Bab 25

978 93 8
                                    

Zidny POV

Kenapa dia tega sekali padaku, ini sudah hampir jam 7 malam dan dia sudah meninggalkanku sejak jam 3 tadi. Oh jangan lupakan aku yang lagi  sakit ini. Bahkan siang tadi aku sempat pingsan, apa dia tidak mengkhawatirkanku? Ya meskipun aku di temani Sahra sampai jam 5 sore tapi tetap saja kenapa Dinda setega itu meninggalkanku dan memilih jalan dengan Vito. Aku tidak bisa marah padanya tapi hatiku sakit sekali saat ini.

Aku meringkuk di atas kasur, sengaja lampu kamar aku matikan saja. Itu lebih membuatku nyaman ketika sedang menangis seperti ini berada di kegelapan. Apa aku perlu menghubunginya agar dia cepat pulang? Tapi rasanya enggan sekali. Tidak bisakah dia berinisiatif menghubungiku, setidaknya menanyai keadaanku. Apakah aku baik-baik saja? tidakkah dia tidak takut aku sekarat sendirian? Aku tidak bisa marah padanya tapi keadaan ini sangat mengesalkan.

"Sayang kenapa tega sekali padaku hiks hiks hiks."

Ceklek

Suara pintu kamar di buka oleh seseorang, aku buru-buru menyeka air mataku ini. Tidak ingin seseorang memergokiku menangis.

"Zid Kenapa kamarnya gelap begini?" Aah Dindaku sudah pulang, seketika hatiku merasa sangat lega.

Dia segera berjalan kearah saklar lampu yang beberapa langkah dariku. Aku sengaja tidak bergeming agar dia tau kalau aku lagi kesal dengannya.

Klik

Ruangan ini pun terang kembali. Aku meliriknya sekilas tampak dia memberikan tatapan penuh tanyanya padaku. Kemudian dia melangkahkan kakinya kearahku dan berdiri tepat di hadapanku.

Sesaat dia masih memperhatikanku, aku pura-pura tidak melihatnya karena sejak beberapa saat lalu aku menyibukkan diriku dengan ponselku. Lalu tangannya tiba-tiba sudah berada di keningku. Aku terhenyak lalu segera menepis tangannya dengan kasar.

"Marah sama aku?" Tanyanya sambil menatapku. "Maaf ya." Katanya lembut, aku hampir luluh. Sialan padahal hanya sepenggal kata saja tapi membuat kekesalanku sejak berjam-jam lalu hilang begitu saja. "Liat aku dong Zid." Dinda menangkup pipiku dan memaksaku untuk melihat padanya.

Deg

Deg

Kenapa jantung sialan ini malah berdegup keras di saat yang tidak tepat. Aku sedang merajuk padanya itu akan sangat memalukan kalau dia mendapatiku deg-degan hebat dan tersipu di tatap seperti itu olehnya. Aku bisa melihat penyesalan dari tatapannya.

"Maaf ya, aku pulangnya lama, tadi aku nyari makanan kesukaanmu soto babat, harus muter-muter jakarta dulu tadi baru ketemu." Ucap Dinda sambil menampilkan senyum tidak enaknya. "Kamu laperkan, yok makan dulu udah itu minum obat lagi ya." Oke sudah cukup, hatiku akhirnya benar-benar luluh saat dia perhatian seperti ini denganku.

"Peluk!" Rengekku padanya

Dinda tersenyum sangat lembut dan langsung menarik tubuhku kepelukannya. Duh nyamannya!

"Zidny jangan kesel lagi, maafin Dinda ya udah ninggalin Zidny tadi." Oh my god!!! Dia cute sekali!!! Itu benar-benar menghangatkan saat dia berkata seperti itu. Aku dapat merasakan dia mencium kepalaku dan seketika sesuatu yang menggelitik seperti kupu-kupu berterbangan terasa akan meledak di perutku.

Aku semakin mengeratkan tanganku yang sedang memeluknya saat ini. Apa tunggu aku sakit dulu untuk mendapatkan perlakuannya yang penuh cinta ini, kalau iya gak apa-apa deh sakitku agak lama.

"Kamu gak ngapa-ngapain kan tadi sama Vito?" Tanyaku penuh selidik sambil mengendus aroma tubuhnya seolah mencari aroma tubuh asing yang hinggap di baju Dinda.

"Gak ada, aku cuma nemenin dia nyari hadiah ulang tahun untuk anak temennya." Aku konfirmasi ucapan Dinda dengan melihat matanya dan aku tidak menemukan kebohongan di matanya saat ini, lagi-lagi aku merasa lega.

When I'm In Love With HerWhere stories live. Discover now