Forty One: Innocent Creature

Mulai dari awal
                                    

"Panggil Latia, Toni. Aku ingin tahu apa dia mengetahui identitas Lady Bona atau tidak," ujar Lord Gavriel. Dia menaruh curiga pada gadis Valeriant kesayangan pelayan setianya itu. Mengingat Lord Gavriel pernah mendapati mereka sedang berbincang saat Lady Bona mengunjungi Clan Dexter beberapa hari yang lalu.

Wajah Toni langsung berubah muram.

"Kalau sampai dia menyembunyikan fakta ini padaku, aku akan menebas lehernya di hadapanmu," lanjut Lord Gavriel.

●●●


Waktu menunjukkan larut malam telah tiba, Lady Bona akhirnya membuka mata. Pandangannya mengedar menatap seisi ruangan tempatnya tersadar. Ruangan yang dilengkapi perabotan elegan itu didominasi warna putih. Bak terlihat begitu suci dan dikhususkan untuk makhluk tak berdosa. Bahkan Lady Bona sendiri pun baru menyadari jika pakaian terbukanya telah terganti dengan dress putih panjang.

Kala ingatan Lady Bona sepenuhnya kembali, ia buru-buru angkat kaki meninggalkan ruangan putih suci ini sebelum bertemu dengan sang pemilik yang dianggapnya penuh dosa.

Lady Bona keluar dari kamar dengan penuh kehati-hatian. Langkahnya beriring dengan kewaspadaan. Baru saja ia ingin berlari ketika melihat beberapa pelayan, tetapi ia urungkan setelah sadar bahwa mereka diam mematung di tempat akibat kekuatan mengerikan Lord Gavriel.

Lady Bona berjalan di sepanjang koridor istana es Clan Dexter. Keindahan nan kemegahan bangunan yang berkilau bak kristal itu sama sekali tak menarik minat Sang Lady untuk berhenti melangkah. Bahkan lantai istana yang begitu dingin tak menjadi penghalang bagi kedua kakinya yang tak beralas apapun.

Setelah menuruni tangga dan melewati pintu raksasa istana, barulah Lady Bona berlari sekencang mungkin. Gadis itu melewati dataran es yang begitu luas. Tak menyadari kehadiran kraken beku di bawahnya.

Menghilanglah pemandangan indah istana megah Clan Dexter bersama gunung-gunung esnya. Kini Lady Bona memasuki wilayah barat dunia alam bawah, yakni The Black Soil.

Pepohonon lebat langsung menyapa. Salju yang berjatuhan mulai menutupi tanah hitam yang penuh akan kisah nestapa. Suasana begitu sunyi dan hampa. Namun, ini belum seberapa bila dibandingkan dengan segala keresahan yang menerpa.

Lady Bona berlari tanpa henti. Satu-satunya alasan mengapa ia menginjakkan kaki di sini hanya karena untuk menemui Lord Milson yang diyakininya masih berada di The Black Soil.

Namun, hutan tanah hitam terlalu luas untuk ditelusuri sementara lelah mulai menggerogoti tubuhnya. Lady Bona yang tak lagi kuat berlari lantas berhenti. Ratu Akennaton itu menumpahkan segala tangisnya di sana.

"Milson..." Lady Bona menggumamkan nama pendampingnya berkali-kali. Berharap pria itu akan datang menolong, walau ia tahu itu tidak mungkin.

Tak lama kemudian terdengar suara pijakan kaki dari belakang. Lady Bona berbalik dengan was-was. Baru saja ia ingin mengambil ancang-ancang, tetapi diurungkan setelah bersitatap dengan sang tamu tak diundang, Latia Valeriant.

Lady Bona segera menghapus bekas air mata di pipinya agar terlihat tak menyedihkan di hadapan rival sang ibu. Namun, tetap saja bagi Latia Valeriant seorang Bona Asten hanya makhluk tak berdosa yang menyedihkan.

"Akhirnya kau tertangkap juga..." Latia buka suara. Tatapannya begitu dingin dan tak terbaca. "percuma kau kabur ke sini, tidak ada yang akan menolongmu. Termasuk Lord Milson," lanjut gadis manusia itu.

"Kau terlihat senang mengetahuinya," kata Lady Bona. Menganggap Latia adalah komplotan Lord Gavriel.

Latia sedikit tertawa, "Bukan senang, tapi kau memang pantas mendapatkannya untuk menebus dosa Ibumu."

DiabolusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang