CHP¹⁴

19.6K 1.5K 13
                                    

"Kapan Al bangun mas, aku udah kangen banget sama dia."

"Sabar sayang, Al pasti bangun tapi belum sekarang."

"Tapi kapan mas? aku gak mau kehilangan Al." Lirih Riyana menggenggam tangan Alkan erat.

"Bunda jangan berfikir begitu, Anya yakin adek kuat."

Anyalina tersenyum teduh, berusaha membuat suasana lebih baik. Apa lagi melihat sang ibu yang terus-menerus drop karena Alkan yang belum ada kemajuan.

"Iya Bun, kita harus sabar nunggu adek pulih." Ujar Alfazio.

Davis tersenyum tipis, melihat bagaimana anak-anak nya yang terus memberi semangat pada sang istri agar tidak berputus asa.

Dia sangat bersyukur, setidaknya mereka saling menguatkan dan percaya bahwa kuasa tuan itu nyata.

"Kita berdoa sama tuhan, minta kesembuhan buat Alkan hm." Davis memeluk sang istri, menyalurkan rasa hangat padanya.

Terlihat tubuh Alkan asli yang terbaring lemah disana, dengan berbagai alat yang menempel pada tubuhnya.

Mereka selalu senantiasa menemaninya tanpa lelah, jika boleh Davis selalu meminta agar posisi Alkan menjadi posisi nya.

Ayah mana yang tega melihat anaknya terbaring di rumah sakit selama itu, dan dengan bantuan alat pada tubuhnya yang tidak pernah lepas.

"Ayah mohon, cepat sadar boy. Kami selalu menunggu kesembuhan mu disini."

"Cepat sadar kesayangannya ayah."

"AYAH!"

Tubuhnya terjenget kaget, terbangun dengan duduk. Keringat yang sudah membasahi pelipisnya bahkan rambutnya sudah lepek karena keringat.

"Mimpi, cuma mimpi." Meraup wajahnya kasar.

Matanya terlihat kosong, pikirannya secara paksa di renggut karena ingatan keluarganya.

"Shibal sekali memang." Meremat selimut itu hingga terlihat kusut.

"Maafin Al Yah, maafin Al karena udah bikin kalian nunggu di sana tanpa kepastian."

Matanya setekita terasa panas, bulir bening itu tanpa di minta turun begitu saja membasahi pipinya.

"Hiks, anjing. Lo gak boleh cengeng sialan, lo harus tuntasin semuanya lebih cepat Alkan." Memukul dadanya keras.

Tak ingin terlarut akan kesedihan, memilih beranjak dari sana untuk ke kamar mandi.

"Let's start the game bastard."

______________________________________________________________

"Dimana baby, kenapa belum turun?" tanya Jay saat belum mendapati kehadiran dari putra barunya?

"Mungkin baby masih tidur dad." Ujar Vanya.

"Biar Kai bangunkan," tapi belum sempat Kai berdiri, lift terbuka memperlihatkan Alkan di sana.

Dayana tersenyum lembut menatap Alkan yang terlihat seperti bangun tidur, rambutnya yang sedikit berantakan dan jangan lupakan wajah bantalnya itu.

Sungguh menggemaskan sekali.

"Kemari sayang, kita makan bersama."

Alkan melangkah gontai menghampiri mereka, lalu mendudukan tubuhnya di samping Galen yang tersenyum padanya.

Tampan sekali pikir Alkan.

Mereka terkekeh melihat wajah Alkan yang sedikit bersemu karena senyuman maut Galen.

TRANSMIGRASI | ALKAN |Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum