Bab 21

905 90 0
                                    

Dinda POV

"Ceilah cantik bener mbak."

"Berisik Ra!"

"Kayaknya bakal ada yang jadian nih dalam waktu dekat."

"Apa sih Ra, cuma di ajakin ke kondangan doang."

"Kondangannya ke acara nikahan sepupunya Adinda. Berarti secara gak langsung kamu bakal di kenalin ke keluarga besarnya."

"Gak tau deh."

Ini sudah hampir dua bulan semenjak kejadian malam itu. Sempat satu minggu aku mengalami bad mood parah, namun setelahnya hari-hariku kembali seperti sebelumnya.

Aku dan Vito makin sering ketemu, hanya untuk sekedar makan siang, makan malam ataupun jalan-jalan saat weekend. Sejauh ini aku nyaman dengannya walaupun saat malam sebelum tidur pikiranku lagi-lagi di penuhi oleh Zidny.

Rasanya bohong kalau aku tidak terpengaruh ucapan Zidny saat itu. Aku membencinya karena sikapnya yang seenaknya seperti itu tapi di sisi lain aku juga begitu merindukannya.

"Kalau Vito ngajakin jadian gimana Din?" Sontak aku mengalihkan pandanganku ke Sahra yang sedang duduk di sofa.

"Gak tau Ra, aku masih abu-abu. Sejauh ini aku nyaman dengannya tapi gak yakin aja buat ngejalani hubungan serius dengan Vito." Jawabku tidak yakin.

"Masih kepikiran istri orang itu?"

Deg

Istri orang? Miris ya masih mencintai istri orang.

"Yah gimana gak mau dipikiri tapi tiba-tiba kepikiran sendiri."

"Pertimbangi Vito, dia pria baik. Kalau  dia ngajakin serius iyain aja dulu. Kalau gak cocok kan bisa putus." Mungkin sudah ratusan kali Sahra menyarankan hal itu padaku. Tapi ni hati bandel banget.

"Iya deh Ra, nanti aku pikiri lagi." Jawabku ambigu.

"Dari kemarin itu terus yang kamu bilang. 'Ninti iki pikirin ligi' bosan banget dengernyaa."

Ting..ting...ting..

Handphone ku berbunyi menandakan ada pesan masuk. Kulihat itu pesan dari Vito.

From Vito:
"Aku udah di lobby Din, aku perlu ke atas lagi atau kamu yang turun?"

To Vito:
"Aku turun, tunggu di mobil aja."

From Vito:
"Oke cantik 😍."

"Aku pergi Ra, kamu mau langsung pulang atau mau ngerjain sesuatu lagi di apartemnku?" Tanyaku pada Sahra, bukan maksud mengusir hanya bertanya saja.

"Ngusir?" Tuh kan salah paham.

"Gak ngusir, aku kan nanya itu. Lagian Gio gak nyariin emaknya apa udah di tinggal dari pagi loh dia." Sahra kalau bekerja memang tidak pernah membawa anaknya.

Sejak pagi Sahra sudah menemaniku menemui bos penerbit bukuku untuk membahas pencetakan ulang novelku. Kata bos penerbit tadi pagi bukuku laku keras dan masih banyak permintaan agar bukuku segera di perbanyak lagi.

"Iya iya aku pulang sekalian ini, duluan aja kamunya nanti Vito nunggu kelamaan di bawah." Ujar Sahra yang masih memasukkan barang-barangnya kedalam tas tangannya.

"Iya deh iya, aku duluan bye Ra."

"Bawain kabar baik ya pas pulang nanti."

"Hmmm ya!"

Akupun segera keluar dari apartemenku menuju lobby. Sejenak aku berkaca di lift, senyumku terkembang saat melihat tampilanku yang aku akui cukup menawan hari ini. Setidaknya aku tidak membuat penampilan yang memalukan untuk pasanganku hari ini.

When I'm In Love With HerWhere stories live. Discover now