Bab 7

1.6K 139 10
                                    


Dinda POV

Aku tidak menyangka ternyata aku serumit itu. Aku membenci perasaan spesialku pada Zidny, tapi aku menyukai bahkan menikmati setiap perlakuan dan sentuhannya padaku. Aku merasa risih saat dia memperlihatkan perhatiannya padaku di depan orang lain tapi hatiku merasa sakit saat dia tidak menghiraukanku.

Untung saja dia tidak memintaku menjadi kekasihnya. Karena aku pasti akan menolaknya, logika ku yang akan menolaknya mentah-mentah. Ayolah dia memiliki kekasih, aku tidak berniat menjadi selingkuhannya.

Apa mau hatiku sebenarnya, bisakah aku berpikir secara sederhana saja tapi sayangnya tidak, memiliki perasaan terkutuk ini saja aku sudah merasa pusing apalagi nantinya kami menjadi sepasang kekasih, hubungan backstreet sudah pasti, terus bagaimana aku menjelaskan itu ke Sahra, membayangkan menjalani itu dengan Zidny saja aku sudah merasa lelah. Aku benar-benar berharap perasaanku ini hanya sementara. Aku pun bertekad setelah kkn selesai nanti aku akan benar-benar menjauhi Zidny.

Kami berciuman? Iya.

Kami sepasang kekasih? Tentu tidak.

Apa aku sedikit murahan di sini? Terserah saja aku tidak peduli tentang penilaian kalian, ini hidupku bukan? Aku hanya melakukan apa yang aku sukai.

Saat ciuman pertamaku dengannya memang benar aku sangat marah padanya. Aku pun bingung aku tidak mengerti mengapa aku marah dengannya padahal aku menyukai bibirnya saat menyentuh bibirku.

Kami sempat perang dingin. Namun saat malam berikutnya, tepatnya saat aku masih setengah tertidur, dia dengan lancangnya mencium bibirku lagi. Aku terbangun dan terkejut saat dia kepergok melakukan itu padaku. Namun entah setan apa yang merasuki pikiranku, aku malah balik menciumnya, aku gila? Iya aku memang sudah gila sepertinya. Bibir kenyalnya sangat membuatku candu. Yang aku suka dari ciumannya adalah dia melakukannya dengan lembut, tanpa nafsu membabi buta seperti yang pernah aku lakukan dengan mantan pacarku dulu. Aku suka, tidak bahkan aku sangat menyukai bibir Zidny. Dan kejadian itu berulang di malam-malam berikutnya. Ya Tuhan kenapa aku jadi senakal ini!!

"Dinda?"

Suara yang kukenal mengalihkan perhatianku dari lamunanku, aku mengangkat kedua alisku saat mataku bertemu dengan matanya.

"Kenapa?"

"Aku mau cari bandrek mau ikut?" Tanyanya dengan lembut padaku, bahkan suaranya kini seperti melodi nyanyian di kepalaku.

"Berdua aja?jauh gak?"

"Bertiga." Aku menatapnya heran dia buru-buru mengoreksi ucapannya. "Ya berdua aja, deket kok."

"Ikut!"

Dia sedikit mengernyit mendengar ucapanku. Apakah nada bicaraku saat ini kedengaran manja dan menjijikkan, aku benar-benar merutuki mulutku.

"Guys ada yang mau bandrek gak?" Kali ini dia bertanya pada anak-anak lainnya yang sedang berkumpul di teras posko menikmati sejuknya angin malam sambil bernyanyi bersama.

"Aku mau!" Jawab Willy,Hilman,Yuka,Rania dan Riyan bersamaan

"Cuma 5 orang aja yang nitip?" Tanya Zidny lagi memastikan.

"Ya!!!!" Jawab mereka serentak.

Pergi hanya berdua seperti ini memang sudah biasa untuk kami berdua, bahkan bisa di katakan kalo kami semakin tidak terpisahkan. Mungkin beberapa teman kkn ku ada yang menyadari keanehan sikap kami berdua, sebenarnya aku takut, takut di judge buruk oleh mereka yang tidak mengerti. Hanya saja saat ini aku benar memilih kata hatiku. Hatiku selalu ingin berdekatan dengan Zidny.

"Mau jalan-jalan dulu?" Tanya Zidny padaku.

"Aku pingin beli pisang coklat di pasar boleh gak?" Tanyaku balik. Posko kkn kami dengan pasar memang tidak jauh, 10 menit juga sampe.

When I'm In Love With HerWhere stories live. Discover now