Bab 38

744 64 16
                                    

WARNING!!!

Ada unsur 18+ nya sedikit, tidak dianjurkan membaca cerita ini saat siang hari bagi yang berpuasa. Happy fasting guys untuk kalian yang menjalankan 😄✌️

And happy reading....

***

Dinda POV

Aku membuka mataku, ku kerjap-kerjapkan agar aku bisa lebih jelas melihat, kulihat lampu tidurku masih menyala. Belum siang ternyata. Aku sudah keluar dari rumah sakit sebulan yang lalu. Walaupun sebulan ini aku bangun sangat kepagian tetap saja kadang aku terkejut. Tau sendiri dulu aku sering bangun siang karena malam hingga subuh aku menulis dan tiba-tiba sekarang aku bisa tidur sebelum tengah malam dan bangun sangat kepagian karena aku benar-benar pengangguran.

Aku mencari ponselku di nakas samping tempat tidurku. Padahal jam dinding di kamarku ini sangat besar tertempel di dinding tapi tetap saja melihat waktu di ponselku adalah sudah menjadi kebiasaanku. Aku membuka ponselku di mana walpapernya adalah foto Zidny sedang memelukku dari samping seperti koala. Kulihat waktu baru menunjukkan pukul 04:30 pagi.

"Baru jam segini, kemana Zidny?" Gumamku sendiri. Ini belum waktuya dia bangun tapi aku tidak menemukannya saat aku bangun tidur pagi ini.

Aku bergegas turun dari ranjangku. Mengecek ke sebelah kamar kami, kamar Abi dulu tapi tidak juga kutemukan kekasihku. Aku segera menuruni tangga untuk ke lantai 1. Mataku awas memandangi sudut-sudut ruangan mencari keberadaan Zidny. Namun tiba-tiba pendengaranku tertuju pada ruangan bermain Abi. Aku bergegas kesana. Pintunya sedikit terbuka, ruangannya juga terang. Kulangkahkan kakiku masuk keruangan itu dan kutemukan Zidnyku sedang meringkuk sambil menundukkan kepalanya memeluk boneka milik Abi sambil menangis.

"Sayang!" Panggilku padanya, sontak dia menegakkan kepalanya dan bisa kulihat deraian air matanya lagi. Aku langsung duduk mensejajarkan tubuhku dengan tubuhnya, pandangan terlukanya sungguh membuat hatiku seperti di remas. Aku langsung membawanya kepelukanku.

"A-aku kangen Abi sayang hiks hiks." Ucapnya terbata-bata di tengah tangisnya yang begitu menyayat hatiku.

"Besok kita jengukin Abi ya." Jawabku sambil mengusap-usap punggungnya agar tangisnya mereda.

"Kenapa Abi gak pernah datang ke mimpi aku sayang, apa dia di sana sudah melupakanku." Ucapnya lagi dengan sesenggukan, tangisnya mulai mereda.

"Mungkin belum, jangan berpikir seperti itu. Kamu tau Mommy, Abi tidak mungkin melupakan orang yang paling dia sayang di alam semesta ini, Abi mencintaimu Mommy, jadi jangan sedih lagi ya, Abi juga pasti sedih melihat Mommy memangis seperti ini." Aku sengaja memanggilnya 'Mommy' untuk menarik perhatiannya agar tangisnya benar-benar mereda, dan sepertinya itu berhasil.

Dia langsung melihatku dan sedikit menarik senyumnya. "Itu terdengar lucu kamu memanggilku Mommy." Katanya sambil mengecup pipiku.

"Setidaknya itu berhasil menghentikan tangismu Mommy." Kataku lagi.

"Awwww that so sweet honey!" Kali ini dia menciumi seluruh wajahku.

"Iyuuuh air liurmu menempel sana sini di wajahku sayang." Aku sengaja bercanda mengelapi bekas ciuman gemasnya di wajahku.

"Iyuuuh katamu? Rasakan ini!" Dia malah menjilat pipiku. Kali ini aku benar-benar mengelapnya, karena pipiku benar-benar basah.

"Itu basah sayang!" Ujarku sambil mengerucutkan bibirku.

"Kalau ini?" Kali ini dia menjilat bibir bawahku.

"Hmm Itu enak." Aku tersenyum malu-malu.

"Turn on hah!" Dia tersenyum nakal padaku. Ya Tuhan padahal baru saja dia berderai air mata bisa-bisanya sekarang malah menggodaku.

When I'm In Love With HerDonde viven las historias. Descúbrelo ahora