Bab 6

1.6K 170 11
                                    

"Ngapain Din?"

"Ngulek cabe, udah tau lagi nulis masih juga nanya."

"Ya maksudnya nulis apa?"

"Nulis laporan mingguan Farhan."

"Rajinnya Adindaku."

"Idih geli." Aku memasang ekspresi menjijikkan. "lagian Kalo gak rajin nanti keteteran akunya, emang kamu mau bantuin?gak kan!, udah sana gak usah ganggu aku."

"Dih galak bener, masih siang juga, mau es kelapa muda gak?"

"Hah tumben, ada angin apa nih nawari aku es kelapa muda?" Aku menyipitkan mataku menatap Farhan penuh curiga.

"Biasa aja dong ngeliatnya gak usah tersepona gitu." Farhan menggodaku.

"Ya Tuhan kesambet apa kamu tiba-tiba bersiakap menggelikan gini Han?" Tanya ku sambil terkekeh.

"Mau apa gak es kelapa mudanya?" Tanyanya lagi.

"Ya mau lah, rezeki nomplok masa di tolak."

"Yaudah aku pergi beli dulu ya, kamu di sini aja tungguin."

"Hmmm cepetan beli sana."

Setelah Farhan pergi, lagi aku berkutat dengan kesibukanku yaitu membuat laporan mingguan. Kebetulan teman-teman ku sedang tidak berada di posko, mereka sedang mengerjakan prokernya yang belum selesai, karena sudah di pastikan bahwa minggu ini kami harus sudah menyelesaikan proker kami. Bagaimana denganku? Bisa di bilang aku sudah bernapas sedikit lega karena proker ku sudah selesai aku kerjakan. Aku hanya tinggal mengerjakan laporan mingguan dan laporan keseluruhan dari program kerja selama 2 bulan berada di sini.

Bagaimana tentang Zidny? Aku juga tidak tau bagaimana dengan kami, sejak beberapa hari lalu kami terlihat canggung, lagian salah sendiri mengapa dia melakukan hal itu padaku dan aku malah membiarkannya.

Flashback on

Sebuah pesan yang aku terima dari seseorang yang memenuhi pikiranku akhir-akhir ini membuatku sedikit gusar. Aku segera bergegas pulang ke posko meskipun teman-temanku yang lain masih berada di sana.

Apa yang ingin dia bicarakan padaku nanti sebenarnya, apakah menyangkut sikap cuekku padanya. Kalau boleh jujur aku sendiri juga bingung tentang perasaanku, aku risih saat mengetahui fakta bahwa kemungkinan Zidny menyukaiku, di tambah lagi kalo benar dia menyukaiku bagaimana dengan pacar tersayangnya itu, bagaimana mungkin dia bermain perasaan sedang dia memiliki kekasih. Apakah pikiranku sudah terlalu jauh? Aku rasa iya padahal belum tentu kemungkinan itu benar kan.

Aku risih tapi aku juga berdebar karenanya. Aku sengaja menjauhinya tapi juga aku merindukannya, apalagi sekarang saat tidur malam aku tidak mengenggam tangannya lagi bahkan dia memunggungiku, ada perasaan sedih yang aku rasakan, dia masih tidur di sebelahku tapi rasanya dia begitu jauh. Ah aku merasa seperti orang bodoh saat ini. Pertama kalinya aku tidak mengenali perasaan apa yang aku rasakan ini.

Dan di sinilah aku dengannya, kami berbicara di samping area persawahan yang tidak jauh dari posko kami. Sudah 15 menit di sini tapi dia masih juga diam, aku pun sama tidak ingin membuka obrolan apapun. Udaranya sejuk, anginnya begitu damai membelai wajahku bahkan mengibaskan rambut sebahuku. Udara seperti ini tentu tidak akan kami temukan di kota.

"Kamu sering ke sini?" Tanyanya tiba-tiba memecah kesunyian dan membawaku kembali dari lamunanku sejenak.

"Kalo lagi suntuk, beberapa kali aku kesini." Jawabku.

"Suasananya seperti di kampung Ayahku, dulu saat masih kecil aku sering sekali bermain lumpur di sawah seperti ini." Aku menatapnya kali ini, ada binar bahagia di matanya saat dia menceritakan itu. Aku pun ikut tersenyum melihatnya.

When I'm In Love With HerWhere stories live. Discover now