-20-

36.1K 4K 7
                                    

Riana memandang Rumah yang cukup besar di depan nya, lalu mengangguk ahh lumayan juga.

Pagar hitam menjulang tinggi itu dibuka oleh satpam penjaga.

Mobil yang dikendarai sopir nya kembali melaju masuk kedalam pekarangan Rumah mewah itu.

"Bapak tunggu disini, Neng masuk aja," ujar Sopir nya.

"Ouh iya Pak, Riana usahain cepet nyampe sini lagi," balas Riana tersenyum ramah.

Ia melangkah ke arah pintu utama Rumah itu.

Tok! Tok! Tok!

Pintu langsung terbuka.

"Ehh Nak Riana, ngapain?" tanya Riska melihat kedatangan Riana.

"Eum, Mama nyuruh aku buat ngasih ini Tan," jawab Riana menyerahkan box isi kue kering itu.

"Ouh! Yang tadi ya? Aduh makasih ya Na, kamu jadi jauh-jauh kesini," balas Riska menerima box itu.

"Hehehe nggak apa-apa Tante, lagian nggak jauh-jauh amat kok,"

"Yaudah masuk dulu Na, Tante bikinin minuman dulu, panas banget ini, nanti Pak Tarto biar bibi aja yang ngasih," ajak Riska yang di angguki Riana.

Riana celingak-celinguk mencari Al, kemana perginya lelaki itu, padahal ia ingin melihat penampilan kucel Al, menertawai nya satu harian, lalu ia akan memotret nya, bahkan ia berniat untuk mengirim nya ke akun Sekolah nya.

Riana menepuk tangan nya kegirangan membayangkan jika rencana nya itu benar-benar terjadi, pasti itu sangat menyenangkan.

Riana tertawa devil ia usahakan rencana nya itu harus terealisasi dengan lancar.

Riska terdiam melihat tingkah laku Riana yang berdiri di depan pintu disebelah guci yang cukup besar, tertawa sendiri, Riska tersenyum masam, tak mengerti apa yang terjadi dengan anak perempuan sabahat nya ini.

Riska mengalihkan pandangannya kearah anak nya yang baru turun, sama halnya dengan dirinya, Al juga bingung melihat tingkah laku Riana.

Al menggerakkan dagu nya bermaksud ingin bertanya apa yang terjadi dengan gadis bodoh yang berdiri di dekat guci itu.

Riska menggeleng sebagai jawaban.

"Ekhem!" Dengan sengaja Al berdehem sangat keras bahkan Bundanya juga ikut terkejut.

Riana yang terkejut tak sengaja menyenggol guci yang disamping nya,  dengan secepat kilat ia memeluk guci itu.

"Anjir bangsat!  jangan jatuh please, jangan jatuh please," Riana memeluk Guci besar itu seerat mungkin, bahan guci sangat licin, ini semakin membuat nya panik.

Al tertawa.
"Apasih Bun? Ngapain coba bawa orang gila kesini? Lihat hampir aja dia mecahin guci kesayangan Bunda," kompor Al namun tak urung ia membantu Riana yang sudah tersiksa tak kuat menahan berat guci itu. Muka pias nya membuat perut Al terkocok lagi.

Mumpung ada orang, Bunda nya akan baik padanya, dan ia akan memanfaatkan nya, miris

"Jangan buat lucu goblok ah! Nggak ada tenaga gue ini ahahha," Al jadi ikut bersimpuh memeluk guci dari arah berlawanan takut guci itu akan benar-benar jatuh dan pecah.
Posisinya guci itu berada di tengah-tengah mereka.

"Ih Bun, bantuin aduh Al nggak kuat serius," ujar Al meminta tolong masih dengan sisa tawanya, komuk Riana begitu menyedihkan dengan dagu yang bersandar di guci itu.

"Aduhhh kalian ngapain main-main dekat guci sih? Nanti pecah, naik-naik," peringat Bunda Al menahan guci itu agar tidak tersenggol lagi.

Riana menghiraukan pertanyaan Bunda Al. Ia fokus dengan penampilan Al sekarang, wajahnya semakin pias.

"Hahaha, heh Lo kenapa sih?"

Tak ada jawaban.

"Terpesona sama gue?" tanya Al mendorong jidat Riana.

Riana tak menjawab lalu pergi ke arah sofa dan duduk disana. Sedangkan Riska sudah pergi ke arah dapur.

Al mengikuti Riana, ia duduk di sofa yang berseberangan dengan Riana.

Riana menoleh kearah Al, ah rencana nya gagal total.

Kucel apanya? Yang ada disini hanya Aldreano yang tampan dengan celana jeans hitam pendek, kaus hitam polos, juga sendal rumah hitam yang sangat kontras dengan kulit putih lelaki itu. Bahkan dengan rambut acak-acakan yang mungkin saja lelaki itu baru bangun tidur, tak mengurangi kadar ketampanannya, sangat menyebalkan.

"Kenapa sih ah? Freak banget jadi orang, tadi ketawa-ketawa nggak jelas, sekarang udah kayak orang yang nggak punya semangat hidup," ujar Al membuka obrolan.

"Shut, shut, shuttttt, gue kesel sama Lo," balas Riana dengan mata melotot.

"Dih? Napa sih ni anak? Karena tadi pagi? Lo lupa minta fotonya apa cemana sih?" balas Al dengan rentetan pertanyaan.

"Enak aja, gue nggak butuh foto aib, masih banyak foto gue yang cantik-cantik," jawab Riana masih dengan mata melotot lalu mengibaskan rambutnya.

Al menggaruk kening nya dengan jari telunjuk nya, tak paham apa maunya cewek.

Riana berdiri tiba-tiba, Al sedikit terkejut, ah mungkin dia mau pulang.

"Kenapa? Mau pulang? Yaudah sana, bisa buka pintu sendiri kan?" Acuh Al melipat kedua tangannya.

Riana mendekati Al dengan tangan yang siap menerkam, ia akan mengacak-acak penampilan lelaki itu.

"Dih anjir apaan sih? Buset lu random banget jadi orang, emang gila ni orang ya, lepasin nggak," cerocos Al, bagaimana tidak, sekarang Riana sudah mengacak dan menarik rambut nya kuat.

"Gue harus dapat aib Lo ahhaha," ujar Riana persis seperti ODGJ.

Dengan sigap Al menahan kedua tangan Riana, Riana yang tidak siap langsung ikut tertarik semakin dekat dengan Al.

"Ha, ha, ha," Riana terdiam setelah tertawa hambar.

1 detik
2 detik
3 detik

Eye contact itu tak kunjung usai.

Riana dapat merasakan terpaan nafas hangat dari Al, seperti nya lelaki itu sedang sakit.

Wajah mereka yang dekat membuat jantung Riana berdegup dengan kencang, Riana tidak munafik, wajah Al memang tampan, siapapun akan mengakui nya.

"Kenapa sih Al, teriak-teriak kayak dihutan?" Ujar Riska yang datang dari arah dapur.

"Eh?"

Mereka berdua terkejut, dengan cepat Riana bangkit dari posisi nya.
Namun tak sengaja mereka berdehem secara bersamaan.

Riska menggeleng sambil terkekeh.

"Ini Na, minum jus sama kue nya dulu, ini sekalian bawain bolu buatan Tante tadi, titip salam juga sama Mama kamu ya," ujar Riska, kini ia membawa box yang berbeda dengan isi yang berbeda juga.

"Ha? Ouh iya Tante," dengan langkah tergesa-gesa ia menjauh dari Al, sedangkan Al memilin-milin rambutnya dengan wajah datar.

Riana menatap Al, lelaki itu biasa saja padahal ia sudah membuat jantung anak orang hampir copot.



Tbc.

Si Culun Glow Up [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang