-31-

26.2K 3.2K 12
                                    

"Nah kan, berarti bener dong gosip yang beredar, kalok dia itu emang pembully dari dulu,"

"Ternyata selama ini dia pura-pura culun cuman buat nutupin kebusukan dia,"

"Najis, kok bisa dia diterima di sekolah ini, dia nggak pantes!"

"Cantik-cantik psychopath,"

"Pantes terjangan nya tadi ngemri, ternyata udah berpengalaman toh,"

Riana menatap datar perempuan yang masih 2 kali ia lihat itu, berdiri dengan badan bergetar.

"Maksud Lo apa? Gue ketemu Lo cuman 2 kali, nggak usah sok kenal," ujar Riana, padahal sebenarnya gadis yang di depan nya itu orang yang dulu paling sering dilihat oleh Riana si pemilik tubuh asli.

"Lo nggak inget? Setelah Lo nge-bully gue tiap hari, Lo ngelupain itu semua? enak banget jadi Lo ya, setelah semua yang Lo lakuin ke korban-korban Lo termasuk gue, Lo masih bisa hidup tenang, Lo nggak peduli atas apa yang terjadi sama gue, dan korban-korban yang lainnya, Lo jahat Na, Lo benar-benar nggak layak lagi disebut manusia, Lo nggak punya hati," ujar gadis itu dengan air mata yang mulai mengalir.

Setelah berucap, gadis itu melihat kedatangan Rea yang mulai membelah kerumunan, Rea hanya menggeleng tak terima, namun tak berbuat apapun, pada akhirnya ia kembali ditarik Ken untuk menjauh, dan Rea hanya mengikut saja. Dia memang pengecut, dan Gadis itu sudah memprediksi nya.

Gulungan kertas keras mendarat di pipi Riana, diikuti gulungan-gulungan kertas lainnya, menghujani nya tanpa sela.

Gadis yang menyampaikan pernyataan yang Riana tidak tau sama sekali sudah pergi, ditelan kerumunan yang semakin mendekati nya, Riana memeluk tubuh nya, sasaran empuk untuk orang-orang yang tak memiliki hati seperti mereka.

——————

Riana berjalan lesu memasuki rumah nya, setelah apa yang terjadi dengannya tadi disekolah, kini penampilan nya tak karuan, rambut acak-acakan, wajah nya yang tergores kuku-kuku tajam milik siswi tak berperasaan itu, juga mata sembab nya yang tampak jelas dari kejauhan.

Untung saja tadi satpam sekolah langsung membubarkan kerumunan itu, kalau tidak, sudah dipastikan ia terbaring di brankar rumah sakit.

Ia melihat mobil orang tua nya sudah terparkir rapi di depan rumah nya, berarti mereka sudah pulang.

Ia mempercepat langkahnya, dan benar orang tua nya sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Mah, Pah, udah pulang?" Tanya Riana basa-basi.

Papa nya langsung berdiri mendekati nya.

Riana pikir Papa nya sangat khawatir, ia tersenyum hangat.

Namun dengan cepat senyum itu pudar kala Papa nya bukan nya menanyakan keadaan nya malah membentak nya, membuat Riana terkejut.

"SIAPA YANG MENGAJARKAN MU BERKELAHI HINGGA MEMBUAT ANAK ORANG SAMPAI MASUK RUMAH SAKIT?!!" bentak Papa nya.

"Pah jangan kayak gitu, tanyain keadaan nya dulu, liat keadaan anak kita," ujar Mama Riana menenangkan suami nya.

"Pah? Tanyain kabar aku dulu, aku lagi nggak baik-baik aja, aku capek sama hari ini, aku butuh semangat dari kalian, kenapa aku malah dapat bentakan dari Papa?" Tanya Riana lirih, hari ini benar-benar melelahkan.

"Sebenarnya aku anak kalian nggak sih?" Lanjut Riana, lalu teringat sesuatu.

Saat ingin berujar lagi, Papa nya membuka suara lagi.

"Saya tidak peduli, saya ingin kau menjawab pertanyaan saya tadi!" Tekan Papa nya, dia seperti bukan Papa nya yang selama ini ia temui.

"Aku anak siapa Pah, Mah?" Tanya Riana pelan, ia menghiraukan ucapan Papa nya tadi.

"KAMU MELAWAN SAYA? SAYA SURUH KAMU MENJAWAB PERTANYAAN SAYA ANAK SIALAN!" kini suara Papa nya kembali naik, beroktaf-oktaf.

"ITU NGGAK PENTING, SEKARANG AKU INI ANAK SIAPA?!"

PLAK!

Tamparan kuat kembali Riana terima, dan pipinya sudah kebas, itu tidak sakit lagi.

"Papa!" Teriak Mama nya, mulai menangis.

"Baik! Kau ingin tau kan? Kau memang bukan anak saya kau hanya anak tidak tau diri yang saya tampung!" Ujar pria parubaya itu masih dengan volume suara yang sama.

Riana terbelalak, kejutan yang ia dapat kan lagi.

"Pah! Riana anak kita!" Pekik Mama nya tak terima.

"Tidak! sampai kapan pun aku tidak akan menganggap nya sebagai anak ku, dia anak mu! Lebih tepat nya anak kakak mu! Hidup lah terus dalam rasa bersalah mu itu lalu terus lah pelihara anak tak tau diri seperti nya." Ucap Papa Riana untuk terakhir kalinya sembari menunjuk kearah Riana, ia melangkah keluar dengan wajah merah padam.

"Papa!" Panggil Mama Riana mengejar langkah suami nya itu.

Riana jatuh bersimpuh, hidup macam apa ini, ia menyisir rambutnya kebelakang, dan menahan tangan nya disana, kaki nya ia lipat.

Pantas setelah ia terbangun dari koma nya, Papa nya tidak terlalu khawatir, Papa nya jarang dirumah, Papa nya jarang berbicara dengan nya, Papa nya juga tak pernah menanyakan keadaan nya. Dan inilah alasan nya.

Sekali lagi, hari ini benar-benar hari yang melelahkan baginya, ia terisak, hingga lama kelamaan isakan itu berubah menjadi raungan, suara tangis nya memenuhi rumah mewah yang selama ini hanya diisi perhatian tanpa perasaan.





Hidup baru ini membawa ku ke labirin tanpa ujung

Tbc.

Si Culun Glow Up [TERBIT]Where stories live. Discover now