-30-

27.6K 3.2K 32
                                    

Sudah cukup lucu-lucu nya ya, karena hidup tak selama nya tertawa, Let's get started



Semua perhatian terarah melihat drama pagi ini, membuat kantin yang biasanya ramai saat istirahat saja kini jam masih menunjukkan pukul 06:35 tetapi kantin sudah dipenuhi makhluk-makhluk penasaran dengan apa yang terjadi.

"Toxic banget sih Lo jadi cewek!" Bentak teman Meri, Meri yang jatuh bersimpuh perlahan dibantu diri.

"Masih pagi tolol jangan mancing emosi gue, orang lu pada yang deluan," balas Riana tak terima setelah membantu Rea duduk di atas kursi.

"Nggak usah ikut campur deh! Lo pikir Lo keren gitu?" Sahut teman Meri satu lagi.

Sedangkan Meri masih memegang rahang nya yang masih sakit.

"Urusan gue sama dia, pahlawan kesiangan kayak Lo nggak usah ikut campur," ujar Meri maju untuk mendekati Rea lagi.

"Eitss...masalah Lo apa sih kawan? Masih pagi udah buat anak orang sengsara aja, nggak takut karma Lo hah?" Riana berujar santai sambil menahan langkah Meri.

"Bacot anj! Anak pembawa sial kayak Lo nggak usah ikut campur gue bilang!" Balas Meri menarik kerah baju Riana.

"Lo sama sekali nggak berhak ngomong!" Timpal nya lagi, dengan tatapan yang menghunus kearah Riana.

"Lagian cewek lemah kayak dia bisa apa?"

"Nyusahin yang ada!"

"Sok jadi pahlawan kesiangan!"

Meri terkekeh sinis.

"See? Lo nggak terima? Sifat toxic Lo ini karena nggak diajari ortu Lo ya nggak sih? Gimana mau ngajarin Lo, orang mereka udah mati and itu karena anak pembawa sial kayak Lo,"  ucap Meri tertawa enteng, ia melepas kerah baju Riana lalu menepuk tangan nya seolah-olah ada debu ditangan nya.

Ia berbalik bermaksud untuk pergi, sudah cukup drama untuk pagi ini.

Dan tentu saja itu tidak akan dibiarkan Riana.

Dengan emosi yang meluap-luap, Riana menarik kerah baju bagian belakang Meri, ia membalikkan tubuh Meri lalu membanting nya ke lantai, semua orang berteriak ketakutan.

Riana berputar 90° menghadap ke arah Meri.

Lenyap lah kau Meri!

Bogeman mentah ia darat kan berkali-kali ke wajah mulus milik Meri. Kebetulan dari semalam ia ingin sekali meninju sesuatu dan sekarang ada orang yang halal untuk ia tonjok.

Ia menggila, membabi buta Meri tanpa ampun, tidak ada yang menahan nya, bahkan Rea, karena Rea sedari tadi sudah dibawa pergi oleh Ken.

Kerumunan siswa-siswi mulai memisahkan mereka berdua yang sudah memporak-porandakan isi kantin itu.

"Sekali lagi Lo ngomong, gue nggak akan segan-segan nge-robek mulut kotor Lo itu!" Pekik Riana dengan mata yang memerah, amarah nya masih belum terpuaskan, padahal Meri sudah dibopong menuju rumah sakit.

"Lepas!" Bentak nya kepada orang-orang yang menahan tangan nya.

Dan dengan senang hati pula mereka melepas tangan nya, pasal nya tak ada yang sudi bersentuhan dengan gadis yang sudah dicap pembawa sial seperti nya.

Ia menyugar rambut nya kebelakang dan menggigit bibir bawahnya, ia kelepasan, tubuhnya tidak bisa dikontrol, ini bukan dirinya.

———————

Setelah disidang habis-habis -an Riana tetap dituduh sebagai biang onar, dia lah yang memulai pertengkaran yang terjadi tadi pagi.

Ia tidak bisa melawan, semua saksi menyudutkan nya, ia pun tak tau dimana Rea berada. Sial!

Ia berjalan lesu, besok kasus nya akan di proses dengan didampingi orang tua masing-masing.

Dari kejauhan ia melihat Ken melangkah kearah nya.

"Ken? Rea dimana? Dia nggak apa-apa kan?" Tanya Riana khawatir.

"Nggak usah sok khawatir! You're the source of the problem! Semenjak dia dekat sama Lo, dia yang biasanya jarang di bully, akhir-akhir ini harus dibully tiap hari!" Bentak Ken di depan wajah Riana.

"Maksud Lo apa? Rea baru dibully tadi pagi, selebihnya gue nggak pernah liat," balas Riana tak paham dengan ucapan ah tidak maksudnya bentakan Ken padanya.

"See? Lo cuman peduli sama diri Lo sendiri Riana! Lo nggak peduli sama Rea disaat dia satu harian nggak keliatan di kelas Lo! Lo nggak peduli disaat dia muncul dengan lebam di pipinya! Lo nggak peduli disaat dia nelfon atau nge-chat Lo tiba-tiba, Lo nyepelein semua nya Na, lo hidup seolah-olah nggak perlu orang lain," ini adalah kalimat terpanjang yang pernah Riana dengar keluar dari mulut Ken.

Riana menggelengkan kepalanya mencoba memahami setiap kalimat yang diucapkan Ken kepadanya.

"Jadi gue harap Lo jauhin Rea dari sekarang." Tekan Ken dengan wajah dingin, tatapan tajamnya membuat Riana seolah terintimidasi.

Ken berlalu meninggalkan Riana yang menunduk menatap lantai, siswa-siswi yang berkerumun menatap jijik kearah nya, ia semakin tersudutkan.

Pelajaran tak kunjung dimulai akibat insiden yang terjadi tadi pagi.

Seorang gadis berambut cokelat bergelombang, muncul dari kerumunan.

"Lo nggak berubah ya Na, dari dulu suka banget ngebully anak orang, gue contoh nya, siswi tak bersalah yang Lo bully di kolam renang, sampe nyawa gue hampir melayang,  Lo masih inget kan?" Ujar gadis itu dengan wajah serius sedikit ketakutan.

Bisik-bisik siswa-siswi yang masih ditempat itu dengan cepat memenuhi gendang telinga Riana.

"Apalagi ini ya Tuhan?" Batin Riana berteriak.

Tbc.

Si Culun Glow Up [TERBIT]Where stories live. Discover now