-17-

39.3K 4.2K 13
                                    

Sepanjang perjalanan di dalam taxi, Rea terus menggigiti kuku nya, ia cemas, khawatir, dan takut bercampur aduk.

Sekian lamanya kenapa perempuan itu muncul lagi, ia tidak mau mengingat dirinya yang dulu.

Ia menghela nafas kasar, bagaimana pun ia harus menjalani nya, tidak mungkin ia pindah sekolah lagi untuk yang kesekian kalinya.

Semua nya akan ia lewati dengan orang-orang yang bisa menerima nya untuk saat ini.

----

Riana tertegun sendiri, tiba-tiba mood nya buruk, entah kenapa.

Dengan langkah berat ia memasuki rumah mewah, kediamannya.

"Kamu jangan bicara sembarangan, kita tidak perlu membahasnya disini, bagaimana kalau Riana kembali tau? kamu tidak akan pernah melihat keceriaan nya seperti sekarang," terdengar suara bariton yang berasal dari ruang tamu, bisa Riana kenali itu suara Papa nya.

"Maaf kan aku, aku hanya khawatir, seperti yang kamu katakan tadi, hal itu benar-benar mengganggu ku, aku tidak ingin itu terjadi lagi," suara lembut membalas, dan itu giliran suara Mama nya yang terdengar.

Riana mengerutkan keningnya tanda tak paham apa yang telah dibicarakan kedua orang tua nya itu, pembahasan nya juga cukup serius.

"Sudah tak perlu dipikirkan, sekarang kita ikuti saja alur takdir keluarga kecil kita ini," ujar Papanya sembari mendekap sang istri.

Riana menggidik ngeri melihat pemandangan itu, lalu menepuk wajahnya, bukan saatnya becanda.

Riana terdiam sebentar, ingatan nya berbalik dengan perkataan Meri tempo hari, sama-sama berhubungan.

Ia penasaran dengan cepat ia melangkah mendekati kedua orang tua nya.

Terlihat kedua orang tua nya sedikit terkejut, lalu menormalkan kembali wajah mereka, mereka menyapanya seolah tak terjadi apa-apa.

"Eh Ri, udah pulang Tah? Udah lapar? Langsung ke meja makan aja gih, udah disiapin sama bibi," ucap Papa nya seperti menghindari sesuatu.

"Ah iya Pah bentar lagi, eh ngomong-ngomong-"

"Ngomong-ngomong nya nanti aja ya, mending kamu mandi dulu, kayak ada bau acem disini," ledek Mama nya dengan cepat memotong perkataan nya.

Riana berdecak kesal, orang tua nya seperti nya benar-benar menutupi sesuatu darinya.

Ia menggeleng kan kepalanya mungkin belum waktunya ia menanyakan itu.

"Iya deh, bye Mah, Pah," ucap Riana malas.

Riana dengan gontai melangkah menaiki satu persatu anak tangga menuju kamarnya.

"Seperti nya kita memiliki pemikiran yang sama." Ujar Papa Riana melihat wajah khawatir sang istri.

"Maaf kan aku."

------

Riana terbangun dari tidurnya, bukan nya mandi ia malah melamun, lagipula kalau hari libur seperti ini biasanya ia telat mandi pagi.

Riana memandangi langit-langit kamarnya, ia yakin pasti banyak hal yang tidak ia ketahui, banyak novel transmigrasi yang ia baca, dan semua cerita pasti ada masalah nya, dan ia yakin itu juga pasti terjadi dengan nya.

"Aelah gue baca cerita transmigrasi juga banyak banget, kan gue jadi nggak tau, siapa tau kan gue ini transmigrasi nya ke novel, pasti lebih ngebantu gue, nggak kayak gini bengong kayak orang bego," gerutu Riana

"Atau jangan-jangan orang tua gue sekarang bukan orang tua kandung gue?!" Panik Riana lalu tak berselang lama ia mengetuk kepalanya sendiri.

"Ya emang bukan ogeb,"

"Tapi maksud gue itu ternyata orang tua gue sekarang bukan orang tua kandung dari orang yang punya tubuh ini....tapi bodoh amat nggak sih? emang kenyataan mereka juga bukan orang tua kandung gue, nggak masalah lah, nggak ada masalah lain apa? Ini mah easy, nggak perlu dipikirin santai aja," ujar Riana membalas ucapan nya tadi.

"Eh kok gue kayak di sinetron aja ngomong sendiri, nggak jelas banget," lalu perhatian nya disita dengan bunyi notifikasi ponsel nya.

Ah, ternyata pemberitahuan pengikut baru Instagram nya, akhir-akhir ini banyak yang mengikuti akun nya, dan didominasi oleh siswa maupun siswi di SMA nya.

"Lah cowok, cogan nggak nih....yah postingan nya nggak ada, mana PP nya PP depresi lagi," ia lanjut menggulir siapa saja yang diikuti lelaki itu, dapat ia pastikan lelaki itu juga bersekolah di SMA yang sama dengan nya, namun ia tak sengaja menemukan akun seseorang yang membuat nya penasaran.

"Lah iya, dari kemarin gue nggak jadi-jadi nge- stalk, ni akun," ia memencet akun dengan folls 18 ribu lebih, ah ternyata lelaki itu terkenal juga, pertama kali ia menghubungi akun ini ia tidak sempat melihat berapa pengikut nya, dan kini ia tercengang dengan jumlah pengikut nya itu.

"Buset postingan nya cuman satu, tapi kok banyak ya yang ngikutin akun ni anak, kurang kerjaan aja, mending ikutin akun gue aja," ucap nya dengan iri hati, eh becanda.

"Al kok ganteng banget sih?!"

"Buset ganteng nya"

"Aa ganteng siapa yang punya?"

"Beruntung banget cewek yang jadi pacar dia"

Riana menghela nafas, komentar postingan itu di penuhi kata 'ganteng' 'tampan' dan sejenis nya, padahal foto yang diunggah hanya tubuh Al yang dibaluti t-shirt putih tipis dengan wajah yang dipalingkan dan ditutupi oleh topinya.

"Ceilah muka nya nggak ada gitu, bilang aja yang ganteng tuh badan nya, gegayaan dasar netizen!" Kesal Riana entah kenapa.

"Iii kok ada sih cowok kayak Lo, sok banget mentang-mentang fans nya banyak, iiiiiiii," ucap Riana menekan-nekan layar ponselnya dengan penuh amarah.

Heran kok dia marah ya?

Ia membanting ponsel mahal nya itu ke kasur disamping nya.

"Ngeselin!!!!" Pekik nya tak terima, namun tiba-tiba bola matanya membola mendengar suara

Tuttt...

Tuttt...

Riana panik sangat panik, ia mengambil kembali ponsel nya untuk mengetahui apa yang terjadi.

Sial.

Ia telah menghubungi Paduka Raja Aldreano.

Belum sempat mematikan panggilan, terdengar suara bariton si seberang sana.

"Hallo?"

DEG

MATI KAU RIANA BODOH!

Tbc.

Si Culun Glow Up [TERBIT]Where stories live. Discover now