CHP¹⁶

19.5K 1.5K 15
                                    

"Kau mengawasi nya kan boy?"

Pemuda yang duduk tak jauh darinya mengangguk singkat dengan tersenyum tipis.

"Tentu saja, sesuai permintaan mu dad."

Pria dewasa itu mengangguk. "Tetap awasi, dad kasihan dengan ibu mu yang terus merengek meminta dia."

"Bukan kah kau sama saja dad?"

Dari sebrang sana terlihat pemuda lain yang bersandar pada pintu, menatap keduanya yang mengalihkan pandangannya.

"Tidak salah." Kekeh pria dewasa itu.

'tunggu waktunya tiba dear, kau akan segera menjadi bagian dari kami.'

•••

Jam pelajaran sudah berakhir beberapa menit yang lalu, bel istirahat pun juga sudah berbunyi keras.

Para murid berhamburan keluar untuk mengisi tenaga mereka yang habis terkuras karena belajar.

Begitu juga dengan Galen ddk, mereka berjalan beriringan dengan Galen yang berjalan paling depan.

"Lo mau kemana?" Tanya Devan saat Galen malah berbelok, berbeda dengan arah kantin.

"Jemput adek gue."

"Sejak kapan Lo punya adek njir, lu anak bungsu."

Airuz yang kepalang gemas pun menggeplak tenguk anak itu cukup keras.

"Sakit njingan!" Pekik Lingga Hirwarez.

Menatap tajam Airuz sang pelaku. "Makan nya jadi anak gak usah sok belaga ngajak anak orang main kerumah, kalau belum di boleh in pacaran!" Cibir Ray.

Lingga mengendus tak suka. "Ya gue kan pikirnya gak ada orang di rumah, jadi gue ajak aja dia main kerumah." Belanya tidak ingin di salahkan.

"Alesan lo mah."

"Gue kiranya lo hibernasi sama si Seli." Santai Airuz yang mendapat tatapan delik dari Lingga.

"Mana ada! Yang ada mati ngambang gue!" Pekiknya.

"Ya kan siapa tau elah."

Lingga memutar bola matanya malas, lebih memilih berjalan beriringan dengan Galen dan Devan di depan.

"Silan emang, punya teman laknat gitu."

Mereka pun melangkah mengikuti Galen dan yang lain menuju kelas seseorang.

Dengan sedikit tebar pesona tentu saja, hanya Airuz dan Ray saja. Ketiganya tidak.
















Brak

Galen pun membuka pintu kelas Alkan dengan tidak elitnya, matanya menelisik keberadaan sang adik yang tidak ada di sana.

"Dimana Alkan." Tanya nya pada mereka.

Tidak banyak, hanya beberapa yang tinggal di kelas mungkin sudah makan di kantin.

"Ma-maaf ka di sini gak ada yang namanya Alkan kak." Ujar salah satu siswi Karena tidak ada yang menjawab.

Ray mendecih mendengarnya. "Elkan, maksud Galen itu Alkan." Jelas Ray yang mendapat anggukan dari siswi itu.

"Tadi Elkan di suruh ke ruang BK kak."

Dahi Galen berkerut dan salah satu alisnya terangkat.

"Kenapa?"

Mereka menahan napas, saat aura mengintimidasi yang Galen keluarkan.

TRANSMIGRASI | ALKAN |Where stories live. Discover now