"Ini gue bilas muka dulu apa kagak ya? Ah palingan Paman yang kemarin yang datang, atau Tante yang kemarin nya lagi, dah biasa lah," ujarnya acuh, ia melangkah menuruni anak tangga.

Dugaan nya benar, yang datang hanya seorang wanita paruh baya, Tante yang dimaksud nya tadi.

"Aelah tamu cuman sebiji masa harus dibantuin sih Mah," ujarnya dengan suara yang pelan, saat ia sampai di dapur.

"Heh ngomong nya, sebiji-sebiji, dikira apaan," balas Mama nya menepuk bibir nya.

"Yaudah sih nggak perlu ditabok juga nih bibir, tambah dower nanti," balas  Riana dengan bibir yang manyun.

"Manyun-manyun gitu entar Mama tabok lagi," Balas Mama nya.

"Iss sadis bener sama anak sendiri," gerutu Riana memasukkan es batu berbentuk petak ke dalam Teko keramik yang terdapat ukiran indah.

"Itu juga masker kenapa dibawa ke bawah si Na? Dibilas dulu aturan nya," ucap Mama nya.

"Nggak ada aturan nya Mah, lagipula kan Tante itu udah sering datang kesini, udah biasalah ngeliat aku," jawab Riana lagi.

"Ngejawab mulu kamu, kamu itu anak gadis harus stay calm, beautiful, pretty, pokok nya harus rapi dan cantik lah, ini penampilan nya nggak karuan cuman pakek baju tidur rambut acak-acakan, masker yang belepotan, bibir kering," omel Mama nya.

"Udah lah Mah, lagian nggak ada cowok kok, nggak perlu jaim-jaim kita sama-sama cewek, kan nggak mungkin kita saling tertarik."

"Ya Tapi—" belum sempat menjawab Riana sudah terlebih dahulu pergi meninggalkan Mama nya di dapur.

"Bener-bener ni anak." Kesal Mama nya.

Sepanjang perjalan dari dapur menuju ruang tamu, Riana mengerutkan keningnya melihat jumlah gelas yang di taruh Mama nya.

"Kok empat ya? Kita kan cuman bertiga," ia menggeleng kan kepalanya mungkin Mama nya salah menghitung, atau tidak fokus karena berbicara dengan nya tadi, atau mungkin juga jaga-jaga siapa tau ada satu gelas yang pecah.

"Hallo Tante," Sapa Riana sembari menurun kan Teko dan gelas-gelas nya dari nampan yang ia bawa.

"Oh hai Riana, makin cantik aja ya," puji Tante itu, yang sering ia sebut Tante Riska.

"Heheh bisa aja Tan," namun tak urung ia berbangga diri, bahkan wajahnya yang tertutupi masker ini pun tetap disebut cantik, Mama nya saja yang tidak mengakui nya.

"Riana kedapur dulu yah Tan, ngambil cemilan," ujar nya yang diangguki Riska.

Saat ia menuju ke dapur ia berpapasan dengan Mama nya yang sudah terlebih dahulu membawa camilan kedepan.

"Loh kok udah Mama bawa?" tanya nya basa-basi.

"Udah nggak apa-apa, taruh nampan nya ke dapur, terus kamu balik lagi kesini," jawab Mama nya lanjut berjalan.

Riana hanya mengangguk saja, lalu melanjutkan langkah nya ke arah dapur.

Setelah menaruh nampan itu kembali ke tempat asal nya ia berbalik namun

Aaaaaa!!!

Kyaaaaa!!!

"Buset Kunti dari mana nih?!" Ucap lelaki yang berteriak tadi dengan mata tertutup.

Setelah tersadar, Riana memandang lelaki itu, mengapa bisa ia ada dirumah nya.

"Kunti, Kunti, enak aja Lo bilang gue Kunti,"  balas Riana tak terima.

Al menyerngit kan keningnya, seperti nya ia kenal dengan suara perempuan itu.

Setelah melihat, ternyata dugaan nya benar.

Ia menutup mulutnya menahan tawa.

"Anjirr ahahah," tak tahan akhirnya ia menyemburkan tawa nya.

Riana menatap Al dari bawah ke atas dengan pandangan sendu.

Pantas saja ia di tertawakan, bagaimana tidak, penampilan mereka sekarang sangat berbanding terbalik.

Ia yang hanya memakai baju tidur, belum mandi, bando yang cukup besar berbentuk pita, dengan model polkadot, masker wajah yang sudah retak, bibir kering, rambut yang acak-acakan.

Jauh sekali dengan penampilan lelaki itu, wangi mint yang menyeruak, wangi mentol dari minyak rambut lelaki itu, dimana kini rambut nya tertata rapi, orang menyebutnya model rambut comma, Hoodie Grey dan celana jeans yang membalut tubuh nya, dan sepatu sneakers putih yang ia kenakan, lelaki itu benar-benar mempesona.

"Ahaha anjir gembel dari mana ini, kok bisa masuk sini sih?" Ujar lelaki itu lagi, meledek nya habis-habisan.

Padahal tadi sudah menahan malu, sekarang rasa malu tak tertahan lagi.

Ia menepuk pipi lelaki itu cukup kuat, berniat untuk menghentikan tawa lelaki itu.

"Eh, Riana, aduh Nak!"

Tbc.

Si Culun Glow Up [TERBIT]Where stories live. Discover now