CHP³⁸

7.8K 570 11
                                    

"Manusia banyak berubahnya, jadi jangan mudah terlena dengan yang namanya manusia."

°

°

^

Alkan menopang dagunya dengan mata yang terpejam, meskipun telinganya senantiasa mendengarkan ocehan guru sejarah di depan sana.

"Pst! Al."

Membuka matanya, melirik kedua teman laknatnya di sampingnya.

Ya, setelah banyaknya drama akhirnya Alkan bisa bertemu dengan teman laknat Elkan, meskipun anak itu berucap tidak punya teman dulu.

Dasar memang.

Alkan menaikkan satu alisnya, menatap Zian Nugraha seolah bertanya 'apa?'.

"Kagak, hehehe"

Alkan merotasikan bola katanya malas, berdiri dari duduknya dan berjalan keluar.

"Mau kemana kamu?"

"Toilet" santai Alkan lalu keluar begitu saja.

"Tetap diam di tepat kalian Zian, Ravil." Ujar guru sejarah saat m lihat keduanya hendak berdiri.

"Kita mau ke toilet Bu." Sanggah Ravil.

"Tidak, tetap diam di tempat kalian. Ibu tau apa isi pikiran kalian," peringat Bu Mega menatap keduanya tajam, dan mau tidak mau mereka kembali duduk.

Mengumpati Alkan yang bisa lolos begitu saja.

Alkan membasuh wajahnya, mengelapnya dengan tisu lalu beranjak keluar dari toilet.

Tapi langkahnya terhenti saat melihat bayangan seseorang.

"Hantu kah?"

Memilih acuh dan kembali melangkahkan tungkainya menuju kelas.

Tapi di pertengahan koridor langkahnya kembali terhenti saat mendapati gadis misterius yang waktu itu ia temui.

Dahi Alkan berkerut, matanya menyorot ke arah gadis itu yang berjalan mendekatinya.

"Apa?"

"Jadilah teman ku"

"Hah?"

Gadis itu berdecak. "Gue bilang, jadilah temanku. Dan aku tidak ingin ada penolakan!" Tegasnya, lalu pergi begitu saja meninggalkan Alkan yang membeo.

"Gak jelas"

Lalu melangkah menuju kelasnya sebelum bel istirahat berbunyi lebih dahulu, membuatnya bersorak gembira.

Memilih memutar arah untuk ke kantin.

"Ke kantin kan?"

Alkan memutar bola matanya malas. Melirik gadis aneh itu yang sudah berada di sampingnya.

"Kalau udah tau ngapain nanya."

TRANSMIGRASI | ALKAN |Where stories live. Discover now