CHP³⁵

8.8K 666 16
                                    

"Bahagia memang butuh pengorbanan, jadi jangan menjadi bajingan untuk merebut kebahagian orang yang tidak bisa kau dapatkan."

∆°°∆

∆°°∆



Setelah Alta mengobati luka pada kedua lutut Alkan dan menidurkan bocah itu, Alta sekarang sedang berkutat dengan berkas-berkas nya di ruang miliknya.

Mengurut pangkal hidungnya sesaat, tapi setelahnya tersenyum tipis saat ingatan muncul. Dimana Alkan yang hendak kabur lewat gerbang belakang, dan tentu saja dapat di gagalan.

"Kenapa kau begitu menggemaskan." Kekehnya menatap layar ponselnya yang terlihat foto Alkan yang tertidur.

Entah sejak kapan pria itu mempunyai nya.

Terlalu fokus menatap foto indah itu, sampai di mana ketukan pintu membuyarkan acara mengaguminya pada foto Alkan.

Menyimpan ponselnya lalu berdehem pelan, lalu orang di luar pun membuka pintu saat mendapat balasan dari sang tuan.

"Maaf menggangu waktu anda tuan muda, tuan besar dan yang lain sudah pulang, dan mereka sedang menunggu anda di ruang keluarga." Jelas Lucas.

Tanpa menjawab Alta segera bangkit dari duduknya, melangkah keluar di ikuti Lucas di belakangnya.

"Apa Alkan belum bangun?"

"Belum tuan, tuan muda kecil masih tidur seperti sebelumnya." Sanggah Lucas.

Alta mengangguk kecil, lalu menghentikan langkahnya membuat Lucas tentu saja berhenti menatap tuannya heran.

Melirik Lucas sekilas dan berujar.

"Berhentilah berbicara formal kala kita berdua."

Lucas menatap tuannya hendak protes. "Tidak ada penolakan!" Tegas Alta.

Lucas mendengus. "Kenapa tidak dari dulu kau memintanya sialan, aku ingin sekali memukul wajah arogan mu itu." Cibir Lucas bersedekap dada.

Alta hanya memutar bola matanya malas. "Aku lupa" ujarnya acuh tak acuh lalu melangkahkan kakinya kembali.

"Dasar sialan" gumam Lucas, tidak berani berteriak karena dia tau posisi sekarang.

Iya, keduanya sahabatan sudah sedari mereka SMP. Jadi tidak ayal mereka begitu sangat dekat, dan keluarga Wiston juga tau itu.

Entah lah apa yang membuat tuan muda Wiston itu mengangkat nya sebagai sekertaris dan juga tangan kanannya, padahal dia juga tidak miskin hanya untuk mendapatkan sesuap nasi.

Tapi mau bagaimana lagi, toh kalaupun ia menolak pasti yang ada nyawanya jadi taruhan.

"Cepat Lucas!" Kata Alta saat melihat sahabatnya itu tidak segera beranjak.

Alta keluar dari lift saat sudah sampai di lantai dasar dengan Lucas di belakangnya.

Mata tajamnya menatap keluarganya yang tengah berkumpul di ruang keluarga.

TRANSMIGRASI | ALKAN |Where stories live. Discover now