CHP³¹

9.8K 769 17
                                    

"hidup cuma sekali,jadi jangan cuma jadi beban keluarga dan negara, ayo berubah masa rebahan aja kerjaannya"
.
.
.
.
.
.
.
.

Tubuh Alkan bergetar, jantungnya berdegup dengan kencang dan napasnya sedikit memburu.

"Sial, gue hampir mati lagi."

Dengan pelan Alkan menggenggam pmbatas balkon dengan kuat, berusaha berdiri meskipun dengan tubuh yang bergetar.

Matanya menatap pot bunga yang hancur karena tembakan tadi, bahkan Alkan tidak mendengar suara tembakan yang di luncurkan.

Pistol senyap mungkin? Atau apalah itu, Alkan tidak tahu.

Yang terpenting nyawanya baik-baik saja sekarang.

Melihat sekitar dan tidak menemukan keberadaan orang misterius itu, Alkan memilih masuk ke kamar dan menutup pintu balkon lalu mengunci nya.

Menarik gorden hingga tertutup rapat, meneguk air putih yang berada di nangkas hingga tandas.

Jam sudah menunjukan pukul 6 lewat, dan matahari pun sudah terbenam.

Alkan memilih membasuh wajahnya untuk menyegarkan diri karena masalah tadi.

Setelah selesai ia keluar dan segera berkumpul dengan yang lain, karena waktu makan malam sudah tiba.

"Oh, sayang. Baru saja mama akan ke kamarmu," senyum Ferra saat mendapati Alkan yang baru keluar dari lift.

Alkan menggeleng kecil. "Alkan sudah bangun mama."

Kakinya ia langkahkan menuju kursi kosong dekat si kembar.

Mereka semua sudah berkumpul, dapat Alkan lihat semua sudah ada begitu juga dengan Damineil si seberangnya.

"Tidur nyenyak, hm?"

Alkan mengangguk lucu, dan acara makan malam pun di mulai dengan tenang.

Setelah selesai mereka berkumpul di ruang keluarga tentu saja, dengan Alkan yang bergelut manja di dekapan Alexi.

"Manis"

Ujar Alexi yang baru saja mencuri kecupan di bibir plum sang adik.

Alkan mendongak menatap wajah tampan Abang sepupunya itu.

"Abang" cicitnya.

"Hm?"

"Al pengen keluar sebentar."

"Tidak" tolak Alexi keras, membuat seluruh atensi mereka tertuju pada keduanya.

"Kenapa?"

Alexi tidak menjawab, memilih mengeratkan pelukannya pada sang adik.

Aldridge pun menatap si kecil, karena tidak mendapat balasan dari sulungnya.

Alkan yang merasa mereka semua menatapnya pun jadi gugup.

sialan emang.

Dengan keberanian yang tersisa, Alkan menatap mereka.

"Al pengen keluar sebentar," cicitnya memainkan jari besar Alexi yang melingkar di perutnya.

"Tidak!" Kompak mereka, membuat Alkan meringis mendengarnya.

'sialan, kan gue gak bisa beli rokok'

"Kenapa? Al hanya ingin pergi ke alfamodi di depan papa." Menatap Aldridge memelas.

TRANSMIGRASI | ALKAN |Where stories live. Discover now