-1-

116K 10K 112
                                    

"Rianaaa...bangun nak, Mama minta tolong bangun sayang, Mama minta maaf karena minta kamu ini itu, Mama janji nggak akan maksa-maksa kamu lagi, tapi tolong bangun sayang...please," Isak tangis Mama menggema di ruang rawat Riana.

Semalam Riana sempat kritis, tapi sepertinya Tuhan masih berbaik hati, hingga gadis itu masih bisa melewati masa kritis nya.
Kini gadis itu sudah di pindahkan ke ruang rawat, yang pastinya VVIP.

"Mah, udah mah, kita berdoa aja yang terbaik buat Riana, Mama nggak capek dari tadi nangis terus?"tanya sang suami yang berdiri di sampingnya, sembari mengusap lembut punggung istrinya.

"Nggak tau Pah, ini semua karena Mama, penyebab Riana kayak gini itu karena Mama, coba aja Mama nggak minta yang aneh-aneh, pasti Riana anak kita nggak akan terbaring lemah kayak gini Pah..." lirih Mama Riana benar-benar merasa bersalah.

"Udahan nangis nya ya? ini bukan salah Mama, ini semua udah di atur sama Tuhan, kalau emang udah di takdir-in kita nggak akan bisa ngehindar, yang bisa kita lakuin cuman menerima takdir kita, menerima jalan hidup kita, dan yang terpenting sesulit apa pun cobaan kita sekarang, kita nggak boleh nyerah, kita tetap berdoa sama Tuhan minta yang terbaik buat keluarga kita,"jelas Papa Riana berusaha menenangkan sang istri tercinta.

Rupanya ucapan suaminya, berhasil sedikit menenangkan hati dan pikiran nya, suami nya benar, di kondisi seperti ini, tidak ada lagi gunanya menangis, ia seharusnya berdoa kepada Tuhan meminta pertolongan Sang Maha Kuasa.

Samar-samar cahaya putih masuk seperti menusuk mata Riana, ia terbangun saat mendengar isak tangis seseorang, ia mengedarkan pandangannya, lalu mengingat-ingat kejadian apa yang terjadi padanya terakhir kali.

Ah! iya, ia baru ingat terakhir kali ia di tabrak mobil saat berlari meninggalkan ibunda nya.

Tapi tunggu! Ini dimana? Seperti nya ini di rumah sakit, tapi...ini kenapa mewah sekali? ia tau pasti ini ruangan VVIP, dari mana uang keluarga nya untuk membayar semua ini?

Ini sangat amat tidak menggambarkan kondisi keuangan keluarga nya, ini sangat mengganjal pikiran nya.

Dan, siapa wanita paruh baya yang menangis di pelukan seorang lelaki paruh baya di depan nya ini?

Kenapa semua yang ia lihat sangat membingungkan?

Sebenarnya apa yang terjadi?

Mereka berdua masih tetap berpelukan, dan masih belum menyadari kalau ia sudah siuman.

Riana juga hanya melihat, planga-plongo melihat yang di sekitarnya, kayak bocah diajak ke pasar malam.

"Eh Riana? udah sadar Nak!!"pekik Mama Riana antusias.

"Astaga, bentar biar Papa yang manggil dokternya," ujar Papa Riana mengambil langkah secepat mungkin untuk memanggil dokter.

Sangking bahagia campur paniknya, Papa Riana tidak sempat berpikir kalau ia tinggal memencet tombol yang berada di samping ranjang untuk memanggil dokter, daripada susah-susah berlari.

Tapi Riana tidak memusingkan hal itu.

"Maaf ya buk, nama saya Raena bukan Riana, cuman perbaiki aja kok, siapa tau ibu typo," koreksi Raena yang ada di tubuh Riana.

Mama Riana tertegun, lalu tersenyum hangat, mungkin anak gadis nya ini sedang bercanda.

"Kamu nggak apa-apa kan Na? bagian mana yang sakit? Kenapa sampe bisa lupa nama sendiri?" Tanya Mama Riana beruntun.

"Eh? sekarang yang lupa siapa sih?ibu juga siapa?" Raena malah balik bertanya.

"Permisi buk, biar Riana nya saya periksa sebentar," ujar dokter, yang muncul tiba-tiba di balik pintu, bersama Papa Riana di belakang nya.

10 minutes later

"Ehm...buk, pak, seperti nya setelah saya periksa, anak ibu mengalami amnesia, kita belum tau amnesia sementara atau amnesia permanen, mungkin terjadi karena benturan keras di kepalanya, kita bisa lanjutkan pengecekan nya nanti," jelas sang dokter, yang hanya dibalas anggukan lemah dari kedua orang tau Riana.

"Kalau begitu saya permisi dulu ya pak, buk," permisi sang dokter.

"Makasih ya dok,"ucap Papa Riana singkat.

Mama Riana menatap sendu ke arah Riana, namun sebisa mungkin menampilkan senyum nya.

Yang terpenting sekarang anak nya sudah bangun, tak apa dilupakan, karena masih tetap berada di sisinya itu merupakan suatu mukjizat dari Tuhan untuk nya.

"Maaf ya, M--mah Pah, serius aku nggak tau kalian siapa,"ujar Riana tiba-tiba yang sudah mengganti panggilannya, walau sedikit kaku.

"Nggak apa-apa, kita berdoa sama-sama ya, semoga Riana secepatnya ingat kita, dan ingat semuanya," ucap Papa Riana menarik istri dan anak nya kepelukan nya.

Momen ini sangat mengharukan bagi Raena, seumur-umur ia belum pernah merasakan kehangatan keluarga seperti ini, ini benar-benar hal pertama kali yang pernah dirasakan nya.

Entah dia harus bersyukur atau bersedih atas apa yang terjadi di dalam hidupnya sekarang, ia hanya berharap yang terbaik selalu menerpa hidupnya.

Gimana, gimana? kurang tau sih lanjutan cerita nya ini apa.

Okeyy see you di the next chapter!!!




Kalau mau follow my akun Ig
WP: @bctan_overlay
Utama: @mg_eiarain

Si Culun Glow Up [TERBIT]Where stories live. Discover now