-33-

25.8K 3K 1
                                    

"Bun?" Panggil gadis kecil itu yang berada di belakang.

"Kita nggak usah pigi ya?" Pinta gadis itu.

"Loh kenapa na?" Tanya bunda nya bingung.

"Perasaan aku nggak enak, kita putar balik aja, besok-besok aja pergi nya," jelas gadis kecil itu.

"Nggak boleh gitu dong nak, kita udah terlanjur berangkat, mobil juga udah di pinjemin sama Tante," sahut Ayah nya yang sedang menyetir.

"Tapi Yah...Bun...perasaan aku nggak enak, kita batal aja perginya," rengek gadis itu.

"Jangan gitu dong nak, Bunda tau kamu masih anak-anak tapi ngerti sedikit dong sama situasi, kalau pun Tante nggak bisa ikut, setidaknya mama yang harus datang liat nenek, nenek udah nungguin disana, lagi pula kan kita udah naik mobil mewah ini kan keinginan kamu," balas Bunda nya walaupun sedikit miris mendengar nya.

"Tapi Bunnn, nenek juga pasti ngerti, kita balik aja ya?" Bujuk gadis itu.

"Kalau enggak kamu bunda titipin ke tempat Cathrine ya? Nanti kalok bunda sama ayah udah siap langsung pulang kok," tawar bunda nya.

"Nggak Bun, kita pulang sama-sama aja, perginya kapan-kapan aja," tolak gadis kecil itu cepat.

"Udah Yah, putar balik ke rumah Catherine aja," titah Bunda nya.

Dan itu membuat ia sedih sekaligus kecewa.

Setelah memberikan beberapa pesan, akhirnya ia benar-benar dititipkan di rumah temannya ini.

"Baik-baik ya kalau bunda tinggal, jangan nakal," pesan bunda nya sebelum memasuki mobil.

Apa mereka benar-benar tidak ingin membatalkan perjalanan mereka?

Bunda nya melambaikan tangan nya sekali.

"Dahhhh!" Pekik bunda nya, sedangkan gadis itu hanya terdiam mematung.

Ia menatap nanar besi berjalan itu yang semakin jauh.

"Mereka beneran pergi ya?" Lirih gadis itu dengan mata berkaca.

Seseorang menepuk pundak gadis itu, terlihat seorang gadis kecil lagi, seperti nya mereka seusia.

"Kok diam aja? Ayo masuk," ajak gadis yang bernama Catherine itu.

Sedangkan yang diajak bicara hanya mengangguk saja.

Waktu berlalu, menit demi menit, jam demi jam dilewati gadis mungil  yang dititipkan itu.

Kegiatan yang ia lakukan sedari tadi melamun, bahkan disaat makan pun ia hanya memandang lurus, memandang tak minat makanan yang ada di depan nya.

Catherine pun berusaha untuk mengajak gadis itu bermain, walaupun ia melakukan nya dengan kasar.

Gadis itu tidak nyaman disini, teman yang dalam perkiraan Bunda nya sangat baik nyatanya sering mengucilkan nya. Gadis yang sering secara terang-terangan mengatakan bahwa ia sangat iri dengannya. Miris.

"Yaudah kamu pulang aja gih, nggak usah sok pura-pura sedih, kamu cari perhatian Mama aku ya?" Selidik Catherine mulai kesal.

"Kok kamu ngomong gitu?" Balas Gadis itu.

"Nggak usah sok ngelak deh, aku perhatiin dari tadi kamu nggak mau diajak main, Mama aku jadi khawatir sama kamu, itu kan yang kamu mau?" Ketus Catherine, masih kecil tapi skill julid nya bisa diadu.

Belum sempat membalas, teriakan wanita dengan suara serak menghentikan percakapan mereka.

"PAPAH! ORANG TUA RIANA PAH, MEREKA KECELAKAAN!" Pekik wanita itu memanggil sang suami yang berada di garasi.

Jantung gadis bernama itu Riana itu berdetak lebih cepat, dunia nya berputar.

Apa tadi? Ia tidak salah dengar kan? Ia tidak sebodoh itu untuk memahami ucapan itu.

"Tante maksud Tante apa?" Tanya gadis itu lirih, ia mendekati orang tua teman nya itu dengan tubuh bergetar hebat.

Tak menjawab, Wanita itu hanya memeluk nya erat.

"Yang sabar ya Na," balas Wanita itu sesenggukan.

"Biar papah yang pergi, kamu disini aja jaga anak-anak," titah suami nya.

Riana yang berada di dekapan wanita itu memberontak.

"Om Nana ikut Om, Nana mau liat Ayah Bunda, mereka baik-baik aja kan? Om!" Pekik gadis kecil itu dengan air mata berurai.

"Nggak usah Na, kamu disini aja ya? Tante temenin kok, ada Catherine juga," bujuk Wanita itu melap air mata Riana meskipun air matanya juga ikut berjatuhan.

"Nggak! Nana ikut Tante, Nana harus ikut!!" Pekik Riana semakin mengeras kan tangisan nya.

"OM! TUNGGUIN NANA!" teriak gadis itu ketika mobil semakin menjauh dari nya, ia melompat-lompat sambil menangis, berharap mobil itu berbalik dan ikut membawanya bertemu dengan Ayah Bunda nya.

Wanita yang disamping nya ikut menangis, tak sanggup melihat pemandangan ini.

Catherine berdiri diam, belum mengerti dengan apa yang terjadi, namun ia bisa merasakan kesedihan yang dialami Riana.

"Tante, Nana cuman mau liat Ayah Bunda, cuman itu Tante," pinta Riana dengan suara yang serak, tak tau bagaimana membujuk Wanita itu, ia lelah.

Raena menangis menyaksikan pemandangan di depan nya itu, hati nya ikut sakit mendengar tangisan gadis kecil itu, ia melangkah mendekat, ia ingin mendekap nya, sebelum apa yang ia lihat memudar secara perlahan, meninggalkan warna gelap, tak seorang pun disana.

Riana terbangun dari tidurnya, ia meraba mata nya yang basah, ia benar-benar menangis.

"Gue baru nyadar Na, selama ini mimpi-mimpi itu bukan sekedar bunga tidur, ini sebagian dari ingatan Lo," gumam Riana lirih.

Ia melirik jam yang menunjuk pukul 4 pagi.

Ingatan tentang hal-hal yang terjadi belakangan ini memenuhi otak nya.

Setelah teringat sesuatu, Riana segera turun dari kasurnya.

Apa orang tua nya sudah pulang?

Ia pergi ke garasi, tidak ada mobil orang tua nya, ah maksudnya Tante dan Om nya, ia sudah tidak dianggap anak mereka, ia harus tau diri.

Ia menatap keatas langit, angin segar menerpa rambutnya, bintang-bintang yang masih terlihat menciptakan rasa nyaman diluar sini, meskipun ia sedikit kedinginan, segera ia memeluk tubuh nya sendiri.

Ia duduk di kursi yang ada disana, ternyata perkiraan nya salah, tidak hanya di dunia nya yang dulu, sekarang pun sama, ia hanya anak yang tak diharapkan.

Mau kemana pun raga nya pergi, nasib buruk nya pun akan tetap mengikuti nya.

Untuk saat ini, ia sedang krisis kepercayaan, kepercayaan akan orang lain dan kepercayaan akan dirinya.

Ia tidak percaya kebahagiaan akan segera menjemput nya nanti.







Tbc.

Alur nya makin nggak nentu maaf

Si Culun Glow Up [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang