-23-

31.2K 3.6K 5
                                    

Riana akhirnya membuka matanya, seseorang yang pertama kali ia lihat adalah Rea.

"Kamu udah bangun?" Tanya Rea, pertanyaan retoris, membuat Riana yang baru saja sadar jadi emosi.

Riana menilik pakaian nya, ah aman, masih baju renang nya, untung tidak ada yang menggantikan.

"Yang lain dimana?" Tanya Riana.

"Diluar, karena jadwal pulang nya nggak di tentuin jadi suka hati mau pulang kapan, tapi batas nya hari ini aja," Jawab Rea.

"Terus lo ngapain disini?" Tanya Riana lagi.

"Pertanyaan retoris, ya nungguin kamu lah, aneh," balas Rea sewot.

"Dih sensi bener mbak," ujar Riana.

"Lagian kamu bikin panik aja, pas mau berangkat senang nya pakek banget, tiba di kolam renang malah pingsan, ada-ada aja," Omel Rea.

"Tapi tadi itu gue nggak mau pingsan, tapi entah kenapa tubuh gue tetap nggak bisa dikontrol," jelas Riana.

"Ya semua orang kali nggak mau pingsan, tapi kalok tubuh nya nggak kuat ya mau gimana, kamu emang aneh ya," balas Rea bersedekap dada.

"Maksud gue nggak gitu, awal-awal setelah ngeliat kolam renang gue cuman ngerasa pusing, tapi setelah kaki gue nyentuh air nya malah tambah pusing, telinga gue juga berisik banget, padahal dulu gue nggak kayak gitu deh, aneh," jelas Riana dengan dahi berkerut.

Rea terdiam sejenak.

"Emang dulu kamu sering ke kolam renang?" Tanya Rea.

Riana membeku sejenak.

"O-ouh ya jelas dong, meskipun dulu gue nggak pernah ikut olahraga renang bareng kalian, tapi di rumah gue ada kolam renang jadi nggak masalah," jawab Riana, ini alasan yang paling masuk akal baginya.

"Yaudah udah mendingan belum? Biar kita pulang aja, daripada lama-lama disini mending kamu istirahat di rumah kamu aja," ajak Rea.

"Emang gue pingsan selama apa Re?" Tanya Riana.

"Kurang lebih setengah jam,"

"Ouh bentar doang berarti," balas Riana.

"Bentar apa nya coba?! Aku nungguin kamu disini sendirian, udah hampir membusuk sangking lama nya," ujar Rea tak terima.

"Yaudah jalan, nggak usah ngomel-ngomel lagi. Btw yang nolongin gue siapa Re?" Tanya Riana, banyak sekali pertanyaan nya.

"Itu yang anak IPA 2 itu siapa namanya? Yang kamu pernah berangkat bareng sama dia," jawab Rea.

"Siapa? Orang gue selama ini berangkat sama supir," balas Riana bingung.

"Yang kemarin itu loh, yang kamu dirangkul sama dia, yang tadi kamu bilang dia pamer karena badan nya—"

"Ouh iya, gue tau, stop nggak usah dilanjutin lagi," Potong Riana.

"Maksud lo Al kan?" Tanya Riana memastikan.

"Nah iya! Ouh iya, bentar duduk dulu, aku mau nyeritain momen epic tadi," balas Rea dengan wajah sumringah.

"Tadi setelah kamu jatuh ke air, aku panik tapi nggak berani langsung loncat, untungnya Pak Riski langsung nyuruh salah satu laki-laki, dia langsung loncat dong, agak lama juga karena kolam nya kan dalem, setelah itu aku ngeliat dia bawa kamu kayak gini nih," cerita Rea sambil mempraktikkan kejadian yang ia lihat beberapa menit yang lalu.

"Widihhh ganteng banget tau nggak? Setelah aku perhatiin itu cowok yang sama kamu kemarin, terus semua orang malah pada jejeritan, bilang nya kalian tuh soswet banget, aku juga hampir lupa sama kamu, tapi pas ngelihat muka kamu yang udah pucat aku tambah panik, untung aja tempat ini disedia-in tempat untuk orang yang cedera atau semacamnya, akhirnya dia ngebawa kamu sampai sini terus pamit pergi sama Pak Riski, terus Pak Riski deh yang manggil dokter nya," jelas Rea panjang lebar, tak lupa senyum nya yang masih mengembang, ia masih ingat betapa romantisnya kejadian tadi.

"Dih gitu doang? Lebay, nama nya juga nolongin, romantis nya dimana coba?" Bantah Riana.

"Alahh, kalau mau senyum, senyum aja Na," ledek Rea.

"Udah ah, gue mau balik, ini gue udah kedinginan," elak Riana pergi melangkah menuju pintu ruangan itu.

Riana menatap lurus, menghindari warna biru yang memusingkan itu.
Lalu ia terdiam sejenak melihat Al yang masih di pinggir kolam dengan tangan yang menyanggah tubuhnya, disamping nya juga masih ada teman-teman nya yang tadi.

Riana menggeleng, ia ingin berterima kasih tapi nanti saja lah, nanti entah kapan jika mereka bertemu, sekarang dia masih terlalu malu menjumpai lelaki itu, ia memutuskan untuk kembali berganti pakaian, agar ia bisa segera pulang.

Lagi pula ia tidak mau berlama-lama melihat warna air kolam itu.

————————

Riana melangkah gontai, bukannya jadi berenang, yang ada dia malah mempermalukan diri.

"Udah lah ah, udah terlanjur juga," ujar Riana, ia mengacak-acak rambut nya yang sudah acak-acakan.

Malu, itu lah yang ia rasakan, seumur-umur ia tidak pernah pingsan, tapi itu di kehidupan nya yang dulu, berbeda dengan yang sekarang.

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu kamarnya.

"Na kamu di dalem?" Itu suara Mama nya.

"Iya Mah, masuk aja," Sahut Riana.

"Na, tadi Tante Riska nelfon, katanya tadi kamu pingsan ya di kolam? Mama tadi di kantor Papa jadi langsung buru-buru kesini, kenapa kok bisa pingsan sih?" Tanya Mama nya.

Riana bingung, darimana Tante Riska tau? Namun yang iya yakini pasti dari anak nya.

"Nggak tau Mah, mungkin Riana kecapean, atau kurang vit aja," jawab Riana.

"Kalau dari awal nggak enak badan, nggak usah dipaksain ikut seharusnya," ujar Mama nya.

"Ya kan nggak tau bakalan jadi gini, lain kali aku nggak gitu lagi deh Mah, janji," balas Riana dengan kepala yang mengangguk di akhir kalimat.

"Iya-iya, Yaudah kamu istirahat aja sekarang, jangan main hp atau baca novel lagi, Mama keluar ya." Sebelum keluar Mama masih menyempatkan diri untuk mengusap kepala Riana.

Riana tersenyum lalu menuruti perintah Mama nya, ia menarik selimut nya lalu mencoba memasuki alam bawah sadar.

———————

Riana terbangun dengan nafas terengah-engah, mimpi yang sama.

Mimpi yang benar-benar menyekik nya, mimpi itu seakan nyata, seakan ia benar-benar ada disana dan menyaksikan adegan penyiksaan itu.

Namun ia tidak tau, disana ia sebagai siapa, ia tidak mendapatkan petunjuk sedikit pun.

"Mirip sama apa yang gue alamin tadi, sebenarnya apa yang terjadi sama lo Riana?"

Tbc.

Si Culun Glow Up [TERBIT]Where stories live. Discover now