Bab 29

791 77 22
                                    

Zidny POV

Kemana anak itu, sejak malam dia menghilang. Padahal aku sudah mengirimi puluhan pesan tapi tidak satu pun di baca. Dia mengatakan syutingnya sudah selesai dan besok dia akan pulang ke Indonesia. Terakhir dia menghubungiku bilang kalau dia akan jalan-jalan dengan Feby ke menara Eiffel, tapi hanya berdua? Kenapa aku sedikit ragu.

Seperti biasa aku selalu terbangun di jam 05:00 subuh. Otakku memiliki alarm sendiri, secara otomatis saja aku pasti selalu bangun di jam itu tidak peduli malamnya aku lembur sampai lewat tengah malam. Kalau Dinda jangan di tanya. Dia selalu bangun siang. Bahkan sampai aku akan berangkat bekerja dia juga masih tidur. Apalagi sepertinya dia sedang mengerjakan novelnya yang baru, di tengah sibuk proses syuting yang dia jalani, dia masih menyempatkan menulis. Dia selalu memulai menulis setelah aku tidur. Bahkan aku sering mendapatinya masih menulis di jam 05:00 subuh. Katanya jam-jam tengah malam adalah waktu yang baik untuk mencurahkan inspirasinya dalam tulisan. Otaknya bekerja saat malam.

Untung saja Dindaku tidak merokok untuk menemaninya menulis, paling hanya segelas kopi instan, beberapa cemilan dan jangan lupakan permen coklatnya. Btw aku sudah lama tidak menghisap gulungan tembakau itu, mungkin tepatnya aku berhenti total saat aku mulai sadar mengandung Abi saat itu. Aku sebenarnya sejak SMA sudah menghisap rokok, tidak ada alasan khusus, saat itu lingkungan pertemananku memang kurang baik, awalnya hanya coba-coba eh malah keterusan sampe kecanduan rokok. untung saja bisa berhenti total.

Apa keluargaku tau? Mungkin saja mereka curiga, namun mereka tidak pernah bertanya secara langsung padaku karena memang aku tidak pernah ke gep sedang merokok. Aku pandai menyembunyikan itu. Dan orang pertama yang berani menanyakan tentang kebiasaan merokokku adalah Dinda waktu kami Kkn dulu. Aku kira dia akan menceramahiku tapi ternyata tidak namun dia punya cara yang membuat aku mulai mengurangi rokok. Dia selalu memperlihatkan ketidaknyamanannya saat orang lain merokok di depannya. Entah itu batuk, atau sengaja menghindar. Karena aku sering dengannya tentu saja aku menghargai ketidak sukaannya dengan tidak merokok kan dan itu berhasil membuat ketergantunganku terhadap rokok berkurang.

Oke kembali lagi ke saat ini. Kalau di Indonesia pukul 05:00 pagi maka di Paris masih pukul 11:00 malam. Harusnya Dinda sudah berada di hotelnya lagi kan. Dia pergi dari jam 08:00 malam waktu Paris. Kalau hanya jalan-jalan ke menara Eiffel tidak butuh waktu 3 jam kan menghabiskan waktu di sana. Sialan kenapa perasaanku tidak enak, apa sesuatu terjadi padanya?

Tring...

Sebuah pesan masuk ke dalam ponselku dan itu dari orang yang sedang kutunggu, seketika hatiku merasa lega.

From My love💓:
"Sayang sudah bangun?"

To My love💓:
"Sudah, kamu sudah pulang? Kenapa lama sekali baru menghubungiku, semua baik-baik aja di sana?"

From My love💓:
"Bisakah aku menelponmu?"

To My Love💓:
"Sure."

My love💓 calling 📞

Klik

"Halo?" Sapaku.

"Hey i miss you." Ucapnya di seberang sana dengan nada sedikit sendu

"Apa semuanya baik-baik aja di sana honey?" Tanyaku memastikan.

"Yeah, aku cuma rindu kamu, banget." Aku bisa mendengar dia menghela nafas beratnya.

"Kamu baru pulang? Kenapa lama sekali? Apa kalian jalan-jalan ketempat lain selain menara Eiffel?" Aku menanyakan langsung tentang ke khawatiranku.

"Gak sayang, hanya ke menara Eiffel aja."

When I'm In Love With HerTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon