar ucapan Alice barusan.

Alice tersenyum.

"Gue mau Lo jadi anggota gue lagi," ujar Alice membelai pelan rambut Rea.

"Nggak!" Bentak Rea langsung menepis tangan Alice, lalu menggosok-gosok rambut miliknya, seolah-olah banyak kuman disana.

"Lo itu iblis Lis, udah banyak orang yang Lo ajak buat ikut jalan di kegelapan Lo itu, dan gue nggak akan mau lagi ikut di jalan Lo itu,"

"Gue udah sadar Lis, semua perbuatan yang gue lakuin selama ini udah keterlaluan, bahkan diri gue sendiri nggak pernah maafin semua kesalahan gue,"

"Gue takut Lis, setiap hari gue dihantui ketakutan itu, gue nggak tau kenapa dulu dengan bodohnya mau nerima tawaran Lo, tapi yang pasti gue nggak akan mau lagi berhubungan sama orang yang nggak punya hati kayak Lo," tutup Rea, air matanya jatuh mengalir membasahi pipinya.

"Biarin gue pergi, dan gue harap Lo juga secepatnya sadar, tinggalin dunia gelap Lo itu," Rea berjalan mendekati pintu, namun sialnya pintu itu dikunci oleh Alice.

"Lo nggak perlu nyadarin gue Cath, karena kenyataannya gue dari awal ngelakuin semua itu dengan penuh kesadaran, so? Apa yang mau gue sadarin?" Jawab Alice enteng, tak ada raut wajah murka yang ia tunjukkan, tapi langkah nya yang semakin dekat membuat Rea yang berdiri di dekat pintu bergetar ketakutan.

Tangan Alice naik mengarah ke leher Rea.

"Saya sudah lama tidak bermain dengan anda," lirih Alice pelan.

"PSYCOPHAT GILAA!!" teriak Rea terakhir kali sebelum Alice mulai melancarkan aksinya.

Menyakiti nya tanpa meninggalkan bekas yang kontras.

——————

Alice duduk dengan tenang di depan kaca yang menjadi penghalang antara dia dengan gadis yang memakai baju khas tahanan itu.

"Ngapain?" Tanya Gadis itu langsung, Bella namanya.

"Cuman kunjungan doang," jawab Alice.

"To the point," balas Bella malas.

Alice tertawa sumbang.

"Kenapa? Lo masih kesel karena gue keluar deluan? Lo sih hukuman yang satu belum selesai udah berulah lagi," ujar Alice basa-basi, karena niat nya kesini hanya ingin memberikan informasi untuk sahabat gila terbaik nya itu.

"Jadi...gue tau bentar lagi Lo keluar, di sekolah gue yang baru ini, gue ketemu mereka, i know you must know who 'they' i mean, dan ada permainan yang tercipta disana, cukup menyenangkan kalau kita datang untuk menghancurkan nya," ujar Alice.

Bella terkekeh mendengar gaya bicara Alice yang bercampur, pasti sekarang 'keduanya' sedang mengontrol gadis itu.

"Waktu habis," ujar petugas yang baru datang.

Alice berdecak kesal, waktu habis begitu saja tanpa banyak percakapan.

"Setelah gue keluar, kasih tau rencana Lo, gue bakalan bantu Lo, sampai kapan pun." Tutup Bella sebelum ia kembali dibawa masuk ke dalam jeruji besi tempat ternyaman nya.









Tbc.

Si Culun Glow Up [TERBIT]Where stories live. Discover now