CHP²⁸

13K 901 11
                                    

Setelah pertemuan singkat Alkan dengan gadis tidak jelas itu, dia memilih untuk singgah ke rooftop sekolah dan bolos.

Tidak perduli jika ini hari pertamanya masuk kembali setelah ratusan drama yang terjadi.

"Sial sekali, baru juga masuk udah dapet problem beginian." Kesalnya sesekali merapihkan bajunya yang kusut karena pertengkaran kecilnya dengan Bella tadi.

Jika boleh jujur, sebenarnya Alkan itu orang yang rapih dan tidak suka berantakan. Meskipun di kehidupannya dulu dia anak geng motor, tidak menutup kemungkinan untuk menjadi seseorang yang sangat rapih dan anti berantakan bukan?

Tapi entah lah , semenjak jiwanya menempati raga dari Elkan. Membuat sifat berharganya itu kian terkikis karena kehidupannya sekarang.

"Gue di sana masih hidup ya?"

"Kenapa gak si Elkan aja yang nempatin jiwa gue, biar mereka gak capek-capek nunggu gue selama ini."

Tangan lentik nya merogoh saku jaket yang ia bawa, lalu menepuk-nepuk benda itu pada tangannya beberapa kali. Di rasa sudah cukup, ia membuka bungkus segel di atas lalu menarik benda panjang sepanjang jari telunjuk tangan. Mungkin?

Menempatkan barang itu di sela bibirnya, lalu menyalakan pematik dan menghisap beda itu hingga asap mengebul keluar dari hidung dan mulutnya.

"Nikmat"

Tubuhnya ia sandarkan pada punggung sofa usang di sana, matanya terpejam menikmati ketenangan dengan di temani benda nikotin yang candu itu.

Dengan sesekali berpikir tentang kenapa dia bisa berada di sini, bukan kah jika jiwa seseorang sudah tidak ada dia akan mati?

Tapi kenapa yang di alami Alkan sangat di luar galaksi, sungguh membuat otaknya mengebul jika memikirkan nya.

"Menikmati, hm?"

Perlahan mata hazel itu terbuka, menelisik siapa yang sudah mengganggu waktu rehatnya.

Dan ternyata Galen dan yang lain, tengah menatapnya tajam.

Alkan sebenarnya tipe orang yang acuh, tapi semenjak berada di tubuh Elkan. Dia sedikit berubah, apa lgi di penuhi dengan orang-orang tampan nan datar seperti mereka.

"A-abang?"

Alkan tergagap, dan langsung membuang rokonya yang masih setengah lalu menginjaknya hingga mati.

"Puas, hm?"

"Puas sudah membuat kami khawatir?"

"Puas sudah berani merokok?"

"Jawab Alkan!"

Teriakan Galen terdengar nyaring di ruang rooftop itu, membuat tubuh Alkan menegang.

"A-abang?"

Galen menatap tajam Alkan di sana, melangkah dengan lebar mendekati yang lebih muda.
















Grep

Galen langsung memeluk tubuh kecil Alkan dengan erat, wajahnya ia telusupkan di perpotongan leher yang lebih muda.

Menghirup aroma yang selama ini dia rindukan, sungguh sangat menegangkan membuatnya tidak ingin melepaskan Alkan bergitu saja.

Dia ingin mengurung Alkan hanya untuk dirinya saja, tidak dengan orang lain.

Maruk sekali.

"Kenapa kau suka sekali membuat Abang khawatir, Hm?"

"Abang merindukan mu, sayang."

TRANSMIGRASI | ALKAN |Where stories live. Discover now