CHP¹⁸

17.9K 1.4K 28
                                    

Alkan terbangun dari tidurnya, kedua mata hazel yang sebelumnya tertutup sudah sepenuhnya terbuka.

Matanya menatap keadaan sekitar, terasa asing baginya. Matanya juga menelisik apa kah ada yang mencurigakan?

'sialan'

Alkan terjenget kaget, mendapati Galen yang sudah berdiri di depannya dengan membawa nampan makanan.

Dahinya berkerut, menatap Galen yang duduk di bibir kasur lalu meletakan nampan itu di meja yang berada di seberangnya.

"Abang?"

"Hm."

"Kenapa?"

Lalu gelengan kecil Alkan berikan, membuat Galen terkekeh gemas dengan tingkahnya.

"Makan ya, kamu dari pagi kan belum makan."

Alkan hanya mengangguk tentu saja, mau menolak pun mana bisa karena sungguh ia merasa sangat lapar sekarang.

Galen pun menyuapi Alkan dengan telaten, yang di terima baik oleh sang empu hingga makanan itu habis.

Menyodorkan segelas susu coklat hangat pada Alkan.

Lalu Alkan meneguk nya hingga tandas, Galen pun tersenyum mengusak rambut lembut Alkan lalu mencuri kecupan di pipi bulat anak itu.

"Jangan sampai sakit hm, Abang gak suka." Tulus Galen lalu beranjak untuk mengembalikan bekas makan Alkan ke dapur.
















Grep

"Makasih." Senyum Alkan merekah ia berikan pada Galen.

Galen yang mendapat serangan dadakan dari adik menggemaskannya ini mana tahan, lalu memeluk tubuh ringkih yang lebih kecil erat. Meskipun tangan satunya memegang nampan.

"Makasih juga udah mau berjuang." Senyum Galen tak kalah tulus.

Membuat Alkan yang melihatnya merona.

Galen terkekeh, melihat betapa gemasnya adik kecilnya ini.

"Ingin turun?"

Alkan mengangguk antusias, lalu ikut Galen turun ke bawah.

Setelah turun ke bawah, Alkan merebahkan tubuhnya di karpet bulu dengan menonton kartun Sinchan tentu saja.

Sedangkan Galen duduk di sofa yang tengah sibuk mengupas buah.

"Abang."

"Hm?"

"Nanti Alkan mau pulang ya,"

Gerakan Galen terhenti, menatap Alkan yang sudah duduk bersila menatap nya.

"Baby yakin?"

"Tidak ingin tinggal di sini lebih lama?"

Alkan menggeleng, lalu mencomot buah jeruk yang Galen kupas sebelumnya.

"Alkan takut, mereka malah mikir Alkan yang enggak-enggak nanti." Cicit nya.

Helaan panjang terdengar dari Galen, membuat Alkan menelan ludahnya susah.

"Nanti Abang antar." Final Galen.

Seperti apa yang sudah Galen katakan, pemuda itu mengantarkan Alkan pulang menuju masion Rajendra.

Meskipun dengan perasaan tidak rela, tapi bagaimana lagi jika itu keinginan sang adik.

"Abang, nanti berhenti di sana aja ya." Tunjuk Alkan di sebrang jalan tak jauh dari masion Rajendra.

"Kenapa tidak langsung masuk ke masion Rajendra saja hm?"

Gelengan Galen dapatkan. "Gapapa Abang." Kata Alkan.

TRANSMIGRASI | ALKAN |Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz