Bab 44

1.4K 94 42
                                    

Zidny POV

Hari ini aku berencana menemui Mamaku. Ini pertama kalinya aku mengunjungi Mama di rumah sakit jiwa dan pertama kalinya aku pulang ke Palembang sejak hampir setahun lalu aku memutuskan pergi dari rumah.

Aku bersama Jasmin dan Edo, saat ini kami berada di sebuah ruang tunggu rumah sakit jiwa, menunggu petugas mengantarkan kami ke kamar Mama.

Jujur saja ada perasaan sedih karena membiarkan Mama tinggal di sini. Tapi  bayangan wajah Abi setelah kecelakaan itu terus menghantuiku apabila aku teringat dengan Mama. Mungkin butuh waktu seumur hidup untuk memaafkannya.

"Kenapa kak masih berat?" Tanya adikku tiba-tiba mungkin Jasmin menyadari aku mendengus sejak tadi.

"Aku sedang mencobanya Jass." Ucapku pada adikku.

"Kalau belum siap jangan dipaksakan kak." Ucap Jasmin lagi. Dan aku menggeleng.

"Aku mau melihat Mama, tenang aja aku gak apa-apa." Ucap ku terus meyakinkan diri.

"Mari mbak, Mas saya antar!" Seorang petugas menghampiri kami untuk mengantar kami keruangan Mama.

Saat sudah sampai di depan pintu kamar, aku menghembuskan nafas beratku sekali lagi, kemudian aku melangkahkan kakiku mengikuti petugas itu masuk ke kamar Mama.

Pandanganku langsung terpaku pada sosok yang sedang duduk di sudut kasur. Dia tidak bergeming sama sekali saat kami memasuki ruangan itu. Terlihat wanita paruh baya itu terlihat semakin tua. Bahkan rambutnya dulu yang masih hitam legam dan terawat, di bagian tertentu tampak helaian-helaian berwarna putih. Wajahnya yang dulu berseri, tampak muda dan fresh, kini hanya tinggal wajah pucat tanpa polesan apapun. Matanya menerawang jauh keluar jendela. Tanpa terasa air mataku jatuh begitu saja melihat keadaan Mamaku sekarang.

Aku mendekat padanya. Aku bersimpuh di depannya sambil memegang tangan Mamaku. Seberapapun besarnya rasa benci ini tetap saja aku mecintai wanita tua ini. Melihat keadaannya sekarang membuat hatiku juga merasa teriris.

"Ma..?" Aku memanggil Mama sambil terus mendongak ke arah Mama, namun dia tidak juga bergeming. "Ma ini Zidny." Kali ini Mama meresponku dengan mulai melihatku yang ada di hadapannya.

"Zidny? Kamu datang nak?" Tampak bulir-bulir air bening itu jatuh dari mata Mama. Aku segera mengusap air matanya dengan ibu jariku. Seketika Mama menahan tanganku sambil menyandarkan pipinya di telapak tanganku.

"Mama rindu, Maafin Mama Zid." Ucapnya lagi. Aku hanya memperhatikan Mamaku saat ini, mataku pun ikut berair melihatnya dalam keadaan seperti ini.

"Mama mau pulang, Abi mana? Kenapa kamu gak datang bareng Abi?" Ucap Mama, matanya terus mencari keberadaan Abi.

"Ma Abi gak ada di sini." Ujarku.

"Tapi Mama rindu Abi Zid. Kamu jemput Abi bawa dia kesini. Masa dia gak kangen dengan Omanya." Hatiku perih mendengar permintaan Mama.

"Abi udah gak bisa lagi datang ke sini Ma." Aku menunduk, merasakan dadaku yang begiti sesak.

"Kenapa? Tapi Mama pingin banget ketemu Abi. Jemput Abi ya Zid." Aku menoleh kearah Jasmin dan Edo yang sedang memperhatikan kami. Dia mendekat pada kami dan juga bersimpuh di hadapan Mama seperti yang aku lakukan.

"Ganti Abi, Jasmin aja ya Ma." Ucap Jasmin tiba-tiba dan itu membuat Mama memperhatikan Jasmin dengan seksama.

"Zid dia siapa?" Tanya Mama padaku.

"Ma ini Jasmin." Ucapku.

"Jasmin? Kok beda. Seingat Mama Jasmin masih kecil."

"Ma ini aku Jasmin dan coba Mama lihat pria tampan di depan itu. Namanya Edo, dia suamiku."

When I'm In Love With HerOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz